Tiga seniman reog Ponorogo mendapatkan undangan lokakarya dan pentas di Australia. Sayangnya, ketiga seniman itu ditolak masuk ke Australia oleh Imigrasi Australia yang menangani pengajuan visa.
Oleh
EKO WANITO RAHAYU
·1 menit baca
Tiga seniman reog Ponorogo mendapatkan undangan untuk memberikan lokakarya kepada kelompok gamelan komunitas di Bendigo dan pentas bersama seniman lokal Australia. Sayangnya, ketiga seniman tersebut ditolak masuk ke Australia oleh Imigrasi Australia yang menangani pengajuan visa.
Surat penolakan ini dikeluarkan pada 5 September 2023. Alasan penolakan karena pihak Imigrasi Australia belum mendapat informasi kredibel bahwa ketiga seniman itu terlibat dalam industri hiburan di Indonesia.
Tujuan lokakarya adalah kolaborasi pementasan reog Ponorogo dalam acara Festival Zinda (sebuah festival multibudaya) di Bendigo pada 7 Oktober dan Festival Indonesia pada 8 Oktober di Melbourne. Adapun dari pihak panitia festival telah memberikan surat undangan secara resmi. Acara ini didanai dengan sukarela oleh seorang dermawan dari Australia dan Gamelan Mugi Rahayu.
Selain untuk mempromosikan kesenian reog Ponorogo di Australia, diharapkan seniman lokal Australia juga bisa berpartisipasi dalam pementasan reog Ponorogo pada acara Grebeg Suro 2024. Kerja sama semacam ini sangat penting untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia di tingkat akar rumput atau people to people.
Penolakan serupa pernah terjadi sebelumnya terhadap seniman dari Lampung yang mendapat undangan dari Universitas Monash untuk memberikan lokakarya dan pementasan gamelan Lampung.
Hal ini menunjukkan adanya hambatan untuk menjalin kerja sama budaya antara seniman akar rumput Australia dan Indonesia.
Kami berharap Pemerintah Indonesia membantu melobi Pemerintah Australia, khususnya Department of Home Affairs Australia, untuk mempermudah para seniman atau pelaku industri hiburan akar rumput Indonesia untuk mendapatkan temporary activity visa (408).