Foto Pranikah

Kami memutuskan membuat foto pranikah di Blora. Biar tak "mainstream" dan sarat akan nilai, kami memilih dua "spot" foto yang menjadi ikonik dan aset budaya Blora, yaitu Kampung Samin Klopoduwur dan Perpustakaan PATABA.

KOMPAS

Penggunaan suar (flare) untuk pmotretan untuk foto pranikah memicu kebakaran di sabana Bromo.

Di era sekarang ini, menikah tanpa melakukan foto pranikah (prewedding) rasanya kurang afdal. Meski banyak juga yang mengatakan tidak penting, faktanya budaya foto pranikah telah berkembang menjadi sebuah tren.

Belakangan ini foto pranikah ramai diperbincangkan setelah terjadi kebakaran di sabana Bromo. Menurut informasi, kebakaran tersebut di picu oleh suar (flare) yang dibawa pengunjung untuk kegiatan foto pranikah. Kejadian tersebut memprihatinkan sekaligus mengingatkan saya yang kala itu juga berencana melakukan foto pranikah di Bromo, tetapi karena beberapa faktor, kami urungkan.

Kami memutuskan membuat foto pranikah di Blora, Jawa Tengah, tempat kelahiran kami. Biar tak mainstream dan sarat akan nilai, kami memilih dua spot foto yang menjadi ikonik dan aset budaya Kabupaten Blora, yaitu Kampung Samin Klopoduwur dan Perpustakaan PATABA (Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa).

Di Kampung Samin, kami diterima dengan baik oleh Mbah Lasiyo, sesepuh Sedulur Sikep. Bahkan, kami dijamu dan dipinjami pakaian adat Samin. Mbah Lasiyo juga meminta dicetakkan hasil foto kami untuk dipajang di dinding ruang tamu beliau. Beralih ke PATABA, di sela-sela pemotretan, kami berbincang dengan Soesilo Toer mengenai karya, pemikiran, dan cerita kehidupan pribadi sang kakak dari masa kecil di Blora hingga di Uni Soviet.

Sungguh pengalaman yang luar biasa dan membanggakan karena ternyata baru kami yang pertama melakukan foto pranikah di dua tempat tersebut.

Muchamad Nadzirummubin, Ciputat Timur, Tangerang Selatan