Media sosial telah mendemokratisasi peran banyak orang. Orang biasa bisa muncul dengan konten-konten yang menarik.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Ketika media sosial memungkinkan semua kalangan muncul di permukaan, pemengaruh (influencer) menjadi profesi baru. Mereka mendapatkan kekayaan melampaui merek yang telah terkenal sebelumnya.
Di China, ada lima pemengaruh yang jumlah kekayaan bersihnya melonjak drastis pada tahun 2023. Kekayaan mereka hampir menyamai kekayaan sejumlah selebritas terkenal di Hollywood. Daftar berisi 50 pemengaruh daring paling sukses tahun 2023 diumumkan oleh Forum KTT E-Commerce Guangdong, China. Harian The South China Morning Post, Sabtu (20/1/2024), menyebutkan, dari daftar itu ada lima pemengaruh daring berpenghasilan tertinggi asal China.
Di urutan terkaya, ada yang dikenal dengan nama Crazy Xiaoyangge dengan kekayaan bersih tahunan sebesar 451 juta dollar AS (Rp 7 triliun), diikuti Xin Youzhi (436 juta dollar AS atau Rp 6,8 triliun), Austin Li Jiaqi (323 juta dollar AS atau Rp 5 triliun), Dong Yuhui (74 juta dollar AS atau Rp 1,2 triliun), dan The Boss Seven (37 juta dollar AS atau Rp 580 miliar) (Kompas.id, 21/1/2024).
Media sosial telah mendemokratisasi peran banyak orang. Orang biasa bisa muncul dengan konten-konten yang menarik. Mereka juga meraup uang dalam jumlah besar dan bahkan mengalahkan peran petahana di berbagai bidang. Mereka itu adalah orang yang bisa menghibur, memiliki keunikan, hingga yang memiliki keahlian tertentu.
Namun, salah satu yang kemudian perlu mendapatkan perhatian adalah peran mereka di dalam komunikasi atau penggunaan media. Tidak sedikit di antara mereka yang sekadar ingin terkenal saja. Mereka ini tak akan bertahan lama dan mudah tumbang. Perkembangan platform kadang juga menyebabkan mereka tidak bisa bertahan. Kita masih ingat mereka yang terkenal di media blog tidak otomatis dikenal di Facebook kemudian di Instagram, Youtube, dan Tiktok.
Dari jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas, publik menyukai pemengaruh yang memotivasi atau menginspirasi, kreatif dan inovatif, memiliki konten bermutu, serta mereka yang terlihat cantik atau ganteng. Dari data ini publik memiliki preferensi terhadap sejumlah konten. Apalagi para pemengaruh mampu membuat konten yang disukai publik itu, maka kita bisa berharap bahwa media sosial dipenuhi dengan konten yang membangun.
Bila hasil jajak pendapat itu menjadi panduan, kita makin yakin bahwa pemengaruh adalah profesi, bukan sekadar pekerjaan sambilan, iseng, atau malah sekadar usil. Mereka memiliki kekuatan dalam melakukan komunikasi ke publik dibandingkan dengan media konvensional. Alangkah lebih baik bila berbagai pihak, seperti komunitas dan pegiat media sosial, mulai membuat panduan agar konten-konten mereka tidak mencelakai orang lain.
Mereka dibutuhkan untuk berbagai kepentingan komunikasi di mana cara-cara lama sudah tidak mempan. Meski kadang disayangkan, mereka terjebak pada kepentingan sesaat sehingga mereka masuk dalam perangkap politik yang picik, merendahkan beberapa produk bisnis, dan tidak sedikit yang menggunakannya untuk kepentingan pribadi yang sempit. Pemengaruh dibutuhkan tetapi saatnya rambu mulai dibuat.