Kecerdasan Buatan Merambah Dinamis dalam Kehidupan Sehari-hari
Salah satu cara utama di mana AI dapat meningkatkan produktivitas adalah dengan otomatisasi tugas-tugas rutin.
Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan menjadi penggerak utama untuk aktivitas dan kehidupan berkelanjutan. AI bahkan dapat disejajarkan dengan penemuan Listrik, mesin uap, dan kereta api pada 200 tahun yang lalu, sebagai teknologi untuk pemakaian aneka manfaat (general purpose technology).
Saat ini, AI memang telah menjadi penggerak utama untuk masa depan dan menjanjikan perubahan cara kita hidup dan bekerja. AI juga menjadi penggerak utama untuk inovasi ke depan.
Seperti halnya penemuan listrik hingga mobil, AI memiliki potensi yang sama besar untuk membawa perubahan revolusioner dalam berbagai industri. Dengan kecerdasannya yang luar biasa, AI mampu memberikan solusi kreatif dan efisien atas permasalahan yang kompleks sekalipun.
Pada dunia modern ini, para pelaku bisnis, entrepreneur dan bahkan pegawai yang menjalankan layanan publik (Windrum & Koch, 2008) harus terus mencari terobosan baru. Terobosan itu penting untuk meningkatkan produk atau layanan agar tetap relevan di pasar yang kompetitif serta turut meningkatkan pembangunan ekonomi.
Peran kunci AI adalah sebagai salah satu penyelamat utama dengan kemampuannya dalam menganalisis data besar untuk memberi arah bagi inovasi.
Dengan bantuan AI, inovator dapat menemukan terobosan baru karena inovasi mengandung semangat demokrasi (democratize innovation) dalam mencermati tren atau keperluan baru dari konsumen di pasar. AI juga dapat mewujudkan permintaan konsumen dengan lebih baik.
Lebih dalam lagi, AI juga memberikan alat penting bagi para ilmuwan dan peneliti dalam mengembangkan penemuan baru di berbagai bidang, seperti ilmu kedokteran, energi terbarukan, teknologi transportasi masa depan, pertokoan masa depan dengan pengiriman robot untuk mengirim pembelian pelanggan, dan banyak lagi.
Dengan metode pembelajaran mesin (machine learning), AI dapat mempercepat peningkatan kemampuan, bereksperimen dengan analisis data sehingga memungkinkan adanya terobosan-terobosan baru yang sebelumnya sulit dicapai oleh manusia.
Era AI jelas sudah bergulir dan tidak dapat lagi dibendung. Perusahaan harus mengubah caranya berbisnis. Apalagi, era kecerdasan buatan diyakini bisa meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Iansiti dan Lakhani (2020) menyatakan, kehadiran AI atau digitalisasi akan membentuk ulang kompetisi (reshaping competition) dibandingkan dengan cara lama atau tradisional atau perusahaan analog yang sudah berlangsung selama ini.
Tentu saja, AI telah mengubah wajah industri dan persaingan bisnis saat ini atau transforming competition (Iansiti dan Lakhani, 2020). Dalam era seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan harus beradaptasi dan mencari strategi baru untuk tetap relevan di tengah lautan teknologi canggih.
Tidak hanya itu saja, AI juga membuka pintu bagi inovasi baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Melalui kombinasi antara algoritma cerdas dan kemampuan belajar mesin (machine learning), sistem AI dapat menciptakan solusi kreatif untuk tantangan bisnis tertentu.
AI tidak hanya tentang menciptakan robot cerdas seperti di film-film fiksi ilmiah, tetapi juga melibatkan penggunaan algoritma (proses kerja) komputer yang canggih untuk menganalisis data, mengidentifikasi pola, mengarahkan kegiatan, dan membuat prediksi.
Dengan adanya AI, para inovator dapat menghemat waktu dan tenaga dengan menggunakan teknologi otomatisasi untuk penalaran dan prediksi. Seorang peneliti medis, misalnya, menggunakan AI untuk memproses ribuan data pasien secara simultan dan mendiagnosis lebih akurat tentang penyakit dan pengobatan pada pasien sehingga membantu menyelamatkan nyawa manusia.
