Optimisme bahwa ekonomi China akan tumbuh tinggi sempat menyeruak setelah ”Negara Tirai Bambu” itu membuka kembali ekonominya pada Desember 2022.
Sejumlah pengamat memprediksi, ekonomi China bisa tumbuh di atas 6 persen (yoy) pada 2023 dan menjadi penopang pemulihan ekonomi dunia. Keyakinan semakin tebal ketika realisasi indikator ekonomi di awal tahun menunjukkan pemulihan yang kuat.
Ekonomi China tumbuh 4,5 persen (yoy) triwulan I-2023, dari triwulan IV-2022 yang 2,9 persen (yoy). Namun, optimisme kini mulai memudar seiring munculnya tanda perlambatan.
Ekonomi China memang masih tumbuh 6,3 persen (yoy) pada triwulan II-2023. Namun, tingginya pertumbuhan ini disebabkan pertumbuhan triwulan II-2022 yang rendah akibat lockdown. Secara triwulanan, ekonomi hanya tumbuh 0,8 persen (qtq) pada triwulan II-2023, melambat dibandingkan 2,3 persen (qtq) pada triwulan I-2023.
Kondisi ini dipicu oleh adanya jebakan keyakinan (confidence trap), yakni keyakinan masyarakat terhadap prospek penghasilan, lapangan pekerjaan, dan kesediaan membeli barang konsumsi masih di bawah level sebelum pandemi. Akibatnya, masyarakat cenderung menahan diri membeli barang tahan lama, seperti mobil dan properti. Tekanan juga masih terjadi di sektor properti, tecermin dari penjualan dan investasi yang tumbuh negatif.
China menyatakan akan melakukan sejumlah langkah untuk mendorong permintaan domestik, antara lain dengan melonggarkan kebijakan sektor properti dan menjaga stabilitas lapangan pekerjaan.
Tantangan ini diakui China pada pertemuan Politburo China, badan pembuat keputusan tertinggi, 24 Juli 2023. China antara lain mencatat permintaan domestik yang belum cukup kuat. China menyatakan akan melakukan sejumlah langkah untuk mendorong permintaan domestik, antara lain dengan melonggarkan kebijakan sektor properti dan menjaga stabilitas lapangan pekerjaan.
Meski demikian, China diperkirakan tak akan memberikan stimulus dalam jumlah besar di tengah jumlah utang pemerintah daerah yang sangat tinggi. China juga diprediksi tak akan memaksakan diri mengejar pertumbuhan tinggi pada 2023 dan akan fokus mencapai pertumbuhan berkualitas serta menurunkan tingkat pengangguran, khususnya usia muda yang mencapai 21,3 persen.
Dampak pada Indonesia
Mencermati berbagai perkembangan tersebut, penulis memperkirakan ekonomi China pada 2023 akan tumbuh 5 persen (yoy), lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 5,0-5,5 persen. Prospek ekonomi China yang melambat ini dapat berdampak pada penurunan permintaan China terhadap produk negara lain.
Data terkini, total impor China tumbuh negatif pada triwulan I (-7,0 persen) dan triwulan II-2023 (-6,4 persen). Ini perlu diwaspadai oleh negara mitra dagang utama China, termasuk Indonesia. Permintaan China terhadap produk ekspor Indonesia, khususnya besi baja, berpotensi terus melambat seiring kondisi sektor properti China yang masih lemah.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia menggelar Indonesia Fair 2023 di Beijing, China, Sabtu (10/6/2023). Acara ini mengambil tema “Wonderful Indonesia”.
Namun, permintaan China terhadap batubara Indonesia diperkirakan tetap kuat seiring langkah untuk menjaga pasokan energi di tengah musim panas yang cukup ekstrem tahun ini. Permintaan China terhadap komoditas terkait bahan baku baterai kendaraan listrik, seperti nikel dan kobalt, juga diperkirakan meningkat seiring upaya China mendorong perkembangan industri tersebut.
Peluang terpendam yang bisa dimanfaatkan Indonesia adalah potensi meningkatnya turis internasional China. Aowei Consultant China menyatakan, turis internasional China berpeluang meningkat hingga 60 persen dari level sebelum pandemi pada akhir 2023 dan sepenuhnya pulih ke level sebelum pandemi pada semester II-2024.
Untuk dapat menarik turis berkualitas dari China, diperlukan strategi yang tepat dengan mengetahui preferensi dan karakteristik turis China.
Menurut survei Dragon Trail International, terdapat setidaknya tiga hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama, pantai dan pulau menjadi tujuan wisata yang paling populer. Kedua, kualitas atau kenyamanan tempat wisata dan pengalaman yang menarik menjadi faktor yang diperhatikan wisatawan. Yang cukup menarik adalah harga paket wisata yang murah bukan lagi menjadi prioritas. Ketiga, generasi milenial yang lahir setelah tahun 1990 mendominasi penjualan paket wisata internasional di 2023.
Indonesia memiliki Bali dan lima destinasi superprioritas yang bisa dijual dalam bentuk paket wisata berkualitas dan memberikan pengalaman tak terlupakan. Upaya yang perlu dilakukan antara lain terus mendorong promosi budaya dan pariwisata Indonesia di China.
Firman Hidayat,Analis Eksekutif, Kantor Perwakilan BI di Beijing