Manusia tidak bisa pergi ke mana-mana jika Bumi betul-betul rusak dan akhirnya menjadi tidak layak huni. Tingkat kerusakan Bumi meningkat cepat.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Sampai saat ini tak ada planet selain Bumi yang bisa dihuni manusia. Sejumlah ekspedisi ruang angkasa telah dilakukan untuk mengumpulkan data dalam mempersiapkan perjalanan manusia ke Mars. Ekspedisi ke Bulan juga telah berlangsung untuk mempersiapkan terminal transit menuju Mars. Namun, semuanya masih sangat awal.
Mars dilirik oleh manusia karena memiliki kondisi lebih bersahabat ketimbang planet-planet lain. Jaraknya ke Bumi tak terlalu jauh. Rencana perjalanan ke Mars, dan eksodus ke planet ini, mungkin masih terasa mengawang-awang. Namun, sebenarnya manusia perlu serius mempertimbangkan kemungkinan pindah dari Bumi.
Bumi terus mengalami kerusakan. Suhu udara meningkat dari tahun-tahun, kebakaran lahan akibat kekeringan, dan hujan ekstrem yang menyebabkan banjir merupakan tanda pemanasan global tengah berlangsung.
Salah satu dampak yang terasa ialah kenaikan permukaan air laut yang mengancam negara-negara pulau dan kepulauan. Ditulis Kompas.id edisi 12 Oktober 2023, beberapa dekade terakhir, permukaan air laut terus naik. Tahun 1900-1990 atau selama 90 tahun, terjadi kenaikan permukaan laut 10-12 sentimeter. Dalam kurun 1990-2015 atau 25 tahun, kenaikan permukaan air laut 7,62 cm. Diperkirakan pada tahun 2100, permukaan air laut naik 30,48-240 cm.
Bisa dibayangkan nasib kota di pinggir laut seperti Jakarta dan New York atau negara-negara pulau serta kepulauan seperti Fiji dan Kepulauan Marshall di Samudra Pasifik. Ada kekhawatiran, negara-negara kepulauan dan pulau akan hilang dari peta dalam waktu tak lama lagi. Warganya harus mengungsi, meninggalkan kampung halaman tercinta.
Berbagai komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global telah dimumkan oleh banyak negara. Kenyataannya, suhu global terus naik.
Di tengah situasi itu, prakarsa konstruktif dilakukan Indonesia dengan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara Kepulauan dan Pulau Kecil (Archipelagic and Island States/AIS) Forum 2023 di Bali. Puluhan negara mengirim pemimpin mereka untuk menghadiri ajang ini.
Sebanyak 32 negara menandatangani deklarasi yang berisikan tekad meningkatkan kerja sama untuk menghadapi dampak perubahan iklim, termasuk naiknya permukaan air laut. Selain mitigasi-adaptasi dan manajemen perubahan iklim, kerja sama meliputi pengelolaan ekonomi laut berkelanjutan serta perlindungan keanekaragaman hayati laut.
Di tengah konlfik bersenjata di sejumlah belahan dunia dan persaingan pengaruh negara adidaya, kita memerlukan lebih banyak lagi prakarsa konstruktif untuk menghadapi ancaman dampak pemanasan global. Ancaman ini bersifat eksistensial. Hanya ada dua pilihan, hidup atau mati.