Kematian di jalan raya atau di moda transportasi manapun dengan begitu tidak hanya menyebabkan air mata tertumpah.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Hari-H Lebaran telah terlampaui. Walau begitu, pekerjaan belum usai. Arus balik Lebaran 2024 baru akan dimulai. Bahkan, ada warga yang baru sempat mudik.
Mulai hari ini, perantau diperkirakan mulai mengalir menuju kota-kota utama di Indonesia. Kementerian Perhubungan memprediksi, arus balik memuncak pada hari Minggu (14/4/2024) dengan perkiraan terdapat pergerakan 40,99 juta orang (21,26 persen).
Melalui imbauan untuk balik lebih cepat atau sebaliknya menunda perjalanan, pemerintah tampak berupaya melandaikan kurva pergerakan arus balik. Tegasnya, jangan pulang bersamaan pada akhir pekan ini. Persoalannya, perantau jelas lebih “patuh” terhadap pemberi kerja daripada pemerintah.
Dengan begitu, tiada cara lain daripada kembali mempersiapkan infrastruktur jalan dan transportasi dengan sebaik-baiknya bagi warga. Dari evaluasi terhadap pergerakan saat arus mudik kemarin dapat diterapkan perbaikan-perbaikan minor yang kiranya berdampak signifikan pada kelancaran mobilitas warga.
Dari kecelakaan angkutan gelap di ruas tol Jakarta-Cikampek Kilometer (Km) 58 di Kabupaten Karawang, Jawa Barat misalnya, operator tol dan aparat sebaiknya dapat mengatur contraflow dengan lebih baik. Sosialisasikan melalui berbagai media bagaimana sebaiknya pengguna tol saat melintasi lajur contraflow.
Dari antrean yang mengular dari Pelabuhan Merak, Banten, idealnya ada pembelajaran bagaimana menyeberangkan orang dan kendaraan dengan lebih baik dari Bakauheni (Lampung) menuju Merak (Banten). Sistem yang baik tentu tidak akan menyengsarakan pemudik.
Tiap orang atau siapapun juga seharusnya memperjuangkan keselamatan bagi pemudik. Seorang kawan misalnya, punya “ritual” baik dengan terlebih dahulu mengelilingi mobil sebelum menyetir. Dia selalu mengecek kondisi roda hingga nyala atau tidaknya lampu depan dan belakang mobil.
Jujurlah pada diri sendiri jika telah lelah.
Kita juga mengamini pernyataan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Soerjanto Tjahjono saat menanggapi kecelakaan di KM 58. Dia mengatakan, “jujurlah pada diri sendiri jika telah lelah. Beristirahatlah sebelum melanjutkan perjalanan”.
Berdasarkan pengalaman, tidur di tempat istirahat, pom bensin atau masjid di tepi jalan selama 30-60 menit, sangat berarti untuk memastikan keselamatan. Jangan gengsi untuk beristirahat sejenak. Terlebih, kondisi mengantuk saat berkendara dapat memicu terjadinya microsleep atau kondisi ketika seseorang tertidur 1-15 detik. Tertidur, walau hanya dalam hitungan detik, tetap saja berpotensi mempertemukan kita dengan Sang Pencipta.
Jangan pula egois di jalan raya. Keselamatan kita adalah juga keselamatan bersama. Saat kita berkendara, jangan pernah lupa kalau kita juga harus menjaga keselamatan orang lain. Jangan sungkan mengalah bila hal itu demi memastikan agar kita sampat tempat tujuan dengan selamat.
Salah satu hal yang kerap dilupakan adalah, dalam tiap kecelakaan kerap ada potensi pemiskinan. Jadi, jangan meninggal sia-sia saat arus balik Lebaran. Apalagi, bila korban adalah mereka yang masih produktif. Ahli waris memang mendapat santunan namun alangkah jomplang nilainya dengan pendapatan mereka yang berpulang.
Dalam tiap kecelakaan kerap ada potensi pemiskinan.
Kematian di jalan raya atau di moda transportasi manapun dengan begitu tidak hanya menyebabkan air mata tertumpah tetapi juga menimbulkan beban ekonomi yang tidak ringan. Dengan begitu, pemudik, aparat, Anda, dan kita semua harus serius dalam memastikan keselamatan saat arus balik ini.