Tundukkan Vietnam, Jurus Tim ”Garuda” ke 16 Besar Piala Asia
Saat ASEAN bukan zona elite sepak bola Asia, bisakah Indonesia lolos ke 16 besar Piala Asia? Kuncinya, pukul Vietnam.
Oleh
ADI PRINANTYO
·4 menit baca
Bicara soal tim elite sepak bola Asia, itu tak jauh-jauh dari kesebelasan kawasan Asia Timur, atau tim-tim zona Arab dan Persia. Asia Timur, sudah pasti diwakili Jepang dan Korea Selatan. Bahkan, tim Asia timur seperti Korea Utara, yang serba tertutup dan lebih sering terdengar kabarnya seputar perang dan uji coba senjata nuklir, pun pernah lolos ke putaran final Piala Dunia, yakni di Afrika Selatan 2010.
Siapa tim elite dari kawasan Arab dan Persia? Sudah jelas Arab Saudi yang tujuh kali lolos ke Piala Dunia, dan Iran yang enam kali tampil di Piala Dunia. Bukan hanya dua tim itu, tetapi masih ada juga Irak yang pernah berlaga di Piala Dunia Meksiko 1986, dan juara Asia 2007, setelah pada final di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, menang atas Arab Saudi.
Lantas, dengan posisi tim ”Garuda” di Grup D Piala Asia Qatar 2023, bersama dua tim ”raksasa”, Jepang dan Irak, serta Vietnam, bagaimana mewujudkan target lolos dari fase grup dan menuju 16 besar? Jika mencermati peringkat dunia FIFA kontestan grup ini, Jepang di tangga tertinggi, yakni ke-17 dunia per 21 Desember 2023, diikuti Irak ke-63, disusul Vietnam ke-94, dan Indonesia di peringkat ke-146 dunia.
Masih adakah peluang melaju ke 16 besar di tengah peringkat kita yang paling bontot di Grup D? Irak, yang akan dihadapi Indonesia pada 15 Januari 2024, tetap lawan berat. Namun, bukan berarti tak bisa diimbangi. Target saat menghadapi Irak, selayaknya menahan imbang demi satu poin pertama tim asuhan Shin Tae-yong. Jika tim Indonesia U-17 bisa menahan seri dua tim dengan peringkat jauh di atas kita, yaitu Ekuador dan Panama, keduanya dengan skor 1-1, maka kita layak berharap bisa mengakhiri laga melawan Irak dengan hasil imbang.
Terakhir kali Indonesia kalah telak 1-5 dari Irak, pada kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Jika mencermati laga tersebut, dua gol awal Irak semata akibat kelengahan lini belakang kita. Kesalahan antisipasi dan umpan yang tidak akurat, berujung peluang bagi lawan, dan gol. Celakanya, pada laga uji coba melawan Libya, Selasa (2/1/2024), kelengahan lini belakang terulang lagi sehingga berbuah gol ketiga dan keempat Libya.
Tim ”Garuda ” harus memastikan nirkesalahan atau zero mistake.
Menghadapi Irak dalam laga kompetitif seperti Piala Asia, dan melawan tim mana pun, sepatutnya kelengahan-kelengahan serupa tak terjadi. Tim ”Garuda” harus memastikan nirkesalahan atau zero mistake. Pelatih Argentina pada Piala Dunia 1978, Cesar Luis Menotti, mengingatkan, serangan yang baik diawali umpan matang dari lini pertahanan. Jangan sampai umpan-umpan tim kita di lini belakang, bukannya berbuah serangan tajam ke daerah permainan lawan, melainkan justru gedoran lawan yang berujung gol.
Sebaliknya, gol semata wayang Indonesia ke gawang Irak, melalui sepakan Shayne Pattynama, bisa menjadi inspirasi bagi gol-gol berikutnya ke gawang Irak. Pelajaran dari dua laga persahabatan melawan Libya layak menjadi catatan juga. Setelah kalah telak 0-4 pada laga perdana, Indonesia tunduk 1-2 pada partai kedua. Gol Indonesia ke gawang Libya, yang membuat kita unggul 1-0 dalam beberapa menit, buah permainan terbuka yang menawan. Bukan tidak mungkin skema serupa kita ulangi saat menghadapi Irak.
Lawan kedua kita, Vietnam, adalah sesama tim Asia Tenggara, dengan kesenjangan peringkat terdekat dengan Indonesia, yakni 53 tangga. Demi target menuju 16 besar, target melawan Vietnam adalah kemenangan. Tambahan tiga poin akan membuat Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan mengemas empat poin, sekaligus membuka harapan lolos ke fase gugur sebagai salah satu dari peringkat ketiga terbaik.
Walakin, harus diakui, target menang atas Vietnam tak ringan. Pada empat duel terakhir kontra Vietnam pada masa kepelatihan Shin Tae-yong, Indonesia menelan dua kekalahan dan harus rela dengan dua hasil seri. Tim ”Garuda” juga belum mampu mencetak gol ke gawang Vietnam di bawah asuhan Shin. Sebaliknya, Vietnam sudah enam kali menjebol gawang Indonesia (Kompas.id, 1/1/2024).
Catatan head to head yang buruk dengan Vietnam jangan lantas membuat kita berkecil hati. Cambuk untuk mempersembahkan yang terbaik adalah motivasi mengukir sejarah, yakni pertama kali lolos ke 16 besar Piala Asia. Jika tidak sekarang, kita akan menunggu bertahun-tahun lagi.
Dengan strategi yang tepat, daya juang tinggi dan motivasi berlipat, seharusnya tiada halangan bagi ”Garuda” untuk mengalahkan Vietnam, yang harus diakui, kini salah satu kekuatan di Asia Tenggara.
Dengan tim Jepang sebagai lawan di laga ketiga Grup D, sudah dua tingkat di atas kita, mustahil berharap kita menang atas ”Samurai Biru”, bahkan menahan seri pun cukup berat. Kalah dengan skor tipis dari tim asuhan Hajime Moriyasu sudah baik bagi Indonesia. Jerman, yang tim elite dunia, pun kalah 1-4 dari Jepang, pada laga persahabatan 9 September 2023.
Sudah saatnya kita mengakhiri penampilan di Piala Asia yang selalu tersisih di fase grup. Kesuksesan kita merebut medali emas sepak bola SEA Games Kamboja 2023, sekaligus mengakhiri penantian 32 tahun, semestinya berlanjut dengan kisah gemilang lain, yakni lolos ke 16 besar Piala Asia Qatar 2023. Garuda, kamu bisa!