Harusnya mereka bisa berkomunikasi secara terbuka dengan ”ground crew” yang memeriksa kesehatan mereka sebelum terbang.
Oleh
EKO SRI WIBOWO
·2 menit baca
Pada 25 Januari 2024, publik akhirnya mengetahui adanya insiden Batik Air rute Kendari-Jakarta yang mengalami situasi berpotensi bahaya, yakni pilot dan kopilot tertidur selama 28 menit.
Mengamati area di atas Jawa Barat yang digambarkan oleh Kompas, 10 Maret 2024, publik dapat membayangkan kemungkinan pesawat dapat menyasar ke laut lepas jika mereka tertidur lebih lama lagi, yaitu ke Samudra Hindia. Lebih parah lagi jika pesawat berpotensi menabrak gunung jika kondisi otopilot diberlakukan di ketinggian yang tidak aman. Kedua potensi insiden ini dapat berakibat fatal bagi 153 penumpang pesawat.
Pada tahun 1980-an dan 1990-an, penulis memiliki paman yang juga pilot pesawat komersial. Dari cerita-cerita beliau, penulis menyimpulkan bahwa pilot-pilot pesawat pada masa tersebut memiliki kedisiplinan yang tinggi, seperti mempersiapkan diri dengan makan yang baik dan tidur yang cukup sebelum bertugas.
Profesi pilot menuntut tanggung jawab yang besar terhadap keselamatan penumpang. Pendidikan pilot yang lama dan mahal bertujuan untuk memastikan bahwa mereka memiliki keterampilan dan etika kerja yang baik, bahkan sampai muscle-memory yang mumpuni, sehingga secara refleks mereka dilatih untuk menghindari bahaya.
Kemungkinan lain dari sebab lalainya pilot dan kopilot yang tertidur ialah fakta bahwa mereka tidak melaporkan kurangnya istirahat mereka kepada manajemen perusahaan penerbangan.
Seharusnya mereka dapat berkomunikasi secara terbuka kepada ground crew yang memeriksa kesehatan mereka sebelum terbang. Apabila kru pesawat tidak berkomunikasi secara terbuka dan bahkan secara sengaja menyembunyikan kondisi kesehatan mereka dan tetap terbang dengan membahayakan lebih dari 100 nyawa yang menjadi tanggung jawab mereka, manajemen dari perusahaan penerbangan harus mengevaluasi seberapa efektif komunikasi serta keterbukaan antara manajemen dan karyawan di perusahaan penerbangan tersebut.
Tindakan melakukan grounded pada pilot pesawat tidak akan cukup untuk mencegah kejadian near-miss seperti ini di masa depan jika tidak ada komunikasi dan keterbukaan yang baik di dalam organisasi.
Manajemen maskapai penerbangan harus diaudit agar publik mengetahui seberapa aman kita saat ini dalam melakukan perjalanan udara.