Angkatan kerja China usia 16-24 tahun, bagian generasi ”linglinghou”, pesimistis akan pekerjaan bagus. ”Jiulinghou” kelahiran 1990-an juga cerewet soal lingkungan kerja.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Sekitar 6 juta linglinghou (generasi Z) atau 20,8 persen dari angkatan kerja berusia 16-24 tahun masih mencari pekerjaan. Hal itu disampaikan jubir National Bureau of Statistics, Fu Linghui, 15 Juni 2023. Anjuran pemerintah agar kelompok kerja ini memasuki pekerjaan di desa-desa atau rela bekerja dengan gaji rendah relatif tidak mempan.
Linglinghou telah berlelah-lelah melewati gaokao, ujian standar nasional yang ketat, melakoni pendidikan berbiaya mahal, dan pantauan ketat orangtua. Mereka tak sudi mundur dengan mencari pekerjaan di perdesaan. ”Generasi kelahiran 2000-an ini tipe merasa berhak beropini, individualistik serta memilih pekerjaan,” kata Zac Wang, Direktur Randstad, perusahaan konsultan sumber daya manusia untuk wilayah China Selatan (The South China Morning Post, 17 Mei).
Lalu bagaimana mencari penghidupan? ”Saya suka memasak, ... mulai hari Senin sampai Jumat,” tulis seorang perempuan belia di situs media sosial Douban. ”Orangtua menggajiku tanpa mencampuri hidupku. Saya sangat bahagia setiap hari,” katanya tentang pekerjaan menemani orangtua sepenuh waktu. Tidak banyak linglinghou yang bernasib baik seperti itu. Pada umumnya keluarga di China tergantung pada anak dewasa yang bekerja dan menghidupi keluarga.
Sebagian lagi menumpahkan opini lewat media sosial, seperti Sina Wiebo, Bilibili, dan ini diekstraksi dalam Survey Report on the Social Mentality of Young Chinese Netizens (2022), sebagaimana diberitakan China Daily, 6 Mei 2023. Opini yang muncul bernada kegelisahan soal pekerjaan.
Menambah persoalan adalah munculnya sarjana lulusan baru sebanyak 11,6 juta jiwa. Persoalan lain adalah keberadaan generasi jiulinghoi yang menderita penghasilan tidak stabil. ”Masalahnya bukannya saya tidak bekerja keras, tetapi kerja tidak juga menghasilkan upah baik,” kata seseorang seperti dikutip situs Asia Times, 13 Juli.
Namun, banyak juga yang tidak mau bekerja keras. Ada tren lying flatt bagi generasi muda merujuk pada sikap anti-jenuh, anti-kerja. ”Saya kira lying flatt merupakan pemberontakan diam-diam atas tekanan pekerjaan,” kata Zak Dychtwald, CEO Young China Group, perusahaan konsultan (Fortune, 29 Juli). Para generasi muda China menunjukkan ketidaktertarikan pada dating (pacaran), tidak ingin menikah, tak ingin membeli rumah, tidak berniat punya anak.
Presiden Xi Jinping sejak menjabat pada 2013 bisa dikatakan sibuk mengurusi kepentingan geopolitik dan mencanangkan impian China. Ia lupa faktor demografi yang menuntut hal lain, yang tidak terlalu peduli dengan program kebangkitan China.
China membutuhkan program yang mendorong ekonomi pulih lebih cepat dari Covid-19, perbaikan perlakuan manajemen perusahaan terhadap karyawan.