Menulis tentang misi ruang angkasa di musim politik boleh jadi tak akan banyak dibaca. Namun, kita tetap merasa perlu dan penting untuk menuliskannya.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pada Senin (17/7/2023), Kompas memberitakan India meluncurkan misi ke Bulan dalam program Chandrayaan-3 menuju kutub selatan Bulan. Jika berhasil, India menjadi satu dari sedikit negara pengirim wahana angkasa ke Bulan. Chandrayaan-3 yang merupakan wahana pengorbit membawa wahana pendarat Vikram dan penjelajah Pragyan. Keduanya diperkirakan mendarat di Bulan pada 23-24 Agustus 2023.
Sukses peluncuran Chandrayaan-3 disambut dengan sorak-sorai dan aplaus peneliti, perekayasa, serta masyarakat India yang menyaksikannya di pusat peluncuran Satis Dawan, Sriharikota, India selatan, Jumat (14/7/2023).
Perdana Menteri India Narendra Modi melalui akun Twitter menyampaikan selamat dan kagum dengan semangat serta kecerdikan mereka. Chandrayaan-3 disebut telah menulis babak baru dalam penjelajahan antariksa India. Wahana ini terbang tinggi membawa impian dan ambisi warga India.
Kita layak kagum dengan prestasi India. Pertama, dengan program seperti Chandrayaan-3, India berhasil menguasai teknologi peroketan jarak jauh, disertai kontrol dan komunikasi yang dibutuhkan dalam misi antariksa.
Seiring dengan hal itu, terbukti kepiawaian teknolog dan perekayasa nasional mereka. Tak ada kesangsian lagi bahwa India merupakan satu kekuatan antariksa di luar negara-negara adidaya yang sudah lebih dahulu merintis kemampuan antariksa.
Memang perdebatan selalu ada, mengapa dana yang besar tidak digunakan terlebih dulu untuk mengangkat perikehidupan dan kesejahteraan rakyat. Namun, di sinilah persisnya mengapa kita bisa mengatakan India sebagai negara yang visioner.
Sebagaimana dulu, saat mengembangkan senjata nuklir, semua kalangan dan partai politik mencapai konsensus nasional bahwa demi keamanan India, negara ini harus memiliki senjata nuklir.
Secara teknologi kita juga melihat, penguasaan teknologi peroketan dan antariksa bersifat ganda, dalam arti ia bisa digunakan untuk tujuan damai dan, jika dibutuhkan, bisa untuk keperluan militer. AS dalam sejarah cemas ketika Uni Soviet berhasil meluncurkan Sputnik tahun 1957.
Indonesia sejak 1960-an juga sudah ”berkenalan” dengan teknologi peroketan. Namun, kita tak pernah konsisten. Saat menggebu, peroketan dikembangkan, lalu ganti pimpinan lembaga, program peroketan surut.
Kita berkeyakinan, teknologi antariksa sangat dibutuhkan negara sebesar Indonesia. Selain akan memberi kebanggaan dan rasa percaya diri, teknologi antariksa banyak memberi spin-off (turunan) yang memiliki banyak kegunaan bagi perkembangan kecakapan rekayasa dan industri. Yang dibutuhkan adalah pemimpin visioner dan konsensus nasional untuk menjadi bangsa yang terbang tinggi seperti India.