Perguruan Tinggi dan Indonesia Emas 2045
Untuk mewujudkan konsep universitas kewirausahaan, perlu sinergi antara pendidikan tinggi, lembaga riset dan pengembangan dunia usaha dan industri.
Hari-hari ini perhatian dan energi rakyat Indonesia tercurah pada pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan berlaga di Pemilihan Presiden 2024.
Siapa pun yang terpilih nanti hendaknya mampu mempercepat laju pembangunan nasional di segala bidang sehingga tercapai masyarakat yang maju, makmur, dan berkeadilan.
Cita-cita bangsa Indonesia menjadi negara Nusantara berdaulat, maju, dan berkelanjutan tertuang dalam Visi Indonesia Emas 2045. Untuk mendukung pelaksanaan visi ini, Kementerian PPN/ Bappenas telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang memuat 5 sasaran utama, 8 agenda pembangunan, dan 17 arah pembangunan.
Lima sasaran utama itu adalah pendapatan per kapita setara negara maju, kemiskinan menuju nol persen dan ketimpangan berkurang, kepemimpinan dan pengaruh dunia internasional meningkat, daya saing SDM meningkat, dan intensitas emisi gas rumah kaca menurun menuju emisi nol bersih.
Sasaran ini dapat dicapai dengan terpenuhinya beberapa syarat, antara lain kondisi sosial politik stabil, tersedia SDM unggul dan berdaya saing, dan terbangunnya ekosistem riset, inovasi, dan bisnis yang memadai. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah menjadi modal pencapaian visi Indonesia Emas dengan pengelolaan yang sebaik- baiknya.
Cita-cita bangsa Indonesia menjadi negara Nusantara berdaulat, maju, dan berkelanjutan tertuang dalam Visi Indonesia Emas 2045.
Peran perguruan tinggi
Dalam sejarah berdirinya perguruan tinggi (PT) atau universitas terjadi perubahan misi dari masa ke masa. Pada abad pertengahan, universitas berfungsi sebagai tempat penyebaran ilmu pengetahuan. Akhir abad ke-19 terjadi pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk menciptakan teknologi, mengawali penggabungan penelitian ke dalam misi universitas—disebut Revolusi Akademik Pertama.
Pada saat itu, universitas mulai mengakui dan mempraktikkan prinsip kebebasan akademik dan menjalankan keterkaitan yang erat antara pengajaran dan penelitian. Revolusi Akademik Kedua terjadi pada pertengahan abad ke- 20, yakni terjadi transformasi penting misi universitas dengan keterlibatannya secara intens dalam inovasi teknologi (Plonski dan Carrer, 2009).
Peran PT di masyarakat terus berkembang dengan tambahan misi ketiga selain pendidikan dan penelitian/riset, yaitu berkontribusi pada pembangunan ekonomi melalui transfer hasil penelitian ke sistem ekonomi (Etzkowitz, 1993). Saat ini diyakini PT memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi berbasis iptek. Di dunia modern, entrepreneurial university diakui sebagai aktor kunci penentu daya saing, pertumbuhan ekonomi, dan penciptaan kesejahteraan (Fayolle dan Redford, 2014; Mian, 2011).
Konsep entrepreneurial university yang dikembangkan Etzkowitz (1993) merupakan inti dari model triple helix. Model ini didasarkan pada gagasan bahwa potensi inovasi dan pembangunan ekonomi terletak pada peran universitas dan kerja sama di antara tiga pilar, yaitu universitas, industri, dan pemerintah. Dalam model ini, setiap aktor dalam sistem harus memainkan peran, tetapi satu dengan lainnya harus bekerja sama dengan baik dan saling bersinergi.
Universitas menghasilkan iptek baru yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan di dunia industri; pemerintah bertindak sebagai pembuat peraturan dan aturan main; industri sebagai pendukung dana, keterampilan manajerial, dan jejaring yang mendorong pengembangan bisnis yang inovatif.
Ilustrasi
Menurut Feola dkk (2021), ukuran kemampuan universitas dalam posisinya sebagai entrepreneurial university untuk menghasilkan dan menghilirkan teknologi serta orientasinya terhadap kewirausahaan dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor tersebut adalah jumlah paten yang dihasilkan pada kurun waktu tertentu, jumlah spin-off company yang dilahirkan, ada/tidaknya inkubator akademik, jumlah kontrak konsultasi atau penelitian dengan organisasi eksternal, dan jumlah konsorsium dan asosiasi yang diikuti universitas yang bertujuan mempromosikan hilirisasi teknologi.
Lulusan entrepreneurial university diharapkan tidak hanya menjadi pelamar lowongan kerja, tetapi juga sebagai pelopor di bidang kewirausahaan yang dapat menciptakan lapangan kerja.
