Di tahun politik yang memunculkan kegamangan, sentimen pasar modal sangat positif. Prospek kinerja bursa terus membaik.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada saat pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia 2024, Selasa (2/1/2024), mengungkapkan optimismenya terhadap prospek pasar saham di Indonesia pada 2024. Optimisme serupa diungkapkan hampir semua analis. Membaiknya stabilitas perekonomian di tingkat global ikut memicu optimisme tersebut.
Optimisme pada 2024 melanjutkan kinerja cemerlang pada 2023. Pasar modal Indonesia mencatat rekor dalam penghimpunan dana, kapitalisasi pasar, dan penawaran umum perdana. Ini menempatkannya menjadi salah satu bursa dengan kinerja terbaik di dunia (Kompas, 3/1/2024).
Apa yang terjadi di bursa pada dasarnya cerminan kondisi ekonomi secara keseluruhan. Resiliensi bursa di tengah krisis ekonomi global tiga tahun terakhir juga terjadi pada perekonomian. Pemerintah dan Bank Indonesia meyakini, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di atas 5 persen pada 2024 kendati Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat, sejalan dengan potensi perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas dunia.
Pemilu umumnya tak dilihat sebagai faktor yang bisa mengganggu jalannya perekonomian kendati hasilnya: siapa presiden yang terpilih memunculkan ketidakpastian tersendiri karena menentukan arah kebijakan ekonomi ke depan. Sebaliknya, pemilu diyakini akan menggenjot perekonomian. Pencairan subsidi sosial masif selama pemilu diharapkan juga membantu memulihkan daya beli masyarakat bawah.
Kita diingatkan untuk tetap waspada mengingat masih tingginya ketidakpastian. Kita tak steril dari setiap gejolak yang terjadi dalam perekonomian global. Kehati-hatian ini penting, karena pengalaman lalu, terlalu percaya diri (overconfidence) membuat kita alpa dalam antisipasi dan mitigasi.
Krisis global belum sepenuhnya berlalu. Tak semua gambaran situasi global positif. Tekanan inflasi global memang mulai terkendali dan era suku bunga tinggi mungkin segera berakhir. Sebagian faktor penyebab disrupsi rantai pasok global yang memicu krisis energi dan pangan serta melambungkan inflasi dunia juga sudah mereda. Harga minyak mulai melandai, tetapi krisis pangan masih mengancam.
Potensi perlambatan ekonomi dunia dan risiko geopolitik tetap tinggi. Ekonomi Amerika Serikat diprediksi soft landing dan Eropa stagnan. China sebagai mitra dagang utama Indonesia juga lesu. Kebijakan suku bunga The Fed juga harus diantisipasi. Perang Rusia-Ukraina masih berlanjut. Angka kasus Covid-19 kembali meningkat di seluruh dunia meski tak sampai memunculkan situasi kedaruratan kesehatan global. Ketegangan geopolitik AS-China juga makin meningkat.
Surplus neraca perdagangan dua tahun terakhir terbukti menjadi penopang penting ketahanan eksternal perekonomian kita. Namun, dengan melambatnya ekonomi dunia yang berakibat pada penurunan harga komoditas dan pelemahan ekspor, ekonomi kita juga tertekan. Semua itu harus diantisipasi guna meminimalkan potensi dampak di dalam negeri.
Editor:
PAULUS TRI AGUNG KRISTANTO, ANTONIUS TOMY TRINUGROHO