Optimasi Bank Dunia sebagai Bank Pengetahuan
Fakta konflik dan perubahan iklim menambah suram kondisi geopolitik dan ekonomi.
Salju yang turun beberapa minggu terakhir dan memutihkan area District of Columbia, Maryland, dan Virginia di Amerika Serikat seakan-akan ingin memberi pesan ketenangan dan kedamaian.
Rehat sejenak di tengah kondisi dunia yang sedang tak baik-baik saja. Dunia memang penuh dengan persoalan. Tantangan pembangunan global semakin tinggi, tetapi kerja sama dan kepemimpinan global kian melemah, dibuktikan dengan tidak tercapainya kesepakatan atas isu-isu global dalam berbagai forum internasional.
Target mengatasi kemiskinan global pada 2030 diperkirakan meleset, menyisakan 600 juta orang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Upaya bersama untuk membagi kemakmuran juga tidak berjalan mulus.
Fakta konflik dan perubahan iklim menambah suram kondisi geopolitik dan ekonomi. Invasi Rusia terhadap Ukraina sebentar lagi masuk tahun ketiga.
Perang Israel-Hamas terus menjalar dengan gangguan keamanan perdagangan di Laut Merah. Konflik dan kudeta militer di tujuh negara di Sub-Sahara Afrika belum menemukan jalan damai. Sementara gangguan kekeringan di Panama memaksa otoritas Terusan Panama mengurangi kapal yang akan menyeberang, semula 38 menjadi 24 kapal per hari.
Perdagangan melalui Laut Merah dan Terusan Panama merupakan barometer perdagangan dunia. Gangguan di keduanya akan berdampak nyata ke biaya angkut dan pada akhirnya, inflasi global. Kita semua akan merasakan dampaknya.
Bagi Bank Dunia dan negara klien, inti dari evolusi adalah mengoptimalkan dampak pembangunan.
Di tengah-tengah tantangan dunia inilah Bank Dunia melakukan evolusi, efektif sejak Januari 2023. Fokusnya: perubahan visi-misi, penguatan model operasi dan model keuangan. Evolusi ini bertujuan menjadikan institusi ini lebih baik, lebih besar, dan lebih efektif. Juga semakin dihormati sebagai institusi pembangunan multilateral tertua di dunia.
Tentu evolusi ini tidak bertujuan dan tidak dapat menyelesaikan semua persoalan global saat ini. Namun, Bank Dunia akan terus memperbaiki kebijakan dan aksinya agar selalu sesuai dalam menanggapi perkembangan dan tantangan dunia yang terus berubah.
Untuk itu, evolusi perlu ambisi besar agar kerja keras dapat terlaksana tuntas dan berdampak luas. Bank Dunia perlu memperkuat visi-misinya guna menyumbangkan sesuatu yang lebih bermanfaat dan berdampak ganda bagi pembangunan global, terutama dalam mengatasi kemiskinan dan membagi kemakmuran (twin goals).
Capaian evolusi
Mari kita lihat capaian evolusi ini. Visi dan misi baru telah ditetapkan. Twin goals tetap jadi fokus dengan tambahan frasa planet yang layak huni (livable planet), yang berarti menciptakan dunia yang berdaya tahan, berkelanjutan dan inklusif, tempat lingkungan dan manusia yang dapat berkembang.
Hal ini mencakup upaya mengatasi perubahan iklim, mengurangi kemiskinan, mendorong kesetaraan, dan memastikan kesejahteraan untuk semua individu dan komunitas.
Selanjutnya, peranti penanggap krisis (crisis response toolkit) bagi negara-negara yang rentan terhadap bencana iklim, khususnya di Pasifik dan Karibia, siap diimplementasikan.
Peranti ini memungkinkan negara-negara yang terkena bencana iklim menunda pembayaran pokok pinjaman selama dua tahun dan dapat merelokasi portofolio pinjaman untuk menangani bencana.
Institusi Bretton Woods ini juga telah menyiapkan rencana komprehensif untuk mengurangi emisi gas metana, menggelontorkan pendanaan untuk menghadirkan energi terbarukan bagi 300 juta orang di Afrika, dan upaya mengatasi kompleksitas pasar karbon.
