Ia juga membawa pengelana spiritual ke pagoda alami tertinggi di dunia, yang oleh sebagian orang dipercaya, siapa yang berkunjung ke situ kalau beruntung akan menemukan tujuan sejati hidupnya.
Oleh
BRE REDANA
·3 menit baca
HERYUNANTO
Bre Redana
Yunnan adalah provinsi di bagian selatan China daratan yang mahaluas. Selain tokoh Kuncung dan Bawuk dalam mata pelajaran bahasa Jawa semasa sekolah dasar, yang melekat dalam otak saya adalah cerita bahwa nenek moyang kita berasal dari Yunnan, dari lembah Sungai Yangtze.
Hampir sebulan saya berada di Yunnan termasuk mengunjungi kota kecil yang berada di ketinggian gunung bernama Shangri-La. Merasa sebagai turis, tidak afdol di Shangri-La tanpa piknik ke Balagezong (baca: Palakecung). Di Balagezong menginap di sebuah penginapan bernama Ba Lhakgar, dan dari sinilah saya ingin memulai cerita.
Pemiliknya bernama Sna Ding Zhu. Baru saya tahu terdapat risalah panjang mengenai dirinya berhubungan dengan perkembangan kawasan ini.
BRE REDANA
Balagezong di Provinsi Yunnan, China
Balagezong merupakan daerah dengan ngarai-ngarai terjal, grand canyon dengan puncak ngarai sebagian tertutup awan saking tingginya. Sebagai desa tadinya Balagezong tidak ada dalam peta, penduduk yang jumlahnya hanya puluhan, miskin karena desanya terisolasi jauh dari mana-mana.
Kemiskinan pula yang membuat Ding Zhu (kelahiran 1964) tidak sekolah, harus bekerja sebagai perajin perak pada usia 10 tahun. Malang, serpihan perak melayang ke mata kirinya tatkala ia bekerja.
Dengan susah payah ayahnya membawa dia ke kota terdekat, Shangri-La, yang karena tak ada jalan, tak ada transportasi, sang ayah harus menggendongnya termasuk menyeberangi sungai, dan baru sampai Shangri-La lima hari kemudian. Mata kiri Ding Zhu tak tertolong lagi. Matanya buta sebelah.
Di Shangri-La pula dengan sebelah mata bocah Ding Zhu melihat apa yang tidak pernah dilihatnya: jalan raya, gedung-gedung, mobil, dan lain-lain. Diiringi rasa takjub ia berlutut mencium tanah mengucapkan janji: kalau aku kaya akan kubangun jalan menuju desaku.
Betul, keajaiban memang terjadi, tapi tidak dalam tiga hari mendadak ketua umum partai seperti anak penguasa. Usia 13 tahun ia merantau ke Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan. Ia melakukan pekerjaan apa saja, selain bekerja di perusahaan kayu juga jadi kuli pembangunan jalan raya.
Sekitar 20 tahun kemudian—yang berarti pada usia 30-an—ia menjadi kaya raya. Punya beberapa properti termasuk hotel berbintang di kota.
BRE REDANA
Jalanan menuju Balagezong di Provinsi Yunnan, China.
Tibalah saat memenuhi janji yang pernah diucapkan. Sulit dipercaya, termasuk oleh penduduk desanya sendiri, bahwa ada ”orang gila” hendak membangun jalan mendaki dan melingkar-lingkar karang terjal Grand Canyon Balagezong.
Sebagai turis saya sendiri pun sulit percaya pada yang saya alami bahwa jalan mulus lebih dari 60 kilometer menyusuri lembah bukit karang ribuan meter di atas permukaan laut ini dibikin manusia. Kata pemandu, jurang di pinggir jalan yang kami lewati itu dalamnya 1.000 meter.
Tak diperlukan tim SAR. Menurut saya, andai ada orang tergelincir yang bisa menyelamatkan cuma Pendekar Rajawali dalam dongeng Sin Tiaw Hiap Lu. Saya bisa menangkap cukup lengkap cerita daerah ini karena jasa penerjemah, yang tak lain istri saya sendiri.
Begitulah Balagezong yang kemudian tidak hanya tercatat dalam peta, tetapi juga menjadi daerah wisata, salah satu eco park penting di Yunnan. Serasa meniti tangga nirwana, Stairway to Heaven, tatkala menuju pagoda paling sakral di ketinggian tebing lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut. Saya membawa tabung oksigen, jaga-jaga kalau sampai mengalami hipoksia (oksigen tidak jadi saya gunakan, ternyata bisa diatasi dengan teknik pernapasan teratai).
Kawasan dengan puncak bukit karang yang bentuknya menyerupai pagoda (waktu saya ke situ tengah tertutup kabut), tersebut, oleh kepercayaan setempat dipercaya sebagai asal usul roh semua makhluk di atas bumi.
BRE REDANA
Pemandangan Kota Shangri-La di Provinsi Yunnan, China
Sebagai kader komunis, Ding Zhu di mata saya tidak hanya mendatangkan kemakmuran pada warga desa setempat dengan ekonominya yang berkembang karena turisme. Ia juga membawa pengelana spiritual ke pagoda alami tertinggi di dunia, yang oleh sebagian orang dipercaya, siapa yang berkunjung ke situ kalau beruntung akan menemukan tujuan sejati hidupnya.
Riwayat Ding Zhu kalau diringkas adalah janji orang melarat, janji orang prihatin, yang kemudian bisa mewujudkan janjinya, berkomitmen terhadapnya, membangkitkan ekonomi desanya, dan kemudian menyakralkannya dalam doa.
Beda dengan janji kemakmuran oleh penguasa yang kesudahannya umumnya hanya berupa kebohongan, pengingkaran, penindasan, penggusuran, dan seterusnya.
Sebab, sejatinya kekuasaan ada dan hidup hanya untuk kekuasaan itu sendiri.
Catatan ini saya bikin di Duan Family Violet Garden, Xi Zhou, Dali.***