Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan membutuhkan kekuatan yang besar serta inovasi strategi. Peningkatan anggaran merupakan keniscayaan untuk membangun kekuatan militer demi melindungi kepentingan nasionalnya.
Oleh
YUDO MARGONO
·4 menit baca
Indonesia, sebagai negara kepulauan, dengan posisi strategis di tengah jalur ekonomi dunia, membutuhkan strategi pertahanan berbasis kondisi geografisnya. Ditambah dinamika geopolitik rivalitas multidimensi Amerika Serikat dan China serta kelangkaan energi dan pangan, strategi yang komprehensif menjadi sebuah keniscayaan.
Dalam konteks tersebut, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyusun Strategi Pertahanan Nusantara pada tahun 2023. Pertahanan merupakan upaya menjaga kelangsungan hidup suatu bangsa sehingga perlu menjadi prioritas.
Strategi Pertahanan Nusantara menjadi sumbangsih TNI dalam peringatan hari kelahirannya yang ke-78 bagi bangsa Indonesia. Pertahanan menjadi kepentingan semua komponen bangsa untuk dilaksanakan bersama dalam orkestrasi yang harmonis.
Strategi Pertahanan Nusantara merupakan strategi pertahanan militer yang memanfaatkan bentuk negara kepulauan digabung dengan kekuatan yang menyeimbangkan dan menguatkan kemampuan pertahanan.
Makna menyeimbangkan dalam konsep pertahanan hadir secara proporsional saat menghadapi ancaman musuh. Menguatkan berarti memberikan tambahan kekuatan pada bagian-bagian yang belum mampu secara mandiri bertahan pada kondisi tertentu.
Titik kritis dari Strategi Pertahanan Nusantara adalah bagaimana menyatukan komposisi kekuatan pemukul darat, laut, dan udara TNI yang awalnya terkonsentrasi di beberapa titik pulau-pulau besar di Tanah Air.
Ibarat petinju, kekuatan pemukul TNI yang terdiri atas tiga angkatan dipusatkan pada Komando Gabungan TNI. Komando gabungan ini sebagai kekuatan yang fokus dikerahkan untuk melaksanakan operasi TNI di mana pun.
Pertahanan merupakan upaya menjaga kelangsungan hidup suatu bangsa sehingga perlu menjadi prioritas.
Konektivitas antarpulau menjadi kunci penting untuk menjamin kesinambungan dan penguatan tersebut. Konektivitas ini diwujudkan melalui alat utama sistem persenjataan TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara yang berfungsi sebagai unsur lindung dan unsur angkut.
Kapal dan pesawat militer digunakan untuk menggeser kekuatan utama pemukul TNI Angkatan Darat ke wilayah operasi yang ditentukan. Dalam praktiknya, pergerakan ini juga dibantu oleh komponen cadangan dan komponen pendukung, seperti armada kapal dan penerbangan sipil nasional. Rangkaian kepulauan Nusantara menjadi bagian dari medan pertahanan dengan mengintegrasikan kekuatan TNI secara tepat dan berkelanjutan.
Kerja sama TNI dan rakyat menjadi faktor penentu karena ada empat elemen penting dalam mewujudkan Strategi Pertahanan Nusantara.
Pertama, fleksibilitas dalam menggeser medan juang atau wilayah pertempuran.
Kedua, terpenuhinya komposisi postur kekuatan ideal tiap-tiap angkatan TNI berdasarkan tugas pokoknya, yaitu operasi militer.
Ketiga, tergelarnya kekuatan pemukul dan kekuatan pendukung.
Keempat, kemampuan mobilisasi kekuatan komponen pendukung dan cadangan TNI yang berjalan cepat.