Model operasional diperkuat dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas. Tujuannya, memangkas waktu penyiapan proyek dan program. Optimasi kredensial sebagai ”bank pengetahuan” (knowledge bank) dan memberdayakan pendekatan Satu-Bank Dunia (One World Bank approach) menjadi jurus andalan untuk mengoptimalkan dampak pendanaan.
Model keuangan diperkuat dengan rencana mobilisasi pendanaan dengan target tambahan 125 miliar dollar AS-150 miliar dollar AS selama 10 tahun ke depan. Respons terhadap perubahan iklim dilakukan dengan merencanakan peningkatan porsi pendanaan perubahan iklim dan alokasi yang berimbang untuk aksi mitigasi dan adaptasi, sebesar 50:50.
Tak berhenti di situ, Bank Dunia juga menata ulang kemitraan global, mendorong pelibatan sektor swasta yang lebih besar, dan meningkatkan porsi pendanaan murah melalui institusi International Development Association yang dimanfaatkan 78 negara berpendapatan rendah dan menengah.
Bank Dunia perlu memperkuat visi-misinya guna menyumbangkan sesuatu yang lebih bermanfaat dan berdampak ganda bagi pembangunan global, terutama dalam mengatasi kemiskinan dan membagi kemakmuran ( twin goals).
Program tantangan global (global challenge program/ GCP) akan segera diluncurkan dengan skema konsesional (biaya pinjaman di bawah harga pasar). GCP ini dimaksudkan untuk menjawab delapan tantangan global yang telah diketok oleh para gubernur Bank Dunia pada pertemuan tahunan di Marrakech, Oktober lalu.
Kedelapan tantangan global itu adalah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, kesiapsiagaan menghadapi pandemi, konflik dan kekerasan, ketahanan pangan dan gizi, akses energi, keamanan dan akses air, digitalisasi, dan keanekaragaman hayati dan alam.
Optimasi pengetahuan
Bagi Bank Dunia dan negara klien, inti dari evolusi adalah mengoptimalkan dampak pembangunan. Upaya ini dilakukan dengan optimasi pengetahuan. Bagaimana caranya?
Pertama, dampak pengganda pendanaan (lending multiplier). Artinya pendanaan program dan proyek bukan hanya sebagai salah satu alternatif pendanaan pembangunan, melainkan juga harus dapat meningkatkan kapasitas untuk mengelola sumber daya dengan lebih efisien, menciptakan pendapatan dari proyek maupun pelibatan sebanyak mungkin aktor ekonomi.
Proyek restorasi dan penanaman ulang bakau merupakan salah satu contoh, di mana proyek ini dapat dimanfaatkan industri rumah tangga dan UMKM sekaligus berpotensi menghasilkan sumber penerimaan dari kredit karbon. Saat ini Bank Dunia menggarap sekitar 320 proyek per tahun, menggelontorkan sekitar 125 miliar dollar AS per tahun untuk lebih dari 140 negara. Bayangkan bila dampak pengganda pendanaan ini dapat dioptimalkan.
Kedua, pemahaman hubungan antara iklim dan pembangunan (climate and development nexus). Pengetahuan Bank Dunia dapat memfasilitasi formulasi kebijakan transisi menuju ekonomi hijau yang adil dan terjangkau, memberi rekomendasi kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan sekaligus penyelarasan dengan prioritas kebijakan domestik.
Hubungan antara iklim dan pembangunan ini disarikan dalam bentuk Country Climate Development Report (CCDR). Saat ini CCDR sudah mencakup 42 negara dan mewakili 56 persen hutan tropis dunia.
Ketiga, kapasitas formulasi kebijakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan soko guru utama pengurangan kemiskinan dan upaya mencapai kemakmuran. Pengetahuan Bank Dunia dapat membantu mobilisasi modal swasta, meningkatkan investasi, mendorong perdagangan, dan melakukan diversifikasi ekonomi.
Baca juga : Evolusi Bank Dunia untuk Dunia
Wempi Saputra, Direktur Eksekutif Bank Dunia untuk Grup Konstituensi Asia Tenggara