Perbaikan pendidikan
Rokhmin Dahuri (Kompas, 8/8/2023) mengungkapkan, untuk dapat membangkitkan pertumbuhan ekonomi berkualitas, inklusif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, lembaga pendidikan vokasi dan PT harus memiliki kurikulum, metode pengajaran, praktikum, dan suasana kehidupan kampus yang baik sehingga menghasilkan lulusan unggul, yakni memiliki kompetensi teknik berkelas dunia, kewirausahaan, soft skills, etos kerja unggul, dan akhlak mulia.
Asep Saefuddin (Kompas, 23/8/2023) mengusulkan pengembangan pendidikan untuk menghasilkan SDM potensial sebagai pengungkit pencapaian Indonesia Emas 2045, harus dilengkapi dengan pendidikan keterampilan, kewirausahaan, dan penguasaan bahasa asing.
Berbagai usulan ini merupakan pengayaan dari tujuan pendidikan tinggi Indonesia dalam UU No 12/2012, yakni mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia berakhlak mulia dan menguasai iptek, menciptakan ilmu pengetahuan melalui riset, dan melaksanakan pengabdian ke masyarakat.
Sistem pembelajaran di kampus harus mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan sumber pembelajaran, baik internal maupun eksternal, dengan menggunakan teknologi informasi.
Untuk menghasilkan SDM unggul, kurikulum harus ditata ulang, tak hanya membekali mahasiswa dengan kompetensi inti program studi (prodi), tetapi juga pengetahuan dan kecakapan kekinian, seperti big data, internet of thing, artificial intelligence, dan e-commerce, membuka kesempatan luas kegiatan ekstrakurikuler untuk pengembangan kepemimpinan dan kerja dalam tim, dan memfasilitasi kegiatan di bidang kewirausahaan dan magang di industri.
Sistem pembelajaran di kampus harus mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan sumber pembelajaran, baik internal maupun eksternal, dengan menggunakan teknologi informasi. Dengan demikian, mahasiswa dapat belajar tak hanya dari dosennya sendiri, tetapi juga dari sumber pembelajaran lain yang banyak tersedia di learning management system.
Keberadaan unit di PT untuk memfasilitasi pengembangan pembelajaran sepanjang hayat merupakan hal penting. Selain itu, mahasiswa juga harus didorong agar memiliki wawasan global sehingga internasionalisasi dan kerja sama internasional harus terus diperkuat.
Merdeka Belajar Kampus Merdeka dengan tujuan menyiapkan lulusan PT yang memiliki soft skills dan hard skills yang matang dan relevan dengan kebutuhan pengguna harus betul-betul dirancang dan dilaksanakan dengan baik karena kenyataan di lapangan keunggulan capaian pembelajaran di satu sisi yang diperoleh di luar kampus mengurangi capaian pembelajaran di sisi lain.
Dengan kebutuhan besar SDM yang memiliki keahlian di bidang iptek dalam rangka peningkatan produktivitas bangsa melalui hilirisasi SDA, industrialisasi, dan mengatasi ketertinggalan iptek, maka pendidikan science, technology, engineering, and mathematics (STEM) harus diperbanyak dan diperkuat. PT didorong memperbanyak prodi di bidang saintek dan terus memperkuat prodi-prodi sosial humaniora yang sudah ada.
Untuk mempersiapkan bibit unggul calon mahasiswa di bidang saintek, di tingkat pendidikan dasar dan menengah harus diusahakan agar lebih banyak siswa yang memiliki minat besar di bidang saintek dengan guru-guru hebat di bidang ini dan fasilitas pendukung yang memadai. Saat ini, persentase mahasiswa di bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA), teknik, pertanian, dan kesehatan hanya 34,3 persen dari keseluruhan jumlah mahasiswa terdaftar dan jumlah prodinya hanya 41 persen dari semua prodi PT Indonesia.
Untuk mewujudkan konsep universitas kewirausahaan, harus diusahakan kerja sama sinergis antara pendidikan tinggi, lembaga riset pemerintah, dan unit riset dan pengembangan yang ada di dunia usaha dan industri. Kerja sama ini dapat mengarahkan inovasi bernilai ekonomi sesuai kebutuhan industri dengan melibatkan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajarannya. Dari triple helix, kemudian muncul istilah penta helix, yakni sinergi PT dengan pemerintah, swasta, masyarakat industri, dan media.
Dalam praktiknya tak semua PT mengambil peran sebagai universitas riset dan/atau universitas kewirausahaan. Ada yang berperan sebagai teaching university (universitas pendidikan) dengan fokus menghasilkan tenaga kerja terampil di pasar kerja. Kerja sama antara universitas pendidikan dan dunia industri lebih untuk mengenalkan praktik-praktik yang terjadi di industri kepada para mahasiswa sebagai upaya peningkatan relevansi pendidikan di kampus dengan kebutuhan industri.
Panut MulyonoGuru Besar di Fakultas Teknik UGM, Rektor UGM 2017–2022
Panut Mulyono