Doktor (Akademik) Terapan
Program doktor terapan seyogianya mengajarkan metode rekayasa, kreativitas, inovasi, kewirausahaan, dan kepemimpinan.
Program pendidikan doktor terapan telah diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 22 Februari 2024 di Jakarta.
Program ini menambah program doktor akademik yang sudah ada sebelumnya. Arah program ini untuk menghasilkan riset terapan dan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Program doktor diharapkan mampu mendorong kemajuan industri nasional dan mendorong sumber daya manusia dengan kualifikasi tinggi.
Apakah doktor terapan diperlukan? Apakah kualifikasi pendidikan yang sudah ada belum cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terapan? Tentunya muncul kekhawatiran, tidak beda dengan program doktor akademik.
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 53 Tahun 2023 menekankan kompetensi utama doktor terapan pada kemampuan untuk mengembangkan dan meningkatkan keahlian spesifik yang mendalam, didasari penerapan pemahaman filosofi keilmuan bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Selain itu, mampu melakukan pendalaman dan peluasan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui riset atau penciptaan karya inovatif yang dapat diterapkan pada lingkungan tertentu.
Ketersediaan sarana dan prasarana riset dan pengembangan bagi mahasiswa program doktor terapan sangat krusial.
Kompetensi pendidikan doktor akademik adalah penguasaan ilmu dan penciptaan karya orisinal dan teruji, sementara kompetensi doktor terapan adalah penguasaan ilmu dan penciptaan karya inovatif yang dapat diterapkan pada lingkungan tertentu.
Pendidikan terapan selayaknya mengutamakan penggunaan taksonomi Bloom (BS Bloom dan DS Krathwohl, 1956) pada ranah psikomotorik, selain ranah kognitif dan afektif. Program doktor akademik dan terapan sama-sama melakukan penyelesaian masalah, tetapi akademik lewat pendekatan kognitif, sementara terapan lewat pendekatan psikomotorik.
Kedua program doktor ini mestinya berupaya melahirkan inovasi pada jangka waktu yang berbeda, yakni untuk akademik durasi risetnya lebih lama untuk sampai inovasi, sementara untuk terapan risetnya lebih pendek untuk sampai inovasi. Program doktor terapan langsung menyelesaikan kasus terkini, sementara program doktor akademik menyelesaikan masalah di masa akan datang.
Kurikulum tertulis dan tersembunyi
Program doktor terapan seyogianya mengajarkan metode rekayasa, kreativitas, inovasi, kewirausahaan, dan kepemimpinan.
Bekal ini diperlukan agar mahasiswa membiasakan diri menyelesaikan masalah secara kreatif dan terstruktur, mengedepankan pola inovasi yang berorientasi pada dunia usaha atau wirausaha. Jiwa kepemimpinan perlu dimatangkan agar terbentuk jiwa kepemimpinan dalam berinovasi dan di ranah profesional.
Kemampuan rekayasa spesifik pada kasus/masalah yang dihadapi perlu diberikan sebagai sarana pendekatan teknis. Ilmu rekayasa mendalam dan spesifik ini umumnya dikuasai oleh pembimbing pendidikan doktor akademik.
Kolaborasi dengan pakar-pakar pendidikan akademik sesuai dengan kasus yang dihadapi sangat penting untuk mencetak lulusan yang benar-benar sesuai dengan harapan.
Menurut Dely L Elliot dkk (2020), pendidikan doktor memiliki kurikulum tertulis dan tersembunyi (hidden curriculum). Kurikulum tersembunyi merupakan proses memperoleh pengetahuan dan keterampilan dengan aktivitas selain yang diprogramkan dalam kurikulum tertulis.
Kurikulum tersembunyi merupakan penciptaan suasana yang memungkinkan terjadi pengayaan pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi serta kolaborasi dengan individu dan lembaga, baik dalam lingkungan akademik maupun di luar dinding akademik.
Ketersediaan sarana dan prasarana riset dan pengembangan bagi mahasiswa program doktor terapan sangat krusial. Selain tersedianya ruang kerja, juga perlu dilengkapi makerspace. Tersedianya makerspace merupakan prasyarat demi lahirnya karya inovasi yang bermutu dan bernilai komersial tinggi.
Kurikulum tersembunyi ini mengamanatkan mahasiswa doktor berada di kampus program doktor. Ini mengingat pendidikan doktor adalah sebuah proses yang berujung pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan juga berujung pada karya inovatif yang unggul.
Program doktor akademik dan terapan sama-sama melakukan penyelesaian masalah, tetapi akademik lewat pendekatan kognitif, sementara terapan lewat pendekatan psikomotorik.
Jika saat ini ada sebagian program doktor akademik yang tidak mewajibkan mukim, seyogianya tidak terjadi pada program doktor terapan. Tidak tertutup kemungkinan, mahasiswa doktor mukim di lokasi kasus yang dihadapi seperti dunia industri.
Akademik dan terapan
Pendidikan doktor terapan memerlukan pendidik yang memiliki pengalaman inovasi, pendidik yang kuat dalam keilmuan rekayasa, juga wirausaha.
Di Amerika Serikat, program doktor tidak membedakan akademik dan terapan, tetapi riset-riset mahasiswa doktor banyak menghasilkan karya-karya terapan.
Sebagai contoh di Massachusetts Institute of Technology (MIT), banyak dihasilkan disertasi yang bertema rekayasa dan prototipe, seperti ”Design and prototype of dual loop lubricant system to improve engine fuel economy, emissions, and oil drain interval” (Michael J Plumley, MIT, 2015).
Di Eropa, beberapa universitas juga meluluskan doktor dengan riset-riset terapan, seperti Technische Universiteit Delft (TU Delft) meluluskan doktor dengan disertasi terapan berjudul ”Design for urban vertical-axis wind turbines: balancing performance and noise” (L Brandetti, TU Delft, 2024).
Baca juga: Perguruan Tinggi Vokasi Mulai Buka Program Doktor Terapan
Doktor terapan tak hanya dihasilkan oleh program doktor terapan, tetapi juga program doktor akademik. Bahkan, program doktor terapan tak harus dibuka pada kampus akademik. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana program doktor itu mampu melahirkan inovator dan guru-guru inovasi.
Kolaborasi kampus akademik dan terapan menjadi kunci percepatan lahirnya doktor-doktor terapan yang mampu berinovasi untuk Indonesia Emas 2045.
Suyitno, Wakil Rektor Universitas Tidar. Academic Leader Bidang Sains dan Teknologi 2022