Badan Restorasi Gambut dan Mangrove mencatat, ekosistem mangrove seluas 637.000 hektar dalam kondisi kritis.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Rehabilitasi hutan mangrove di Indonesia dinilai lamban. Badan Restorasi Gambut dan Mangrove mencatat, ekosistem mangrove seluas 637.000 hektar telah kritis.
Sejauh ini rehabilitasi mangrove jauh di bawah target pemerintah. Peta Mangrove Nasional tahun 2021 mencatat, total luas hutan mangrove di Indonesia 3,36 juta hektar atau 20 persen dari seluruh ekosistem mangrove di dunia.
Pada tahun 2021, Presiden Joko Widodo menargetkan rehabilitasi mangrove di Indonesia sekitar 600.000 hektar hingga tahun 2024. Namun, hingga kini rehabilitasi mangrove baru mencapai 130.000 hektar (Kompas.id, 17/2/2024).
Padahal, hutan mangrove melindungi garis pantai dari badai dan tsunami melalui redaman gelombang. Mangrove juga menyerap karbon empat kali lebih banyak daripada hutan hujan lewat akumulasi biomassa hidup, endapan sampah dan kayu mati. Hutan mangrove di Indonesia menyimpan 3,14 miliar ton karbon dioksida.
Keberadaan mangrove juga mendukung mata pencarian warga. Sekitar 55 persen dari total biomassa tangkapan ikan di Indonesia terdiri atas spesies yang bergantung pada mangrove, dengan total produksi tahunan bernilai 825 juta dollar AS. Studi Bank Dunia menunjukkan mangrove memiliki nilai tahunan 15.000 hingga 50.000 dollar AS per hektar.
Menurut laporan Spalding dkk (1997), dikutip Sciencedirect, mangrove mencakup 18,1 juta hektar. Berdasarkan Peta Mangrove Global yang dirilis Global Mangrove Watch, pada 2020 diperkirakan ada 147.359 kilometer persegi tutupan hutan mangrove secara global. Namun, habitat mangrove di dunia hilang lebih dari 50 persen.
Sumber ancaman
Sumber ancaman paling serius terhadap habitat mangrove adalah meningkatnya kepadatan populasi manusia dan pembangunan di pesisir. Pembangunan perkotaan, budidaya perikanan, konversi ke pertanian seperti pertanian padi, dan eksploitasi kayu yang berlebihan merupakan faktor utama hilangnya mangrove.
Hutan mangrove melindungi garis pantai dari badai dan tsunami melalui redaman gelombang. Mangrove juga menyerap karbon empat kali lebih banyak daripada hutan hujan.
Mengingat besarnya manfaat mangrove, perlu kerja keras membalikkan tren penurunan area mangrove melalui komitmen semua pihak di tingkat nasional dan internasional. Sebab, seiring berlanjutnya pola permukiman, warga menjauhkan diri dari alam dan kurang peduli konservasi alam.
Perlindungan dan restorasi mangrove global didukung lebih dari 40 negara dalam Konferensi Para Pihak PBB terkait Iklim (COP) Ke-28 di Dubai, Uni Emirat Arab, akhir tahun lalu. Puluhan negara berkomitmen mencapai target konservasi dan restorasi mangrove 15 juta hektar dengan dukungan investasi baru senilai 4 miliar dollar AS pada 2030.
Sebagai negara dengan ekosistem mangrove luas, Indonesia berperan penting dalam upaya rehabilitasi hutan yang melindungi pesisir dan mampu menyerap karbon itu. Tentu, hal ini membutuhkan komitmen bersama masyarakat, pemerintah pusat dan daerah, serta kolaborasi internasional.