Keselamatan penumpang, keselamatan rakyat Indonesia adalah segalanya, di atas segala sesuatunya. Untuk itu, setiap kecelakaan penerbangan di mana juga perlu kita cermati.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Belum seminggu setelah pergantian tahun, telah terjadi dua insiden transportasi, yakni tabrakan kereta di Cicalengka dan pendaratan darurat Alaska Airlines.
Di awal tahun ini, baik di Indonesia maupun di global, kita seolah diingatkan untuk sama sekali tidak abai dengan keselamatan. Sekecil apa pun celah yang dapat menyebabkan kecelakaan harus ditutup karena nyawa adalah taruhannya.
Sebagaimana kita ketahui dari pemberitaan media dunia, Jumat (5/1/2024), Boeing 737 MAX 9 Alaska Airlines dengan nomor penerbangan 1282 mendarat darurat di Portland, Oregon. Pesawat dengan tujuan Ontario, California, terpaksa kembali lagi ke Portland setelah 20 menit penerbangan.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Namun, lubang berukuran setara pintu pesawat pada tubuh Boeing 737 MAX 9 itu mengejutkan dunia penerbangan. Apalagi, untuk ukuran industri penerbangan, Boeing tersebut masih belia. Baru saja didaftarkan untuk terbang pada November 2023 dan baru terbang sebanyak 145 kali.
Hanya beberapa jam setelah kejadian, Alaska Airlines memutuskan untuk tidak menerbangkan 65 unit B-737 MAX 9. Inspeksi menyeluruh dilakukan terhadap armada mereka. Badan Penerbangan Federal (FAA) juga tidak mau kecolongan. Sabtu (6/1/2023), FAA menerbitkan perintah larangan terbang sementara bagi 171 unit B-737 MAX 9.
Di Amerika, Boeing 737 MAX 9 dioperasikan oleh Alaska Airlines dan United Airlines. Sementara di luar AS, B-737 MAX 9 diterbangkan oleh Copa Airlines (Panama), Aeromexico, SCAT Airlines (Kazakhstan), Iceland Air, Turkish Airlines, Lion Air, dan FlyDubai.
Bagi kita, warga Indonesia, mendengar informasi terkait Boeing 737 MAX tentunya memicu kenangan kurang baik. Sebagian dari kita tentu masih ingat terhadap insiden B-737 MAX 8 PK-LQP milik Lion Air, 29 Oktober 2018, di Karawang, Jawa Barat.
Namun, sejauh informasi yang didapatkan, insiden itu melibatkan dua tipe Boeing 737 MAX yang berbeda. Penerbangan Alaska Airlines 1282 menggunakan B-737 MAX 9, sedangkan insiden Lion Air PK-LQP menggunakan B-737 MAX 8. Sejumlah ahli penerbangan internasional telah menyatakan insiden di antara dua Boeing 737 tersebut merupakan dua insiden yang berbeda.
Apa pun, otoritas penerbangan ataupun maskapai di negeri ini patut mengamati setiap perkembangan yang terjadi dalam insiden B-737 MAX 9 ini. Terlebih lagi, belum ada informasi lebih detail terkait seberapa besar perubahan desain pesawat antara B-737 MAX 8 dan B-737 MAX 9.
Penerbangan bagi negara kepulauan, seperti Indonesia, tentunya amat penting. Penerbangan tidak saja membuka keterisolasian, tetapi juga memberikan kesempatan bagi perekonomian untuk tumbuh lebih tinggi demi kesejahteraan bersama.
Namun, keselamatan penumpang, keselamatan rakyat Indonesia, adalah segalanya, di atas segala sesuatunya. Untuk itu, setiap kecelakaan penerbangan di mana pun juga perlu kita cermati. Jangan pula lupa kalau produsen pesawat di dunia ini tidak hanya satu.