Mencegah Hepatitis B
Hepatitis B masih menjadi masalah kesehatan di negeri kita. Upaya pencegahan dan pengobatan sangat penting dilakukan.
Suami saya berusia 32 tahun. Pada pemeriksaan kesehatan di kantor, ia terdeteksi menderita hepatitis B dan dianjurkan berobat ke dokter spesialis penyakit dalam. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, termasuk ultrasonografi dan perhitungan jumlah virus hepatitis B, dia diobati dengan obat antivirus.
Ternyata, obat antivirus tersebut hampir serupa dengan obat HIV. Obat antivirus hepatitis B juga perlu diminum terus-menerus, bahkan mungkin seumur hidup, kata dokter. Wah, saya baru mengetahui bahwa hepatitis B juga perlu diobati dengan obat antivirus.
Adik saya juga pernah menderita sakit kuning. Setelah pemeriksaan laboratorium lengkap, ternyata penyebabnya adalah virus hepatitis B. Dia perlu beristirahat cukup lama. Namun, yang menggembirakan adalah dokter yang merawatnya menyatakan dia kemudian sembuh dari hepatitis.
Baca juga:Penanganan Hepatitis Belum Terintegrasi
Karena khawatir tertular hepatitis B, saya juga melakukan pemeriksaan laboratorium. Hasilnya, saya sudah pernah terpapar hepatitis B, tetapi sekarang sudah punya zat antihepatitis B yang dapat mencegah penularan hepatitis. Seingat saya, saya belum pernah divaksin hepatitis, mengapa saya sudah punya zat antihepatitis?
Sewaktu saya kecil dulu banyak sekali informasi mengenai hepatitis B. Namun, sekarang tampaknya banyak penyakit lain yang lebih penting yang lebih perlu dibicarakan. Apakah memang hepatitis B di negeri kita sudah tak menjadi masalah lagi? Bagaimana upaya pemerintah menurunkan kekerapan penyakit hepatitis B? Benarkah tenaga kesehatan lebih mudah tertular hepatitis B?
Teman saya terkena hepatitis C dan dia menjalani pengobatan hepatitis C juga dengan obat antivirus. Apakah obat antivirus hepatitis B dan C berbeda? Menurut teman saya, setelah menjalani pengobatan tiga bulan, dokter menyatakan bahwa dia sudah sembuh total dari hepatitis C. Bagaimana perbedaan hepatitis B dan hepatitis C? Terima kasih.
M di P
Penyakit hepatitis B masih merupakan masalah di negeri kita. Penelitian yang sudah agak lama menyatakan sekitar 7 persen penduduk Indonesia terkena hepatitis B. Penularan dapat terjadi secara vertikal, yaitu dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya.
Itulah sebabnya sekarang semua ibu hamil diperiksa apakah mengidap hepatitis B, HIV, dan sifilis. Kalau negatif tentu bagus, tetapi jika positif, dapat diobati agar bayinya tak tertular. Jadi, sekarang pemerintah berupaya mendeteksi ketiga penyakit tersebut pada ibu hamil sekaligus mencegah penularan kepada bayi.
Bayi yang baru lahir mendapat suntikan vaksin hepatitis B. Semakin cepat semakin baik, biasanya hari pertama kelahiran sudah diberikan vaksin hepatitis B. Selanjutnya bayi akan mendapat suntikan lanjutan sesuai jadwal vaksinasi hepatitis B.
Program imunisasi hepatitis B pada bayi dan anak sudah lama dijalankan pemerintah. Kita berharap, dengan program ini, penularan hepatitis B akan dapat dicegah. Taiwan yang lebih dahulu melakukan vaksinasi hepatitis B dari kita telah melaporkan penurunan kejadian hepatitis B pada penduduknya. Selain kekerapan hepatitis B pada penduduk menurun, risiko terjadi kanker hati juga menurun tajam.
Sekarang semua ibu hamil diperiksa apakah mengidap hepatitis B, HIV, dan sifilis. Kalau negatif tentu bagus, tetapi jika positif, dapat diobati agar bayinya tak tertular.
