Sekolah Swasta
Pendidikan merupakan komponen pembentukan karakter individu, begitu esensi pendidikan konstitusi menegaskan, negara mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemerintah mencanangkan wajib belajar sembilan tahun. Karena pemerintah mewajibkan semua anak hukumnya wajib belajar (sekolah), kalau melanggar ada sanksi. Bagaimana faktanya? Banyak anak usia sekolah tidak bersekolah karena biaya, lokasi terisolasi, tidak ada dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Masalah lain: pemerataan, keadilan, dan kualitas antarsekolah timpang meski pada satuan pendidikan yang sama.
Belajar dari kasus sekolah negeri, tiap ujian, kelulusan atau penerimaan siswa baru selalu berulang masalah klasik. Menjelang ujian, beredar kasus kebocoran soal. Beberapa tahun lalu, saat ujian, siswa dijaga ketat oleh tentara dengan senapan lengkap, seakan peserta ujian membahayakan keamanan negara.
Saat bagi rapor atau ijazah, diduga ada katrol nilai, semua mata pelajaran nilainya tinggi. Rupanya kualitas siswa hanya dilihat dari angka akademis.
Penerimaan siswa baru menyisakan trauma. Sekolah membuat aturan yang mempersulit akses calon siswa. Sebaliknya, masyarakat memiliki sejuta jurus curang untuk menembus tebalnya dinding birokrasi sekolah.
Jika dianalisis, semua bermuara pada nilai ekonomi. Siapa punya dana silakan masuk sekolah negeri. Maka, rombongan belajar dibuka sebanyak mungkin.
Hal ini berbeda dengan sekolah swasta yang mengutamakan keterbukaan, keadilan, karakter, dan kualitas. Sejak penerimaan siswa baru, proses belajar-mengajar, biaya, nilai, fasilitas, dan kelulusan disampaikan transparan. Oleh karena itu, masyarakat memilih sekolah swasta dengan logis, bukan emosional.
Meski persentase sekolah swasta yang berkualitas adalah kecil, keluarannya tak kalah dari sekolah negeri, bahkan mungkin lebih baik. Banyak alumnus sekolah swasta jadi tokoh berpengaruh dan bermakna di negeri ini.
Dari fenomena ini, masyarakat bertanya, apakah sekolah swasta menjadi ancaman sekolah negeri? Harusnya kita berterima kasih kepada swasta karena mengurangi anggaran pendidikan.
Yes Sugimo, Jl Melati Raya, Cilengkrang, Bandung