Gerbang Rafah, Jalur Kehidupan Warga Gaza
Dulu ambulans menjadi tempat berlindung warga Gaza dari gempuran Israel. Namun, ternyata tidak untuk saat ini.
Gerbang Rafah, satu-satunya pintu keluar masuk dari dan ke Jalur Gaza dari wilayah Mesir, menjadi isu paling populer dan menjadi sorotan masyarakat internasional setiap kali meletus perang Hamas-Israel. Tak terkecuali setelah meletus perang Hamas-Israel pada 7 Oktober 2023 hingga saat ini.
Sejak Hamas mengontrol Jalur Gaza tahun 2007, sudah lima kali meletus perang besar antara kelompok Hamas dan Israel, yaitu perang tahun 2009, 2012, 2014, 2021, dan 2023. Di kelima perang itu, gerbang Rafah memegang peran penting.
Pintu gerbang Rafah terletak di kota Rafah, yang sekaligus memisah kota Rafah sisi Jalur Gaza bagian selatan dan kota Rafah sisi Mesir di Gurun Sinai Utara. Dari Kairo, ibu kota Mesir, jarak ke Rafah 375 kilometer ke arah timur laut. Adapun dari pusat kota Gaza, jaraknya 38 kilometer ke arah barat daya.
Gerbang Rafah merupakan satu-satunya pintu gerbang yang memiliki akses langsung dari Jalur Gaza ke wilayah Mesir tanpa melalui wilayah Israel. Karena itu, bagi warga Palestina di Jalur Gaza, pintu gerbang Rafah sangat penting dan mempunyai nilai khusus. Mereka bisa keluar masuk Jalur Gaza tanpa melalui wilayah Israel dan tanpa melihat satu pun serdadu Israel.
Baca juga: Kembalinya Peran Regional Mesir Pascaperang Gaza
Sehari-hari, pintu gerbang Rafah baik di sisi Mesir maupun Palestina selalu ramai dengan warga Palestina dan warga asing yang hendak keluar masuk Jalur Gaza. Jika pintu gerbang Rafah sedang ditutup, mereka rela antre berhari-hari dengan menginap di hotel-hotel di kota Al Arish (sekitar 40 kilometer arah barat kota Rafah) atau penginapan rumah penduduk di kota Rafah.
Segera setelah mendapat kabar bahwa pintu gerbang Rafah dibuka, mereka langsung berbondong-bondong menuju pintu gerbang Rafah untuk menyeberang ke Jalur Gaza. Begitu juga sebaliknya yang datang dari Jalur Gaza untuk menyeberang ke Mesir, mereka rela mengantre berhari-hari di kota Rafah sisi Jalur Gaza.
Saya mempunyai pengalaman dua kali menyeberang pintu gerbang Rafah dari Mesir ke Jalur Gaza pada saat perang Hamas-Israel meletus tahun 2009 dan 2012. Pada saat perang, seperti yang saya lihat pada dua perang tahun tersebut, ambulans yang membawa korban luka-luka mendominasi area pintu gerbang Rafah.
Warga Gaza dan warga asing berebut naik ambulans dari berbagai titik di Jalur Gaza menuju pintu gerbang Rafah agar lebih selamat dari gempuran Israel. Ambulans pun menjadi tempat berlindung dari gempuran Israel saat perang berkecamuk.
Saya juga mempunyai pengalaman dua kali menyeberang pintu gerbang Rafah dari Mesir ke Jalur Gaza pada saat perang Hamas-Israel meletus tahun 2009 dan 2012.
Namun, dalam perang saat ini mobil ambulans ternyata tidak menjamin keamanan dan keselamatan warga Gaza. Sudah beberapa kali ambulans menjadi sasaran gempuran Israel. Salah satunya sebuah ambulans milik Bulan Sabit Merah Palestina di depan Rumah Sakit Al-Shifa, kota Gaza, yang dihajar serangan udara Israel, Jumat (3/11/2023), hingga menewaskan 15 orang dan melukai 60 orang lainnya.
Pintu gerbang Rafah dibangun pasca-tercapainya kesepakatan damai Israel-Mesir di Camp David tahun 1979 dan mundurnya Israel dari Gurun Sinai tahun 1982. Israel kemudian mengontrol pintu gerbang Rafah sejak tahun 1982 sampai Israel mundur secara sepihak dari Jalur Gaza pada 11 September 2005.
