Kecerdasan Buatan Generatif Menjadi Fokus Investasi 2024
Seperti diramalkan, pada 2024 investasi teknologi kecerdasan buatan generatif bakal makin ramai seiring temuan baru.
Laporan dari berbagai lembaga menyebutkan kecerdasan buatan (AI) generatif bakal segera menjadi isu utama. Investor juga bakal mengarahkan perhatian dan dananya ke teknologi tersebut.
Penggunaan teknologi yang mampu memproduksi teks, suara, foto, dan video berbasis kecerdasan buatan bakal menjadi aktivitas yang lazim. Namun, banyak kalangan yang mencemaskan dampak etis penggunaan teknologi tersebut.
Beberapa laporan seperti dari ZD Net menyebutkan, sebanyak 9 dari 10 pemimpin teknologi mengatakan bahwa AI generatif bakal menjadi arus utama pada 2024. Sementara dari Business Wire menyebutkan, 58 persen pemimpin perusahaan secara aktif menggunakan AI generatifdan 37 persen telah menggunakannya beberapa kali dalam seminggu. Informasi lainnya menyebutkan, 3 dari 4 pemimpin perusahaan bersikap positif terhadap masa depan AI generatif, tetapi masih ada keraguan mengenai tantangan akurasi, bias, privasi, biaya, dan integrasi.
Penggunaan kecerdasan buatan generatif makin dekat dengan keseharian. Orang mulai familiar dengan berbagai fasilitas yang menggunakan teknologi ini. Mereka tidak hanya terbantu, tetapi juga menyerahkan sejumlah urusan dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan.
Majalah The Economist menyebutkan, ketika teknologi baru muncul, teknologi tersebut langsung memberikan manfaat bagi sejumlah kalangan. Awalnya kecerdasan buatan generatif membantu pengembang perangkat lunak ketika muncul GitHub Copilot. Fasilitas ini merupakan asisten AI pembuat kode (coding) mulai tahun 2021. Pada tahun berikutnya hadir fasilitas lain, seperti ChatGPT dan Dall-E 2, yang memungkinkan semua pemakai secara instan menghasilkan kata-kata dan gambar.
Kemunculan mereka membuat perusahaan berlomba-lomba untuk bangkit dan masuk ke dalam bisnis kecerdasan buatan. Pada tahun 2023, perusahaan-perusahaan raksasa teknologi memperoleh keuntungan karena investor semakin tertarik dengan prospek AI generatif. Indeks harga saham Alphabet, Amazon, Apple, Meta, Microsoft, dan Nvidia yang berbobot sama tumbuh hampir 80 persen. Perusahaan-perusahaan teknologi mendapatkan keuntungan karena mereka memasok model AI itu sendiri atau menyediakan infrastruktur yang menggerakkan dan mewujudkan pengembangan AI.
Laporan laman Pitchbook yang dikenal sebagai kanal investasi teknologi juga memperlihatkan fenomena yang sama. Investor sangat bersemangat untuk masuk ke bisnis kecerdasan buatan. Berbagai perusahaan teknologi berlomba menaruh uang untuk mengembangkan teknologi ini. Para pemodal ventura telah menggelontorkan miliaran dollar untuk AI generatif tahun ini dengan harapan hal itu akan mendisrupsi berbagai sektor.
Ketika kita melihat perkembangan teknologi ini, kita tentu tidak boleh melupakan China. Kadang orang melihat, kali ini China tertinggal. Anggapan itu salah. Kanal The Information melaporkan, usaha rintisan berbasis kecerdasan buatan generatif China disebut sedang melalui ”babak kualifikasi”.
Menurut Kai-Fu Lee, seorang pemodal ventura dan mantan Presiden Google China, pihaknya awal tahun ini mendirikan 01.AI, sebuah usaha rintisan berbasis di Beijing yang mengembangkan model bahasa besar (large language model/LLM). Pada bulan lalu mereka mengumpulkan putaran pendanaan dengan penilaian 1 miliar dollar AS.
Di sisi yang lain, perusahaan internet terbesar di China, seperti Alibaba, Tencent, Baidu, dan ByteDance, serta puluhan usaha rintisan, sedang mengembangkan LLM mereka sendiri. Media lokal menggambarkan aktivitas mereka sebagai ”perang 100 model”. Pemerintah China memblokir OpenAI, Google, dan layanan internet AS lainnya sehingga perusahaan-perusahaan domestik bersaing untuk mendapatkan supremasi AI.
Dalam sebuah wawancara, Lee mengatakan, perusahaan-perusahaan sedang dalam tahap mencoba membuktikan bahwa mereka memiliki teknologi untuk membangun model berkualitas tinggi. Mereka yang lulus ujian tersebut akan melanjutkan ke fase berikutnya, yaitu soal bagaimana meningkatkan pendapatan dan pada akhirnya menghasilkan keuntungan.
Disrupsi makin jauh
Sejauh mana teknologi akan membuat disrupsi sehingga investor berlomba membiayai pengembangan AI? Pengembangan Decile Base mungkin menjadi contoh. Kanal Pitchbook melaporkan, awal bulan Desember, alat berbasis AI khusus untuk membantu berbagai analisis di dalam industri modal ventura bernama Decile Base diumumkan.
Produk yang diluncurkan oleh VC Lab ini bertindak sebagai basis pengetahuan untuk memberikan jawaban langsung terhadap pertanyaan kompleks terkait operasi modal ventura atau menjadi semacam ChatGPT untuk investor. Fasilitas itu bisa melayani perbincangan yang mencakup berbagai topik investasi, mulai dari penggalangan dana, biaya manajemen, hingga penilaian dan uji tuntas untuk usaha rintisan yang hendak dibiayai.
Keuntungan penggunaan AI untuk perusahaan modal ventura sudah jelas karena bisa menjalankan berbagai fungsi. LLM sangat baik dalam menyaring dan mengategorikan kumpulan data dan dapat melakukannya dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada manusia. Alat itu bisa menyederhanakan pembuatan kesepakatan bisnis dan uji tuntas sehingga investor memiliki waktu yang cukup dan mungkin lebih singkat untuk berinvestasi di perusahaan portofolio. Analisis data kecerdasan buatan ini dapat membantu mengidentifikasi tren baru dalam investasi.
Baca juga: Dunia Berkolaborasi Mengatur Kecerdasan Buatan
Penggunaan AI secara luas dalam investasi ini berpotensi mendemokratisasi industri modal ventura sehingga perusahaan-perusahaan kecil dan pendatang baru bisa masuk. Mereka dengan kemampuan sumber daya yang ada mampu bersaing dengan perusahaan raksasa karena penggunaan kecerdasan buatan seperti di atas mampu mengurangi beban operasional.
Disrupsi seperti ini yang membuat investor mau membiayai pengembangan teknologi kecerdasan buatan. Meskipun demikian, dengan berbagai pencapaian dalam teknologi kecerdasan buatan, ada pertanyaan penting yang perlu diajukan. Jika para pemodal ventura berharap AI generatif akan menggantikan kebutuhan manusia untuk melakukan banyak tugas, berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga mereka sendiri tergantikan?
Di sinilah mereka kemudian melihat pengembangan kecerdasan buatan merupakan ancaman bagi mereka sendiri. Cepat atau lambat mereka akan tersingkir oleh perangkat kecerdasan buatan. Akan tetapi, semua ini tidak menghalangi mereka untuk berinvestasi di kecerdasan buatan. Tahun 2024, seperti diramalkan banyak kalangan, investasi di teknologi kecerdasan buatan generatif bakal makin meriah seiring dengan temuan-temuan baru.