China kembali mengalami penurunan jumlah penduduk. Perancis mengalami angka kelahiran paling rendah setelah 1946.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Seperti ditulis Kompas.id, China mengumumkan, pada tahun lalu jumlah penduduk negara itu berkurang 2,08 juta menjadi 1,409 miliar. Penurunan ini lebih besar ketimbang penurunan pada 2022 yang tercatat 850.000 orang. Tahun 2022 merupakan kali pertama China mengalami penurunan populasi setelah kelaparan besar pada 1961.
Sementara itu, Perancis mengumumkan, pada tahun lalu mereka mengalami jumlah kelahiran paling sedikit setelah 1946. Tahun 2023, angka kelahiran Perancis 678.000, berkurang 48.000 ketimbang jumlah bayi yang lahir pada 2022. Secara keseluruhan, penduduk Perancis tahun 2023 bertambah sekitar 0,3 persen. Meski demikian, penurunan angka kelahiran itu menunjukkan Perancis tetap menghadapi masalah krusial terkait kependudukan atau demografi.
Penduduk adalah motor pertumbuhan. Jumlahnya yang besar akan mendongkrak produk domestik bruto yang akhirnya bisa menempatkan sebuah negara sebagai kekuatan berpengaruh dari aspek ekonomi. Meski demikian, kualitas penduduk juga penting agar tak menjadi beban.
Angka kelahiran, selisih jumlah kematian dengan kelahiran, serta rasio warga berusia kerja terhadap warga lansia penting untuk menilai beban yang ditanggung oleh penduduk berusia kerja (working age population). Jika jumlah penduduk tua lebih banyak ketimbang warga pekerja, produktivitas pekerja berarti tergerus untuk membiayai tanggungan warga lansia.
Ruchir Sharma, penulis The Rise and Fall of Nations, dalam wawancara dengan Foreign Affairs, Februari 2016, menekankan arti penting penduduk berusia kerja (15-64 tahun). Menurut dia, angka working age population menentukan produktivitas ekonomi. Sayangnya, pertumbuhan penduduk usia kerja global sekarang sekitar 1 persen, turun dari 2 persen pada masa-masa sebelumnya. Bisa dibayangkan, jika angka kelahiran terus turun, jumlah penduduk usia kerja pun berkurang pada 10-20 tahun berselang. Penurunan jumlah penduduk usia kerja ini dinilai berhubungan erat dengan kinerja atau pertumbuhan ekonomi yang sekarang rendah.
Apa yang dialami China, Perancis, dan sejumlah negara lain yang mengalami penurunan kelahiran serta penuaan penduduk menjadi salah satu penyebab produktivitas global yang berkurang. Karena itu, otomasi dan kecerdasan buatan menjadi solusi. Sejumlah ahli melihat, kecerdasan buatan memiliki nilai ekonomi sangat tinggi (itulah sebabnya banyak korporasi besar berinvestasi besar di bidang ini) karena mampu mendongkrak produktivitas.
Untuk Indonesia, dengan populasinya yang masih tumbuh, hal krusial sekarang ialah meningkatkan kualitas penduduk, yakni memperbaiki level pendidikan dan kualitas kesehatan. Jumlah penduduk yang besar memang modal berharga, tetapi lebih baik jika mereka pintar dan sehat.