Kebakaran di Chile dan banjir di California yang terjadi bersamaan merupakan pengingat akan fenomena cuaca ekstrem.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Cuaca ekstrem sedang berlangsung di benua Amerika. Saat sebagian Amerika Utara dingin dan banjir, sebagian Amerika Selatan justru panas.
Kompas.id dua hari terakhir melaporkan suhu tinggi di pesisir barat Chile di Amerika Selatan. Suhu udara bisa mencapai 40 derajat celsius. Suhu tinggi disertai angin kencang ikut memicu besarnya kebakaran hutan dan lahan di kota pelabuhan Valparaiso dan Vina del Mar, yang diduga disengaja. Kepolisian Chile sedang menyelidiki penyebabnya. Kebakaran itu memakan korban jiwa sedikitnya 123 orang meninggal hingga Selasa (6/2/2024).
Presiden Chile Gabriel Boric mengumumkan hari berkabung nasional untuk mengenang para korban. Masa perkabungan ditetapkan dua hari, Senin dan Selasa kemarin. Boric khawatir, jumlah korban tewas masih terus bertambah sebab masih ada ratusan orang yang belum diketahui nasibnya. Sebanyak 370 orang hilang di Vina del Mar. Kebakaran di Vina del Mar juga menghanguskan kebun raya berusia hampir seabad. Kawasan ini merupakan resor pantai yang populer dan ramai oleh turis. Kebakaran juga menghanguskan 14.000 bangunan.
Ke arah utara dan barat laut Chile, tepatnya di pesisir barat negara bagian California, Amerika Serikat, beberapa kotanya kebanjiran. Los Angeles, Santa Barbara, dan Oxnard, tidak luput dari terjangan badai dan banjir. Banjir disebabkan oleh fenomena yang disebut sungai atmosfer, yakni ketika ada kumpulan titik air berbentuk memanjang di angkasa seperti sungai. Titik-titik air itu turun berupa hujan deras yang disertai angin kencang. CNN melaporkan, pemerintah daerah menyatakan situasi banjir pada level 4 yang merupakan level risiko tertinggi di dalam perhitungan bencana mereka. Wali Kota Los Angeles Karen Bass menyebutkan, curah hujan dalam satu hari setara dengan curah hujan reguler sebulan. Kemungkinan Los Angeles menghadapi banjir seperti saat Badai Hilary pada Agustus 2023.
Penyebab cuaca ekstrem di Chile dan California tersebut dijelaskan dengan baik oleh John Abatzoglou, ilmuwan iklim di Universitas California, Merced, kepada The New York Times. Ia menjelaskan, variabel iklim, bersama dengan dampak El Nino, merupakan instrumen utama dalam orkestra untuk peristiwa-peristiwa ekstrem dengan dampak perubahan iklim yang semakin kencang seiring berjalannya waktu. Menurut Abatzoglou, kebakaran di Chile dan banjir di California yang terjadi secara bersamaan merupakan pengingat akan cuaca ekstrem dan dampaknya.
Kedua bencana alam tersebut mengonfirmasi hal yang oleh beberapa ahli disebut sebagai bahaya perubahan iklim yang kurang diperhatikan. Kedua bencana alam tersebut menjadi pengingat bagi pemerintah dan masyarakat dunia untuk dapat beradaptasi dengan dampak yang timbul atas perubahan iklim yang terjadi. Kebijakan dan langkah mencegah pemburukan iklim secara global juga perlu terus diupayakan.