Lihat juga foto-foto: Kesibukan di Rafah yang Dibuka bagi Warga Palestina dan Bantuan Kemanusiaan
Setelah Israel mundur dari Jalur Gaza tahun 2005, pintu gerbang Rafah dioperasikan oleh otoritas Palestina di bawah pengawasan Uni Eropa sesuai dengan kesepakatan antara otoritas Palestina dan Israel pada November 2005. Sesuai dengan kesepakatan itu pula, pintu gerbang Rafah menjadi akses pintu keluar masuk warga Palestina dan ekspor produk Palestina, khususnya produk pertanian, ke luar negeri.
Namun, setelah Hamas mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza pada 2007, pintu gerbang Rafah ditutup kembali dan kesepakatan November 2005 tentang pintu gerbang Rafah bubar. Petugas dari Uni Eropa yang bertugas mengawasi operasional pintu gerbang Rafah juga mundur dari pintu gerbang Rafah menyusul ambruknya kesepakatan November 2005 itu.
Selama 16 tahun terakhir ini, yakni sejak Hamas mengontrol Jalur Gaza tahun 2007 hingga 2023, pintu gerbang Rafah buka-tutup alias tidak buka permanen sesuai dengan kesepakatan antara Hamas dan Mesir. Hanya pada era pemerintahan Presiden Muhammad Mursi di Mesir pada tahun 2012-2013, pintu gerbang Rafah dibuka resmi secara permanen.
Namun, sejak era kekuasaan Presiden Abdel Fattah el-Sisi sejak tahun 2014, pintu gerbang Rafah kembali buka-tutup sesuai dengan kesepakatan Mesir dan Hamas.
Sejak meletus perang Hamas-Israel pada 7 Oktober 2023, isu pintu gerbang Rafah kembali mencuat menyusul keputusan Israel menerapkan blokade total terhadap Jalur Gaza, termasuk melarang arus logistik dan manusia dari dan ke Jalur Gaza melalui pintu gerbang Rafah. Bahkan, Israel menggempur pintu gerbang Rafah pada 8 Oktober dan 9 Oktober 2023 sehingga terjadi kerusakan cukup parah pada gedung gerbang Rafah.
Israel pada 12 Oktober 2023 mengancam akan menggempur truk dan kendaraan yang membawa bantuan kemanusiaan yang mencoba masuk Jalur Gaza dari wilayah Mesir melalui pintu gerbang Rafah. Pada hari itu, Mesir secara resmi menyerukan kepada Israel agar segera menghentikan aksi gempur atas gedung pintu gerbang Rafah agar bisa terus digunakan untuk jalur bantuan kemanusian.
Baca juga: Israel Serang Gaza Selatan Saat Bantuan Kemanusiaan Mulai Mengalir
Mesir bersama Qatar kemudian membuka perundingan dengan AS dan Israel dalam upaya membuka pintu gerbang Rafah untuk jalur bantuan kemanusian. Israel akhirnya bersedia mengizinkan dibukanya pintu gerbang Rafah untuk jalur bantuan kemanusiaan, tetapi tidak permanen dan sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh Israel.
Sejak Israel mengizinkan dibukanya pintu gerbang Rafah, meskipun tidak permanen, bantuan kemanusiaan dari sejumlah negara, termasuk dari Indonesia, kembali masuk ke Jalur Gaza. Korban luka-luka, warga asing dan warga Gaza yang memiliki dua kewarganegaraan, diizinkan keluar dari Jalur Gaza menuju Mesir melalui pintu gerbang Rafah.
Baca juga: Bantuan Indonesia Tiba di El Arish, Diserahkan ke Bulan Sabit Merah Mesir
Kini muncul wacana pascaperang Gaza nanti, yakni jika tercapai kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel, akan dihidupkan kembali kesepakatan November 2005 tentang pintu gerbang Rafah. Kesepakatan itu adalah pintu gerbang Rafah kembali dioperasikan oleh Otoritas Palestina di bawah pengawasan Uni Eropa.
Musthafa Abd Rahman, Wartawan Kompas 1991-2022