Terorisme mengguncang Rusia. Presiden Vladimir Putin harus membuktikan keselamatan rakyat menjadi agenda utamanya.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Rusia didera serangan teroris. Ratusan warga sipil tak berdosa tewas. Serangan itu bisa membuat posisi Presiden Rusia Vladimir Putin melemah.
Sedikitnya 133 orang meninggal di Crocus City Hall, dekat kota Moskwa, akibat ditembaki pelaku teror. Kelompok ekstrem Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menyatakan sebagai pelaku tindak kekerasan ini. Setidaknya ada 11 tersangka yang telah ditangkap oleh otoritas keamanan Rusia.
Kejadian itu memilukan. Menurut video yang beredar di sejumlah media serta platform media sosial (medsos), tampak beberapa orang bersenjata menembaki warga yang berada di dalam Crocus City Hall. Tanpa memilah, pelaku melepaskan tembakan secara membabi buta ke arah warga.
Respons Presiden Rusia Vladimir Putin adalah menuding ada pihak dari Ukraina yang terlibat dalam kejadian di Crocus City Hall. Ukraina membantahnya.
Beberapa minggu sebelumnya, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Moskwa mengeluarkan peringatan mengenai ancaman serangan teroris di kota itu. Ada tuduhan bahwa peringatan yang dikeluarkan AS menunjukkan kemungkinan keterlibatan Washington dalam serangan. Namun, hal tersebut dapat pula dilihat bahwa pihak Rusia gagal mencegah serangan meski sudah diperingatkan sebelumnya. Karena itu, bukan tidak mungkin, Putin, setelah meraup suara besar dalam pemilu, menghadapi risiko penurunan popularitas gara-gara aksi terorisme di Crocus City Hall.
Serangan tersebut tercatat sebagai yang paling mematikan setelah penyanderaan sekolah di Beslan, Rusia, 2004, yang menyebabkan 334 orang meninggal. Menurut para ahli, kelompok NIIS yang berada di balik teror di Crocus City Hall ialah NIIS-Khorasan. Wilayah operasi NIIS-Khorasan meliputi Afghanistan, Iran, Turkmenistan, dan Pakistan.
Masih jelas di ingatan kita sepak terjang NIIS beberapa tahun lalu. Gagasan mereka mendirikan negara berideologi ekstrem di Timur Tengah memicu kekerasan berlarut-larut di Suriah dan Irak. Gerakan itu juga membuat banyak orang dari sejumlah negara, termasuk Indonesia dan Inggris, untuk bergabung serta mengangkat senjata. Ideologi ekstrem NIIS gampang menyebar di era medsos dan memikat orang.
Kini, kita perlu bersama-sama menegaskan kembali bahwa tidak boleh ada toleransi bagi terorisme, apalagi yang menyasar warga sipil tak berdosa, seperti di Crocus City Hall. Aksi horor di Rusia mengingatkan bahwa terorisme merupakan musuh bersama. Berakar dari paham ekstrem, terorisme mengancam kehidupan bermasyarakat.
Hal yang penting pula adalah respons otoritas terhadap terorisme. Sebuah pemerintahan yang tengah menghadapi problem terorisme harus melakukan evaluasi secara jujur dan menyeluruh. Jangan mencari kambing hitam.
Keselamatan rakyat harus menjadi hal yang utama karena tugas utama pemerintahan, di negara mana pun. adalah memastikan kesejahteraan serta keamanan rakyat.