Kebijakan moneter ataupun fiskal semestinya mendorong semangat insani untuk memperkuat interaksi bank-nasabah, penjual-pembeli, dan produsen-konsumen. Lebih baik lagi bagi BI memperkuat semangat insani dan interaksi.
Oleh
UMAR JUORO
·4 menit baca
Penentu kebijakan ekonomi dan pelaku ekonomi ditengarai oleh animal spirit (semangat hewani).
Kebijakan bank sentral mengerek suku bunga tinggi melawan inflasi diumpamakan sebagai rajawali. Bank sentral di negara maju sekarang ini berlaku seperti rajawali. Hasilnya, inflasi menurun sekalipun konsekuensinya ekonomi melemah, bahkan bisa kontraksi atau resesi. Lambang bank sentral pun banyak yang bersimbol hewani.
Kebijakan menurunkan suku bunga rendah untuk mendorong pertumbuhan seperti jinak-jinak merpati. Ekonomi distimulasi untuk tumbuh tinggi. Konsensekuensinya bisa membuat inflasi tinggi. Ini terjadi pada masa sebelum pandemi.
Saat ini banyak bank sentral berlaku seperti rajawali sampai inflasi menurun secara berarti di tingkat 2 persen, baru kemudian diharapkan berlaku seperti merpati. Inflasi keseluruhan menurun, tetapi inflasi inti (di luar harga pangan dan energi) masih tinggi.
Bank sentral AS, bank sentral Eropa, dan bank sentral Inggris kemungkinan masih akan meningkatkan suku bunga lagi. Sementara bank sentral Jepang konsisten berlaku seperti merpati untuk menjaga aktivitas ekonomi. Bank sentral China mulai berlaku seperti merpati, menurunkan suku bunga, walaupun masih sedikit, untuk menstimulasi ekonomi.
Saat ini banyak bank sentral berlaku seperti rajawali sampai inflasi menurun secara berarti di tingkat 2 persen, baru kemudian diharapkan berlaku seperti merpati.
Ketika ekonomi dan pasar modal melemah, pelaku ekonomi seperti beruang, dengan badan tertunduk dan cakar ke bawah, bersiap diserang. Saat ini pelaku pasar modal dan keuangan berlaku seperti beruang. Mereka merunduk, dana ditahan, belum siap menyerang.
Sementara pada saat pasar modal dan keuangan berkembang kuat, pelakunya diumpamakan sebagai banteng, dengan tanduk mendongak dan menerjang. Lambang perusahaan keuangan juga banyak yang bergambar binatang.
Kejatuhan perbankan regional, seperti SVB, dan perusahaan kripto adalah lebih karena ketamakan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan berbagai kecurangannya, didorong semangat hewani, bukan karena pengembangan teknologinya. Karena itu, regulasi dibutuhkan untuk mengoptimalkan sumbangan perusahaan keuangan dan teknologi dalam perkembangannya.
Semangat insani dan interaksi
Semestinya lebih baik jika penentu kebijakan dan pelaku ekonomi didorong oleh semangat insani (human spirit) yang mengendalikan dan mengarahkan semangat hewani.
Memang semangat hewani adalah bagian dari jiwa manusia yang ditengarai meningkatkan gairah ekonomi. Namun, ini harus dikendalikan dan diarahkan oleh semangat insani yang rasional dan mumpuni, untuk mengembangkan ekonomi yang kreatif, berkelanjutan, dan kesejahteraan tinggi.
Semangat insani tidak memaksimalkan keuntungan (perusahaan) dan utilitas (konsumen), tetapi bergantung pada keterkaitan (entanglement) atau interaksi (secara kognitif dan fisik) antara pelaku ekonomi dan penentu kebijakan. Mereka kemudian dapat menentukan superposisi yang optimal dengan kegiatan yang saling menguntungkan dan menyejahterakan.
Kebijakan moneter ataupun fiskal semestinya mendorong semangat insani ini untuk memperkuat interaksi bank-nasabah, penjual-pembeli, dan produsen-konsumen.
Bagaimanapun kesempatan kerja sebagai sarana interaksi yang efektif semestinya menjadi indikator utama, baru kemudian inflasi. Menyerang inflasi dengan suku bunga tinggi yang menyebabkan resesi dan pengangguran bukanlah cara yang tepat menjaga stabilitas ekonomi. Apa yang penting adalah menjaga dari kenaikan inflasi yang terlalu tinggi dan tidak terkendali.
Begitu pula membuat suku bunga serendah mungkin untuk mendorong pertumbuhan bukanlah cara tepat bagi pengembangan ekonomi. Semestinya dengan peningkatan produktivitas melalui penambahan keterampilan, pengetahuan, dan teknologi. Ini cara efektif mengatasi biaya tinggi yang menyebabkan inflasi.
Semangat insani tidak memaksimalkan keuntungan (perusahaan) dan utilitas (konsumen), tetapi bergantung pada keterkaitan ( entanglement) atau interaksi (secara kognitif dan fisik) antara pelaku ekonomi dan penentu kebijakan.
Burung kakaktua dan interaksi
Kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) sulit dikategorikan sebagai rajawali atau merpati. Ketika inflasi tinggi, BI menaikkan suku bunga, tetapi tidak terlalu tinggi karena khawatir menekan ekonomi.
Saat ini BI mempertahankan suku bunga pada 5,75 persen dengan inflasi 3,52 persen, berlaku lebih seperti burung kakaktua, tidak segarang rajawali dan tidak sejinak merpati. BI belum berani berlaku seperti merpati kemungkinan sampai The Fed berlaku seperti merpati untuk diikuti, supaya nilai rupiah tidak tertekan dan terdepresiasi. Lebih baik lagi bagi BI memperkuat semangat insani dan interaksi pelaku ekonomi.
Kredit bank masih bisa tumbuh 9,3 persen sekalipun terlihat mulai melambat dengan suku bunga meningkat. Pasar modal tertekan karena saham cenderung untuk dijual cepat.
Penjualan ritel juga datar, dengan industri manufaktur, sekalipun masih ekspansi, melambat. Konsumsi masyarakat juga terlihat melambat. Stimulasi sebenarnya diperlukan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi yang melambat. Namun, penentu kebijakan moneter dan fiskal masih menunggu keadaan yang lebih tepat.
Produktivitas keseluruhan (total factor productivity), pertumbuhannya membaik. Namun, ini masih bergantung pada modal dengan efisiensi yang memburuk. Pertumbuhan kredit harus dua kalinya atau bahkan lebih besar dari pertumbuhan ekonomi yang layak. Karena itu, pertumbuhan ekonomi kurang optimal, di rata-rata sekitar 5 persen, seakan tersedak.
Stabilitas ekonomi Indonesia terjaga cukup baik. Tantangannya adalah mendorong perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan semakin bertumpu pada efisiensi dan produktivitas yang naik.
Bagi pelaku ekonomi, produktivitas modal dan tenaga kerja semestinya menjadi perhatian utama dalam mengalokasikan modal dan menentukan upah tenaga kerja, apalagi dengan suku bunga meningkat, untuk mendapatkan keuntungan terbaik.