Dinamika pembangunan di China menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana negara menangani masalah generasi baru.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Kita berada di dalam dunia tempat generasi baru mulai dominan. Akan tetapi, masalah mereka menumpuk hingga muncul pesimisme akut.
Inilah kisah di China ketika anak muda berebut lowongan pekerjaan. Malam sebelum ujian pegawai negeri China, Melody Zhang (24) belajar sambil berjalan mondar-mandir dengan cemas. Barulah saat masuk ke ruangan ujian keesokan harinya, dia menyadari sudah menangis seharian.
Zhang sangat berharap bisa bekerja di lembaga pemerintah setelah 100 berkas lamaran kerjanya untuk industri media ditolak. Sayangnya, impian itu pun kandas. Bukan hanya Zhang yang gagal menjadi pegawai negeri karena peminatnya sampai 2,6 juta orang. Padahal, lowongan yang tersedia hanya 39.600 posisi. Jumlah peminat 2,6 juta orang ini mencatat rekor di tengah krisis kemiskinan yang dialami anak muda (Kompas.id, 11/3/2024).
Setidaknya 20 persen dari 100 juta warga China berusia 16-24 tahun menganggur pada Juni 2023. Pengumumanini ditarik dan kemudian muncul pernyataan baru yang menyebutkan, data itu tidak memasukkan mahasiswa dan menyebutkan pengangguran anak muda mencapai 14,9 persen pada Desember 2023.
Angka-angka ini sebenarnya berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi China yang tidak lagi tinggi sehingga penyediaan lapangan pekerjaan tidakmemadai. Mereka yang bekerja pun tidak memperoleh pendapatan yang layak karena turun 1,3 persen dibandingkan tahun lalu. Tidak mengherankan jika mereka disebut generasi paling pesimistis.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di China, tetapi juga di Amerika Serikat dan Indonesia. Mereka adalah generasi yang sulit mendapatkan pekerjaan, sulit untuk membeli properti, dan tak mudah untuk mendapatkan akses pendidikan yang bermutu. Tekanan hidup mereka sangat berat dan mendalam.
China memahami hal ini. Saat ini mereka tengah mencari sumber pertumbuhan baru. Target pertumbuhan saat ini, yaitu 5 persen, disebutkan hanya sekadar untuk menjaga lapangan pekerjaan. Mereka bercita-cita memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi untuk menyelesaikan masalah tenaga kerja.
Dalam Kongres Rakyat Nasional (NPC) tahunan pada awal Maret lalu, China telah mengumumkan, salah satu cara menyelesaikan masalah saat ini adalah dengan membangun industri yang penting bagi daya saing masa depan, antara lain, mulai dari kecerdasan buatan hingga eksplorasi ruang angkasa.
Dinamika pembangunan di China tersebut menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana negara menangani masalah yang dihadapi saat ini terkait dengan kehadiran generasi baru. Kehadiran generasi baru yang ternyata mendapat beban berlipat sehingga perlu mendapat solusi sebelum berimplikasi ke masalah sosial dan politik. Mereka perlu optimistis dengan masa depan.