Strategi ini terdiri atas dua perspektif yang tak terpisahkan, yaitu mawas ke dalam (inward looking) dan mawas ke luar (outward looking). Mawas ke dalam artinya strategi ini difokuskan pada upaya untuk memberdayakan semua potensi dalam negeri yang dimiliki. Mawas ke luar artinya strategi pertahanan ini difokuskan untuk menghilangkan atau mereduksi niat bakal lawan dengan membangun kekuatan yang memiliki daya tangkal, membina kerja sama di kawasan, dan memanfaatkan perkembangan teknologi.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono melakukan jumpa pers di atas KRI dr Radjiman Wedyodiningrat -992 saat berlangsung Operasi Laut Gabungan Pada Latihan Gabungan TNI di Perairan Laut Jawa, Situbondo, Senin (31/7/2023).
Wilayah Operasi
Wilayah Operasi Militer untuk Perang (OMP) dibagi dengan latar konfigurasi geografis serta menggambarkan tingkat urgensi dan orientasi manuver untuk merespons kehadiran ancaman militer lawan. Wilayah operasi dibagi tiga. Pertama, Mandala Luar, yang merupakan ruang lapis pertama di luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, termasuk udara di atasnya. Ruang pertahanan ini membutuhkan kemampuan TNI untuk outward looking. Operasi dilakukan dengan tujuan untuk menghancurkan musuh dalam perjalanan memasuki ZEE dengan menggunakan pulau-pulau sebagai pangkalan aju.
Kedua, Mandala Utama, yaitu di wilayah ZEE (200 mil dari garis pantai) hingga laut teritorial (12 mil dari garis pantai). Mandala utama ini merupakan medan pertahanan utama yang menuntut integrasi kekuatan pemukul TNI. Di ruang ini, strategi Anti Access Area Denial (A2/AD) yang berfungsi untuk mencegah dan mempersulit masuknya musuh membutuhkan sistem deteksi dan senjata jarak jauh yang mumpuni.
Ketiga, Mandala Dalam, merupakan lapis terakhir pertahanan dengan menggunakan kemampuan perang berlarut di perairan pedalaman mulai batas 12 mil sampai seluruh daratan. Di wilayah ini terjadi pelibatan semesta, yaitu semua komponen kekuatan pertahanan negara (inward looking) untuk perang gerilya.
Titik berat strategi ini adalah menetralkan kapabilitas lawan meskipun secara bersama juga dapat sekaligus menekan atau bahkan menghilangkan niat lawan. Hal itu secara agregat berdampak pada hilangnya ancaman.
Teknologi persenjataan
Strategi Pertahanan Nusantara saat ini berhadapan pada kenyataan bahwa kekuatan pemukul TNI terkonsentrasi di pulau-pulau besar, terutama Pulau Jawa. Tantangan utamanya adalah membangun mekanisme yang efektif dan efisien untuk bisa menggeser berbagai kekuatan itu ke trouble spot yang ditentukan.
Di sinilah implementasi doktrin operasi gabungan TNI diuji. Mulai dari rangkaian operasi khusus, pengintaian strategis dan taktis, hingga operasi gabungan darat, laut, dan udara.
Peningkatan anggaran merupakan keniscayaan untuk membangun kekuatan militer suatu negara demi melindungi kepentingan nasionalnya.
Pada level operasional, kekuatan TNI saat ini dibangun agar dapat mengadopsi perkembangan teknologi militer. Sistem senjata tersebut bersifat outward looking yang mampu menjangkau sasaran dalam jarak lebih jauh dengan combat management system yang lebih modern dan efisien.
Pencapaian sistemik ini akan meningkatkan kemampuan TNI dalam konektivitas sistem persenjataan dan informasi, serta letalitas senjata yang lebih akurat dan mematikan.
Selain itu, juga terbangun sistem dukungan untuk meningkatkan kemampuan bertahan dan beroperasi dalam kondisi sulit. Juga terbangun otonomitas, yaitu sistem persenjataan yang juga bisa beroperasi dan mengambil keputusan secara mandiri, tanpa campur tangan manusia.
Pada akhirnya, pembahasan tentang postur kekuatan pertahanan tidak dapat lepas dari perspektif anggaran. Peningkatan anggaran merupakan keniscayaan untuk membangun kekuatan militer suatu negara demi melindungi kepentingan nasionalnya.
Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang besar membutuhkan kekuatan yang besar serta inovasi strategi sebagai bagian dari kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif.