Pencopotan Menteri Luar Negeri China Qin Gang menyisakan teka-teki. Mengapa ia dicopot, apa yang sebenarnya terjadi di Beijing, terus memancing rasa ingin tahu.
Oleh
Redaksi
·1 menit baca
Qin (57), salah satu menlu termuda dalam sejarah China, belum tujuh bulan menduduki jabatan itu. Ia juga salah satu orang dekat dan kepercayaan Presiden China Xi Jinping. Berkat kedekatan itu, kariernya meroket: juru bicara kemenlu (2006-2014), kepala protokol (2014-2018), duta besar untuk AS (Juli 2021-Desember 2022), dan menlu. Muncul pertanyaan, mengapa Presiden Xi sampai ”salah pilih”.
Seperti diberitakan, Selasa (25/7/2023), Qin digantikan oleh Wang Yi, menlu pendahulunya yang saat ini adalah Direktur Komisi Pusat Kebijakan Luar Negeri Partai Komunis China (PKC), jabatan di atas menlu. Keputusan itu diambil pada sidang Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC), badan legislatif tertinggi di China. Komite ini juga mengganti Gubernur Bank Sentral Yi Gang dengan Pan Gongsheng.
Tak ada penjelasan di kantor berita China, Xinhua, yang memberitakan pergantian menlu itu, mengapa Qin dicopot. Tidak pula ada keterangan, apakah Qin masih tetap anggota Dewan Negara dan anggota Komite Pusat PKC. Minimnya informasi dan ketertutupan Beijing terkait pengambilan keputusan, termasuk dalam pergantian pejabat tinggi di China, menambah semakin banyak pertanyaan ketimbang jawaban.
Di China, mengutip Willy Wo-Lap dari Pusat Studi China di Chinese University of Hong Kong dan peneliti senior lembaga riset di Washington, Jamestown Foundation, kerahasiaan dipilih sebagai alat operasi karena, bagi Partai Komunis China, informasi adalah senjata (New York Times, 17/7/2023). Dalam konteks peristiwa berbeda, yakni penolakan China berkomunikasi dengan militer AS, sikap diam dinilai Beijing sebagai cara mengendalikan situasi (Yun Sun, Direktur Program China di Stimson Center, Foreign Affairs, 21/7/2023).
Karena itu, tidaklah mengherankan, ketika Qin menghilang dari ruang publik sejak 25 Juni lalu, tidak ada penjelasan dari Beijing perihal keberadaannya, kecuali sangat minimal. Dalam ketertutupan itu, muncul rumor dan spekulasi, mulai dari isu dugaan hubungan Qin dengan presenter televisi, persaingan di level pimpinan teras pengambil kebijakan luar negeri China, hingga perbedaan visi dan pendekatan dengan Wang Yi.
Di tengah iklim ketertutupan dan serba rahasia itu, kasus pejabat tinggi, pebisnis, hingga artis atau pesohor lain di China menghilang bukan hal baru lagi. Xi Jinping, kala menjabat wakil presiden, juga menghilang misterius, September 2012, sebelum menduduki jabatan tertinggi sebagai Sekretaris Jenderal PKC.
Namun, bagi negara sebesar China, rival AS saat ini, dengan segudang persoalan di kawasan dan tingkat global, satu bulan ketidakpastian mengenai posisi menlu sebagai ujung tombak diplomasi terbilang cukup lama. Penunjukan Wang, diplomat senior dan berpengalaman, mengakhiri ketidakpastian itu, sekaligus menghadirkan sebagian elemen keterprediksian diplomasi China, termasuk dalam relasinya dengan AS.