Baik juga kita rehat sebentar dari hiruk-pikuk politik dan bicara tentang hal yang mungkin jauh dari soal sehari-hari, yaitu asteroid dan asal-usul kehidupan di Bumi.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Di langit yang mahaluas bertebaran jutaan asteroid yang berpusat di antara orbit Planet Mars dan Jupiter. Tidak sedikit asteroid yang terbang melayang dari Sabuk Asteroid itu melintas dekat Bumi.
Manusia tak kenal takut. Bagi negara maju yang menguasai teknologi ruang angkasa, asteroid yang mendekat ke Bumi justru ”disergap” dan sampel materinya diambil. Astronom dan ahli lain yang tertarik pada penyelidikan kepurbakalaan menyergap asteroid ini melalui Program OSIRIS-REx yang diluncurkan tahun 2016. Wahana ini tiba di sasaran yang dituju, yakni asteroid Bennu, dua tahun kemudian.
Pilihan yang ada serba tidak mudah. Namun, akhirnya para ilmuwan mendaratkan Bennu di sebuah kawah dan membiarkannya mengumpulkan sampel asteroid selama enam bulan, lalu menerbangkan Bennu kembali ke Bumi.
Bennu tiba di Bumi dengan mendarat di Medan Uji dan Latihan, di Dugway, Negara Bagian Utah, Amerika Serikat, Minggu (24/9/2023). Wahana pemburu OSIRIS-REx melanjutkan tugas mereka dengan menyasar asteroid Apophis, dan kemungkinan akan tiba di asteroid ini tahun 2029.
Setelah lega bisa mendapatkan Bennu kembali, ilmuwan kini dihadapkan pada tugas menguak material yang berumur miliaran tahun tersebut. Jika ia terbentuk bersamaan dengan Tata Surya, paling tidak material Bennu berusia tak kurang dari 4,5 miliar tahun. Karena berada di lingkungan steril dan bebas dari kontaminasi, 250 gram material Bennu itu diharapkan dapat menguak materi apa saja yang ada di awal pembentukan Tata Surya.
”Kami tak sabar untuk menelitinya. Bagi saya, ilmu pengetahuan yang sebenarnya baru akan dimulai. Ini hadiah bagi dunia,” ujar Dante Lauretta, ilmuwan utama misi Bennu dari Universitas Arizona.
Disebutkan, asteroid Bennu kaya karbon. Kita tahu karbon adalah hasil pembakaran lanjut dari hidrogen, sebagai bahan bakar utama bintang, yang lalu diubah menjadi helium, dan kemudian karbon.
Perlu dilihat di laboratorium, apakah material itu mengandung elemen lain yang lebih berat, seperti besi. Kajian lebih jauh akan mengungkap apakah material Bennu sudah mengandung unsur-unsur lain, seperti yang ada di Bumi.
Kajian lain terhadap asteroid Bennu yang ditemukan oleh Proyek Linear tahun 1999 ini juga terkait dengan sebesar apa peluangnya untuk menumbuk Bumi. Bennu, yang namanya diambil dari nama burung mitologi Mesir kuno, tentu akan dipelajari, baik secara kimiawi maupun trayektori.
Kita hari-hari ini sibuk mempersiapkan pemilu dan pilpres. Tentu ini momen bersejarah yang penting untuk masa depan bangsa. Namun, di luar sana, kegiatan ilmiah yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan terus berlangsung.