Selain penularan secara vertikal, juga ada penularan hepatitis B secara horizontal. Seorang yang mempunyai virus hepatitis B dapat menularkannya kepada orang lain melalui transfusi darah, hubungan seksual, serta penggunaan jarum suntik bersama. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah dan cairan tubuh.
Baca juga: Imunisasi Hepatitis B Diberikan untuk Tenaga Kesehatan
Petugas kesehatan dalam pekerjaan mereka sering terpapar darah dan cairan tubuh pasien yang mungkin mengandung virus hepatitis B. Memang kekerapan hepatitis B pada tenaga kesehatan lebih tinggi dari populasi umum. Kementerian Kesehatan mulai tahun 2023 menyediakan vaksin hepatitis B untuk tenaga kesehatan secara cuma-cuma.
Perjalanan penyakit
Sekitar 80 persen mereka yang terinfeksi hepatitis B akut akan sembuh dan mempunyai antibodi terhadap virus hepatitis B. Namun, pada sebagian kecil orang yang terinfeksi hepatitis B akut tidak sembuh dan berkembang menjadi hepatitis B kronis. Mereka yang tertular dari ibu pada waktu bayi lebih banyak yang menjadi kronik. Hepatitis B kronik sebagian akan berkembang menjadi sirosis hati dan kanker hati.
Upaya pencegahan hepatitis dilakukan dengan cara menjaga diri dari paparan virus hepatitis. Petugas kesehatan biasanya melaksanakan upaya yang disebut universal precaution, yaitu kewaspadaan agar tak terpapar cairan tubuh dan darah dengan memakai sarung tangan, masker, serta hati-hati dalam menyuntik sehingga tak tertusuk jarum yang digunakan untuk menyuntik atau mengambil darah.
Selain upaya tersebut, pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi hepatitis. Untuk bayi dan anak ada program pemerintah, artinya biayanya ditanggung oleh pemerintah dan layanan tersebut tersedia di puskesmas maupun posyandu dan rumah sakit.
Banyak orang dewasa yang belum mempunyai antibodi terhadap virus hepatitis, mereka rentan tertular. Mereka harus divaksin hepatitis B agar mempunyai antibodi yang cukup untuk mencegah penularan.
Adapun kekerapan hepatitis C lebih rendah daripada hepatitis B. Penularannya hampir sama, yaitu melalui darah dan cairan tubuh. Namun, hepatitis B lebih mudah menular dibandingkan hepatitis C.
Terapi hepatitis B dan hepatitis C kronik sama-sama menggunakan obat antivirus, tetapi berbeda jenis. Obat antivirus untuk hepatitis B harus diminum selamanya untuk menjamin jumlah virus tetap terkendali. Terapi antivirus untuk hepatitis C cukup diminum tiga sampai enam bulan dengan angka kesembuhan yang tinggi (lebih dari 90 persen).
Pada waktu obat antivirus paten untuk hepatitis C ditemukan, obat ini amat mahal. Untuk terapi tiga bulan hampir mencapai Rp 1 miliar. Kini sekarang tersedia obat antivirus hepatitis C yang murah, sekitar Rp 20 juta saja. Pemerintah Indonesia juga menyediakan obat hepatitis C, semula bagi pasien HIV yang mengidap hepatitis C kronik, kini juga tersedia bagi pasien hepatitis C kronik non-HIV.
Bagaimana agar masyarakat dapat memanfaatkan layanan terapi hepatitis C yang hasilnya amat menggembirakan tersebut? Mereka yang belum mengetahui status hepatitis B dan hepatitis C sebaiknya memeriksakan diri ke laboratorium kesehatan.
Harga pemeriksaan tidak terlalu mahal, tetapi hasilnya dapat menuntun kita pada pengobatan jika diperlukan. Nah, semoga hepatitis B suami Anda terkendali dan Anda sekeluarga sehat-sehat selalu.