Indonesia masih berjuang menghadapi demam berdarah dengue. Peningkatan jumlah kematian menjadi ancaman serius.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Melalui tajuk rencana ini, kita tak lelah terus-menerus mengingatkan agar kita bersungguh-sungguh melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan demam berdarah dengue (DBD). Kita telah bertahun-tahun hidup dengan DBD. Kita tidak ingin terus menghadapi masalah yang sama setiap tahun. Awal tahun 2024, jumlah kasus bukannya turun, tetapi malah meningkat.
Seperti dilaporkan Kompas.id dan harian Kompas beberapa pekan ini, dari data Kementerian Kesehatan, kasus DBD pada Januari 2024 lebih tinggi daripada Januari tahun sebelumnya. Pada Januari 2024, setidaknya ada 14.484 kasus DBD yang dilaporkan dengan 111 kematian. Pada Januari 2023, kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 12.502 kasus dengan 101 kematian. Total kasus DBD di Indonesia hingga minggu kedelapan tahun 2024 sebanyak 15.977 kasus dengan 124 kematian.
Kasus DBD paling tinggi dilaporkan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara; Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo; Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan; Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan; dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Kasus kematian dilaporkan paling tinggi terjadi di Kota Salatiga, Jawa Tengah; Kabupaten Kendal, Jawa Tengah; Kota Pariaman, Sumatera Barat; Kabupaten Pesisir Barat, Lampung; dan Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Perkembangan terakhir juga dilaporkan Kompas.id dan harian Kompas di DKI Jakarta. Kasus DBD meningkat dari 627 pada 19 Februari 2024 menjadi 1.347 kasus hingga Rabu (20/3/2024). Beberapa rumah sakit mulai penuh. Pada 27 Februari 2024, sebagai contoh, RSUD Tamansari, Jakarta Barat, kehabisan ruang inap sehingga lima kasus DBD rujukan puskesmas belum bisa dirawat.
Namun, Indonesia tidak sendiri. Di tingkat global, Indonesia bersama sejumlah negara lain juga menjadi sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak Desember 2023. Dalam laporan wabah DBD 21 Desember 2023, WHO secara khusus menempatkan Indonesia bersama India, Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand termasuk dalam 30 negara dengan tingkat endemis tertinggi di dunia.
Kenaikan pada awal tahun ini, seperti dikemukakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi, didukung faktor cuaca. Fenomena cuaca El Nino yang bersuhu panas dan kering diikuti dengan La Nina yang disertai hujan akan berdampak pada perkembangan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dan penetasan telur nyamuknya. Hal tersebut menyebabkan risiko penularan virus dengue menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan DBD yang diupayakan Kementerian Kesehatan perlu menjadi perhatian bersama semua pihak.