Apa yang membuat sebuah bangsa kuat dan maju? Terbukti, pencapaian itu ditentukan oleh kualitas rakyatnya, penguasaan mereka terhadap sains dan teknologi.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Tiga astronotChina—Jing Haipeng, Zhu Yangzhu, dan Gui Haichao—kembali ke Bumi setelah lima bulan bertugas di Stasiun Antariksa Tiangong. Seperti ditulis Kompas.id, 31 Oktober 2023, kapsul mereka mendarat di Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan, di Gurun Gobi, Selasa (31/10/2023).
Ketiga astronot digantikan tiga awak baru, yang meninggalkan Bumi pada 26 Oktober 2023. Para awak pengganti memiliki rata-rata usia yang muda, yaitu 38 tahun, sehingga tercatat sebagai rata-rata usia awak termuda yang pernah dikirimkan China ke luar angkasa. Selama enam bulan mendatang, Tang Shengjie (33), Jiang Xinlin (35), serta Tang Hongbo (48) akan tinggal di Stasiun Antariksa Tiangong. Pemimpin kru ialah Tang Hongbo, bekas pilot jet tempur, dan orang yang menjalankan misi berawak pertama China ke stasiun luar angkasa pada 2021 (CNN, 26 Oktober 2023).
China baru mengirimkan manusia pertama ke luar angkasa pada 2003. Dua puluh tahun kemudian, China memiliki sendiri stasiun antariksa, menyaingi stasiun antariksa internasional yang diperkuat Amerika Serikat (AS). China juga beberapa kali mengirim astronot. Empat tahun lalu, China pun menjadi negara pertama yang berhasil mendaratkan wahana di sisi jauh bulan. Pada 2021, China menjadi satu-satunya negara setelah AS yang menempatkan penjelajah berfungsi dengan baik di Mars.
Apa yang dicapai China di bidang antariksa menegaskan kebangkitan negara itu sebagai kekuatan dunia. China memiliki pula militer yang besar dan menggelar proyek ambisius untuk membiayai proyek infrastruktur di ratusan negara.
Menempatkan astronot luar angkasa, membangun stasiun antariksa, serta mengirim wahana ke Bulan dan Mars bukan hasil kerja semalam. Ada kerja keras panjang di belakangnya. Kerja keras ini tak sekadar membangun wahana antariksa dan menyiapkan orang menjadi astronot. Harus ada terlebih dulu pencapaian di banyak bidang, seperti riset sains dan teknologi, inovasi mesin pendorong, elektronika dan komputer, hingga hal-hal yang terkait dengan temuan material tahan panas.
Bisa dibayangkan, betapa bergairahnya dunia pendidikan untuk mendukung itu semua. Para akademisi berlomba-lomba untuk melakukan riset yang berujung pada temuan-temuan baru di bidang sains dan teknologi. Apabila kita menariknya ke belakang lagi, ada banyak siswa sekolah menengah dan sekolah dasar yang matang dari sisi sains dan teknologi sehingga bisa mengisi universitas dan lembaga riset yang kompetitif.
Semua ini rasanya berkaitan dengan fakta China memuncaki penilaian PISA, tes untuk mengetahui keterampilan dan pengetahuan siswa di dunia dalam hal membaca, matematika, dan sains. Siswa China di Beijing, Shanghai, Jiangsu, dan Zhejiang menempati urutan satu di tiga bidang itu.
Dengan kata lain, hanya lewat kerja keras, pendidikan berkualitas, dan iklim yang sangat mendukung sains serta teknologi, sebuah negara maju dan sejahtera.
Editor:
PAULUS TRI AGUNG KRISTANTO, ANTONIUS TOMY TRINUGROHO