logo Kompas.id
OpiniSumpah 1928
Iklan

Sumpah 1928

Sumpah Pemuda 1928 bukan saja berwatak antikolonial, tetapi lebih tepat disebut pascakolonial.

Oleh
ARIEL HERYANTO
· 4 menit baca
 Ariel Heryanto
SALOMO TOBING

Ariel Heryanto

”Kami poetera dan poeteri Indonesia…”, mengawali tiga butir ikrar Sumpah Pemuda 1928 (selanjutnya disingkat SP). Mengapa dipakai istilah ”kami”? Mengapa tidak ”kita”? Mengapa tidak ”aku” yang tampil gagah sebagai subyek dalam lagu kebangsaan? ”Indonesia, tanah airku. …Di sanalah aku berdiri”.

Ikrar SP tidak terjadi tiba-tiba atau sendirian. Ini satu butir mutiara dari serangkaian proses panjang kebangkitan solidaritas baru, yakni nasion. Siapa saja yang termasuk dalam golongan ”poetera dan poeteri Indonesia”? Apakah makna Indonesia dalam Sumpah 1928 itu sama dengan Indonesia yang kita kenal masa kini? Jika berbeda, apa bedanya?

Editor:
BUDI SUWARNA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000