Akankah minat investor bertambah saat produk reksa dana ETF Bitcoin yang mudah digunakan dan berbiaya rendah tersedia?
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Mereka yang berinvestasi di aset kripto sejak awal sudah tahu bahwa uang mereka bisa hilang dalam waktu singkat, tetapi bisa juga menangguk untung besar dalam waktu yang singkat pula. Tidak sedikit yang harus jantungan dengan fenomena ini. Belakangan muncul produk semacam reksa dana atau exchange traded fund (ETF) untuk aset kripto, khususnya bitcoin. Apakah ini solusi untuk mereka yang ingin berinvestasi berbasis aset kripto?
Instrumen investasi berbasis aset kripto terus berkembang. Koin stabil mulai diatur oleh otoritas di beberapa negara dan otoritas pasar modal Amerika Serikat telah mengizinkan produk ETF Bitcoin di bursa pasar modal awal Januari lalu. Pengakuan ini makin membawa aset kripto ke dalam sistem keuangan yang telah mapan. Langkah sebelumnya ketika Ekuador mengakui secara legal bitcoin sebagai alat pembayaran tidak disebut sebagai langkah membawa aset kripto ke dalam sistem keuangan karena masih menyisakan banyak masalah. Di sisi lain, kasus FTX dan Binance yang melakukan tindakan tercela membayangi perjalanan investasi aset kripto.
Keputusan otoritas itu disambut baik investor. Pada hari peluncuran, volume perdagangan ETF Bitcoin mencapai 4,37 miliar dollar AS. Keberanian investor masuk ke dalam produk investasi ini karena lembaga keuangan yang menjadi sekuritas adalah lembaga ternama seperti BlackRock, Invesco, dan Fidelity. Investor ini boleh dibilang memiliki bitcoin melalui lembaga yang diregulasi secara ketat, tetapi tanpa secara langsung memiliki aset kripto tersebut.
Sebelum membahas lebih jauh, kita perlu memahami istilah ETF. Dalam laman Otoritas Jasa Keuangan, ETF adalah reksa dana yang kinerjanya mengacu pada indeks tertentu dan diperjualbelikan layaknya saham di bursa yang dapat dicermati pergerakannya. Dalam hal ini, kinerja ETF Bitcoin ditentukan oleh pergerakan harga bitcoin di bursa aset kripto meski ETF Bitcoin diperjualbelikan di pasar modal.
Secara umum dana investasi jenis ini akan mengikuti pergerakan harga aset atau indeks yang mendasarinya. Saat ini, ETF tersedia untuk beberapa aset dan industri, mulai dari komoditas hingga mata uang. Dalam konteks ETF Bitcoin, produk investasi ini akan bekerja dengan cara yang sama, yaitu harga satu produk yang diperdagangkan di bursa akan berfluktuasi seiring dengan harga bitcoin. Jika nilai bitcoin meningkat, ETF juga meningkat, dan sebaliknya. Namun, alih-alih berdagang di bursa mata uang kripto, ETF akan berdagang di bursa pasar seperti NYSE atau TSX.
Menurut Investopedia, ETF dapat menampung lebih dari satu aset. Misalnya, ETF Bitcoin dapat terdiri dari bitcoin, saham Apple, saham Facebook, dan banyak lagi yang memberikan investor peluang untuk memitigasi risiko dan mendiversifikasi portofolio mereka. Demikian pula, dengan berdagang di bursa pasar yang teregulasi, ETF Bitcoin akan memberi investor peluang untuk mendiversifikasi portofolio ekuitas mereka yang ada.
Soal risiko
Meski demikian, seperti produk investasi lainnya, ETF Bitcoin tetap memiliki risiko. Beberapa kalangan mengingatkan risiko ini. Mereka mengatakan, bukan karena investor sehari-hari telah diberikan akses yang mudah dalam bungkus investasi terkenal, kemudian produk ini aman. Semua tetap seperti produk investasi lainnya, ada risiko. Sejumlah konsultan keuangan tetap menyarankan kepada para investor untuk tetap berhati-hati meski ada tren persentase aset kripto dalam portofolio klien mereka meningkat.
Dalam survei tahun 2023 yang dilakukan oleh Journal of Financial Planning dan Financial Planning Association, aset kripto berada di urutan terakhir dalam daftar apa yang digunakan penasihat keuangan dalam menyusun portofolio klien mereka. Survei tersebut menemukan bahwa hanya 2,3 persen penasihat yang mengalokasikan kripto, naik dari 0,3 persen pada tahun 2019. Namun, 3,1 persen mengatakan, mereka berencana untuk merekomendasikannya lebih banyak pada tahun depan. Akankah hal itu berubah secara signifikan dengan tersedianya ETF Bitcoin yang mudah digunakan dan berbiaya rendah?
Salah satu penasihat keuangan ternama, Michael Kitces, yang dikutip The New York Times, mengatakan, dia sempat menyarankan alokasi 1 atau 2 persen dari portofolio klien ke ETF Bitcoin, terutama jika individu tersebut menyatakan minatnya. Namun, ada yang berargumentasi bahwa alokasi kecil tersebut tidak akan membawa perubahan signifikan dalam jangka panjang sehingga mereka memilih untuk mengambil langkah tidak menimbulkan risiko. Ada daftar panjang investasi alternatif yang dapat membantu mendiversifikasi portofolio, dengan volatilitas yang lebih rendah, sebelum klien beralih ke aset kripto.
Pendapat senada muncul dari pengelola dana pensiun di Amerika Serikat. Sejumlah program dana pensiun di berbagai perusahaan sempat hendak masuk ke aset kripto, tetapi departemen tenaga kerja di negara itu mengingatkan soal rencana itu dan tanggung jawab mereka. Otoritas melakukan langkah ini setelah mendengar bahwa banyak dana pensiun berencana menerima tawaran dari sejumlah perusahaan untuk menambahkan aset digital ke portofolio investasi mereka. Departemen tenaga kerja mewanti-wanti soal ini karena dana pensiun mengelola dana sekitar 8 triliun dollar AS. Sejumlah dana pensiun kemudian membatalkan niatnya.
Dari fenomena ini kita melihat bahwa meski instrumen investasi berbasis aset kripto mulai memasuki produk yang diregulasi, tidak sedikit yang masih ragu. Risiko dinilai masih terlalu besar. Sepertinya investasi berbasis aset kripto masih membutuhkan waktu hingga investor merasa lebih aman lagi. Perbaikan aturan dan inovasi produk investasi ini masih dibutuhkan agar investasi di aset kripto tak lagi bikin frustrasi. Meski, langkah ini menjauhkan hakikat dari teknologi kriptografi yang mengurangi dan bahkan menghilangkan peran pihak ketiga dan regulator.