Media harus tetap sediakan tempat bagi pembaca berbagi aspirasi, gagasan, keprihatinan, secara bijak bertanggung jawab.
Oleh
EDUARD LUKMAN
·2 menit baca
Semenjak mulai rutin dan serius membaca harian Kompas sekitar 50 tahun lampau, rubrik surat pembaca tidak pernah saya lewatkan.
Nama rubrik yang menampung surat-surat pembaca Kompas itu berganti-ganti. Misalnya pernah bertajuk Surat Pembaca, Pembaca Menulis, Redaksi Yth, dan sekarang Surat kepada Redaksi. Isinya juga berubah. Dulu, seingat saya, umumnya berisi keluhan konsumen. Ada pula koreksi, klarifikasi, keterangan tambahan dan tanggapan terhadap pemberitaan Kompas.
Saat ini, seperti kata Ignatius Haryanto, anggota Ombudsman Kompas, rubrik ini lebih dinamis. Para penulis setia mengomentari, mengulas berbagai masalah dan isu negeri ini, termasuk yang terkait Pemilu 2024 (”Aspirasi Pembaca Hari Ini”, Kompas, 20/11/2023, halaman 1).
Saya mulai mengirim surat ke rubrik surat pembaca Kompas tahun 1974. Isinya beraneka. Surat pertama saya ”Beberapa Koreksi dari Saya” (Kompas, 25/6/1974), memuat koreksi terhadap artikel ulasan prestasi klub dan tim nasional sepak bola Belanda. Pernah pula saya mengkritik fasilitas bus kota di Jakarta (”Bis Kota", Kompas, 26/7/1977). Ada juga yang mengomentari penembakan oleh pelajar SMA anak seorang petinggi negeri ini (”Jangan Dibekukan”, Kompas, 10/8/1977).
Setidaknya dalam format surat pembaca yang ringkas, padat, bernas. Pendidikan, pengetahuan, keahlian, pengalaman, wawasan, dan wisdom mereka saya rasa perlu dibagikan kepada publik, khususnya generasi muda.
Kini, secara berkala saya berupaya menulis beragam hal sesuai minat, pengetahuan, dan pengalaman saya.
Saya perhatikan saat ini penulis rutin rubrik ini umumnya adalah pembaca setia yang sudah senior. Yang menarik, forum Ombudsman Kompas, 17 November 2023, mencatat bahwa surat yang diterima redaksi setiap hari menurun. Selain itu, masih sedikit surat dari kalangan perempuan dan generasi muda.
Saya berupaya mendorong kawan dan sesama rekan senior dari berbagai profesi untuk berbagi cerita di media. Setidaknya dalam format surat pembaca yang ringkas, padat, bernas. Pendidikan, pengetahuan, keahlian, pengalaman, wawasan, dan wisdom mereka saya rasa perlu dibagikan kepada publik, khususnya generasi muda.
Dominannya media berbasis internet juga perlu dimanfaatkan secara optimal. Namun, intinya adalah media harus tetap menyediakan tempat bagi pembaca untuk berbagi aspirasi, gagasan, keprihatinan, secara bijak dan bertanggung jawab.
Seperti ditulis Ignatius Haryanto, suara pembaca Kompas perlu terus diberi ruang karena merepresentasikan denyut nadi masyarakat.