Dalam bahasa Indonesia terdapat kata berunsur ”pun” yang digabung penulisannya. Butuh kejelian untuk menggunakannya.
Oleh
LUCIA DWI PUSPITA SARI
·3 menit baca
Partikel pun sering kita temui dalam berbagai macam tulisan. Namun, masih banyak penulis yang bingung dalam menulis partikel ini. Sebenarnya, bagaimana cara menulis partikel pun yang benar. Nah, mari kita ulas sedikit demi sedikit.
Sebelum saya melangkah lebih jauh, mari kita intip dulu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai pedoman kita berbahasa. Ternyata ada lima arti partikel pun berdasarkan KBBI.
Arti pertama adalah ’juga’ atau ’demikian juga’. Kedua, ’meski’, ’biar’, ’kendati’. Ketiga, ’saja…’. Keempat, ’… pun… lah’. Kelima, ’untuk menguatkan dan menyatakan pokok kalimat’.
Untuk arti pertama, apabila kita menulis jika kakak pergi, aku pun ikut, partikel pun dapat diganti dengan juga. Maka, kalimatnya menjadi jika kakak pergi, aku juga ikut.
Sementara pada pengertian kedua, kita bisa menggunakan contoh berikut: sakit pun dia tersenyum. Maka, pun pada kalimat tersebut berarti ’meski’, ’biar’, ’kendati’ (meski sakit, dia tersenyum).
Bagaimana dengan pengertian ketiga? Dalam kalimat jalan pun tak bisa, apalagi berlari, maka maksud kalimat itu adalah jalan saja tak bisa, apalagi berlari.
Untuk pengertian keempat, kita bisa menggunakan kalimat ini: Hari Kasih Sayang pun tibalah. Dalam kalimat ini, kata yang mengikuti pun harus menggunakan partikel -lah untuk menyatakan bahwa hal itu mulai terjadi: Hari Kasih Sayang mulai tiba.
Pengertian terakhir, yang bermakna atau berfungsi menguatkan dan menyatakan pokok kalimat, kita dapat menemukannya dalam kalimat saya pun mengerti. Partikel pun di sini untuk menunjukkan penegasan, menguatkan pokok kalimat bahwa saya benar-benar mengerti.
Dengan melihat pengertian dan kelima contoh kalimat itu, bisa ditarik kesimpulan bahwa pun ditulis terpisah, bukan disambung. Pun di sini bukan kata penghubung sehingga ditulis terpisah.
Pengecualian
Namun, masalah penulisanpun tidak selesai sampai di sini. Ternyata dalam bahasa Indonesia ada beberapa kata berunsur pun yang dianggap memiliki kekhususan, atau mengalami pengecualian.
Ada 12 kata yang mengalami pengecualian, yaitu adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.
Dari 12 kata itu, ada 4 kata yang bisa ditulis terpisah ataupun digabung. Keempat kata itu adalah adapun, bagaimanapun, sekalipun, dan maupun.
Bagaimana penggunaan keempat kata itu? Coba kita ulas dengan menggunakan contoh kalimat agar mudah dimengerti.
1. Ada pun, aku tak mau meminjamkan uang ini kepada dia. (Ada juga, aku tak mau meminjamkan uang ini kepada dia.)
2. Adapun saya disuruh olehnya meminta bantuan. (Mengenai hal itu, saya disuruh olehnya meminta bantuan.)
3. Kakak bisa tidur nyenyak dalam keadaan bagaimana pun. (Kakak bisa tidur nyenyak dalam keadaan bagaimana saja.)
4. Bagaimanapun aku tetap sayang kepadanya. (Apa pun yang terjadi, aku tetap sayang kepadanya.)
5. Aku tidak mau berkorban untuk dia sekali pun. (Aku tidak mau berkorban untuk dia meski sekali saja.)
6. Sekalipun kamu pergi menjauh, aku tetap menyayangimu. (Meskipun kamu pergi jauh, aku tetap menyayangimu.)
7. Mau pun, aku sudah tidak bisa bersatu lagi dengannya. (Walaupun mau, aku sudah tidak bisa bersatu lagi dengannya.)
8. Kita akan selalu bersama-sama, baik dalam suka maupun duka. (Kita akan selalu bersama-sama, dalam suka ataupun duka.)
Dari contoh tersebut, terlihat ada perbedaan makna antara penulisan partikel pun yang digabung dan dipisah. Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ternyata ditulis serangkai (digabung), sedangkan pun yang memiliki makna leksikal ditulis terpisah.
Karena itu, agar tidak terjadi salah pengertian, lebih baik kedua belas kata yang mengandung unsur pengecualian itu kita hapalkan. Tujuannya adalah agar kita bisa membedakan cara penulisannya dan agar kalimat yang tersaji tidak membikin ampun atau pusing para pembaca.