Lebanon tak mau perang meluas, tapi siapa bisa mencegah jika Israel sudah nekat.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Perang Hamas-Israel belum usai. Front baru perang Hezbollah-Israel di depan mata. Lebanon tak mau perang meluas, tapi siapa bisa mencegah jika Israel sudah nekat.
Perkembangan konflik lintas perbatasan Lebanon-Israel di awal 2024 ini sangat mencemaskan. Hanya dalam sepekan, dua sosok penting, yakni Wakil Ketua Biro Politik Hamas Saleh al-Arouri dan Komandan Unit Radwan, Pasukan Elite Hezbollah, Wissam Hassan al-Tawil, tewas dalam operasi pembunuhan di Lebanon, yang mengarah pada Israel pelakunya.
Israel tak mengonfirmasi atau membantah keterlibatannya dalam pembunuhan Arouri. Soal pembunuhan Tawil, kepada televisi Israel, yang dikutip The Jerusalem Post, Menteri Luar Negeri Israel Katz mengonfirmasi Israel sebagai pelakunya.
Baku serang Hezbollah-Israel telah memanas sejak perang Hamas-Israel meletus mulai 7 Oktober 2023. Selama tiga pertempuran lintas perbatasan Lebanon-Israel itu, lebih dari 185 orang di Lebanon, termasuk 140 petempur Hezbollah dan 20 warga sipil—tiga di antaranya jurnalis—tewas. Di Israel, sembilan tentara dan sedikitnya empat warga tewas.
Sejak awal pertempuran di Gaza berkecamuk, banyak pihak memperingatkan kemungkinan eskalasi perang ke kawasan. Penderitaan warga Palestina akibat gempuran Israel yang membabi buta memantik solidaritas luas di dunia Arab, salah satunya diekspresikan melalui perlawanan bersenjata.
Di sisi utara Israel, kelompok Hezbollah siaga. Di tepi Laut Merah, kelompok Houthi di Yaman mendisrupsi jalur pelayaran komersial dengan klaim sasaran kapal-kapal niaga yang dinilai terkait Israel.
Namun, dari beberapa front tersebut, Lebanon dipandang sebagai arena yang paling riskan meletupkan api perang baru. Negeri itu pernah diinvasi Israel, akhir 1970-an hingga awal 1980-an, untuk berperang melawan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang bermarkas dan beroperasi di Lebanon.
Pada 2006, Israel juga berperang melawan Hezbollah. Tawil, Komandan Unit Pasukan Radwan, yang dibunuh Israel, awal pekan ini, adalah salah satu anggota pasukan khusus Hezbollah yang menyusup ke Israel, menangkap dua tentaranya, dan membunuh sejumlah tentara Israel lain. Insiden ini memantik perang selama sebulan.
Sehari setelah Tawil dibunuh, Hezbollah menyerang markas tentara Israel di Safed, sekitar 14 kilometer selatan perbatasan, sebagai pembalasan atas tewasnya Arouri dan Tawil. Ini serangan paling dalam ke Israel sejak perang Gaza meletus.
Hezbollah, seperti dikatakan Wakil Pemimpin Naim Qassem, tak ingin perang meluas. Namun, jika Israel memperluas perang, mereka akan membalas hingga level maksimum.
Salah satu misi lawatan Menlu AS Antony Blinken ke Timur Tengah pada 4-11 Januari adalah mencegah perang meluas. Namun, seperti diungkap The Washington Post (7/1/2024), dari sumber-sumber intelijen AS, Washington mencium skenario Israel meluaskan perang ke Lebanon sebagai cara PM Benjamin Netanyahu menyelamatkan jabatan di tengah kritik atas kegagalannya mencegah serangan Hamas, 7 Oktober 2023.