Selain itu, AI bisa menjadi asisten virtual bagi para inovator dalam menjalankan tugas sehari-hari. Sebuah perusahaan teknologi telah menggunakan chatbot berbasis AI untuk membantu tim pengembangan produk dalam merespons pertanyaan pelanggan dan memberikan solusi dengan cepat.
Hal ini tidak hanya meningkatkan responsivitas tim, tetapi juga membuka peluang baru bagi inovasi. Jadi, AI memiliki potensi besar meningkatkan produktivitas dalam berbagai bidang yang ada di bisnis dan kegiatan.
Bila kita cermati survei di harian Kompas, 28 Juni 2023, terdapat tiga sektor lapangan usaha dengan keterpaparan AI tertinggi. Yakni sektor informasi dan komunikasi (58,0 persen), jasa keuangan dan asuransi (55,2 persen), dan jasa perusahaan (52,3 persen).
Jika dirinci, AI memapar sektor kesehatan dan keuangan sosial (34 persen), pendidikan (33 persen), administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (37,4 persen), jasa perusahaan (52,3 persen), real estat (38,8 persen), serta jasa keuangan dan asuransi (55,2 persen).
Bagaimana AI dapat meningkatkan produktivitas sehingga dapat unggul dari pesaing-pesaignya? Ini adalah pertanyaan yang sering muncul ketika kita membicarakan peran kecerdasan buatan dalam dunia bisnis dan inovasi. AI adalah teknologi yang memungkinkan mesin untuk belajar (learning), berpikir (reasoning), dan melakukan pengamatan inteligen untuk membantu manusia mengambil keputusan.
Salah satu cara utama di mana AI dapat meningkatkan produktivitas adalah dengan otomatisasi tugas-tugas rutin. Misalnya, seorang inovator tidak lagi harus melakukan pekerjaan administratif yang membosankan secara manual.
Dengan bantuan AI, mereka dapat menggunakan waktu mereka untuk fokus pada hal-hal yang lebih penting dan kreatif. Dengan adanya sistem komunikasi terintegrasi dan penyelesaian masalah otomatis melalui chatbot atau asisten virtual cerdas, tim bisa bekerja sama dengan lebih efisien tanpa hambatan waktu dan ruang.
Selain itu dalam upaya untuk mengoptimalkan proses produksi, Amazon dan Google memutuskan untuk menerapkan sistem AI dalam rantai pasok (supply chain) mereka.
Dengan bantuan AI, mereka dapat melakukan pemantauan real-time terhadap setiap langkah proses produksi, mulai dari persediaan bahan mentah hingga pengiriman produk jadi kepada pelanggan. AI juga membantu identifikasi potensi kesalahan atau masalah kualitas yang mungkin terjadi selama proses produksi.
Dengan adanya sistem prediktif berbasis AI, perusahaan dapat cepat merespons masalah tersebut dan mengambil tindakan pencegahan sebelum kerugian terjadi. Selain itu, dengan analisis data yang kuat dari AI, perusahaan dapat melihat tren dan pola baru operasionalisasi di lapangan. Hal ini memberikan wawasan berharga kepada tim inovasi internal tentang cara baru meningkatkan efektivitas operasional serta peluang baru bagi produk inovatif di masa depan.
Korporasi global yang sudah menggunakan AI di antaranya General Electric (GE), Siemens, Fedex, Uber, Shell, dan Temasek.
Bagaimana untuk Indonesia? Perbankan sedikit lebih maju dalam penggunaan AI oleh karena adanya kompetisi yang ketat. Tanpa implementasi AI untuk menjalankan proses bisnisnya, perbankan akan tergerus keuntungan dan pelanggannya secara drastis.
Di sektor transportasi, Grab, Gojek, dan Blue Bird sudah beroperasi dengan penggunaan AI untuk melayani pelanggannya lebih baik.
Manerep Pasaribu, Dosen Pascasarjana FEB UI dan anggota Indonesia Strategic Management Society
email: manerep_kupang@yahoo.co.id