Saya sangat mengapresiasi kebaikan yang sudah dilakukan oleh Presiden. Jokowi adalah seorang bapak yang sungguh sayang anak, tidak mengingat-ingat kesalahan. Bapak dengan hati yang mengampuni.
Oleh
Wiyana
·3 menit baca
Saya terharu dan bangga melihat berita di Kompas TV dan di media sosial saat Presiden Jokowi menjenguk Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) di RSUP dr Sardjito, Yogyakarta.
Orang nomor satu di Indonesia itu rela meluangkan waktu untuk ke RSUP dr Sardjito meski Cak Nun pernah berkata buruk tentang Presiden Jokowi. Beliau menjenguk dan mendoakan Cak Nun yang sedang terbaring sakit akibat pendarahan otak.
Saya sangat mengapresiasi kebaikan yang sudah dilakukan oleh Presiden. Jokowi adalah seorang bapak yang sungguh sayang anak, tidak mengingat-ingat kesalahan. Bapak dengan hati yang mengampuni.
Beliau memberi contoh nyata, tidak sekadar retorika. Benar-benar ajaran Ki Hajar Dewantara nyata hadir dalam diri Presiden. ” Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.
Di depan menjadi pemimpin yang layak diteladani, di tengah menjadi teman yang mampu membangkitkan semangat, dan di belakang mampu memberikan dorongan untuk kemajuan dan kebaikan kehidupan berbangsa.
Terima kasih Pak Jokowi. Engkau telah dan terus menjadi contoh bagaimana harus bersikap dan bertindak agar perdamaian dan kedamaian hidup terus terwujud.
Warga shalat Idul Adha di pelataran barat Jakarta Internasional Stadion, Jakarta Utara, Minggu (10/7/2022)
Setelah batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia ditetapkan menjadi penyelenggara Piala Dunia U-17. Kita bangga dan merasa terhormat karena memang pantas diberi kepercayaan itu oleh FIFA.
Karena waktu penyelenggaraan perhelatan itu berbenturan dengan akan manggung-nya band asal Inggris dan Gelora Bung Karno sudah dipesan untuk konser itu, Presiden Jokowi menyebut JIS sebagai salah satu venue alternatif Piala Dunia U-17.
Rupanya ada anggapan bahwa peristiwa seakbar Piala Dunia sepantasnya diadakan di ibu kota negara. Maka, JIS harus segera direnovasi agar memenuhi standar FIFA. Demikian pula perbaikan akses datang ke dan pulang dari stadium itu, untuk menjamin keamanan serta keselamatan puluhan ribu penonton.
Yang mengherankan ialah tiadanya suara publik yang ingin ”nama Indonesia” untuk stadium itu, tanpa menghapus ”nama Inggris”-nya.
Jakarta International Stadium dapat diterjemahkan menjadi Stadion (atau Stadium) Internasional Jakarta.
Dapat juga JIS diberi nama lain, misalnya GBA, kependekan dari Gelanggang Bang Ali. Kita juga akrab dan nyaman dengan akronim gelora untuk gelanggang olahraga.
Kalau nama ”Bang Ali” tidak berterima, ya, bisa dipakai nama lain, asalkan nama itu di-Indonesiakan.
Kompas, edisi Rabu, 12 Juli 2023, menulis lengkap tentang JIS, Jakarta International Stadium. Judulnya, ”Renovasi JIS. Dari Piala Dunia U-17 hingga Politik”.
Litbang Kompas memotret komprehensif tentang JIS dari berbagai perspektif.
Stadion kebanggaan warga Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya ini dibangun untuk memfasilitasi pengembangan olahraga masyarakat DKI dan berbagai event lainnya.
Namun, kontroversi mengiringi JIS sejak awal dibangun dan sebelumnya. Beberapa periode gubernur dilalui untuk mewujudkan stadion olahraga berkapasitas 82.000 orang ini dengan beragam persoalan yang menyertainya.
Heboh muncul ketika pemerintah menetapkan JIS sebagai salah satu stadion tempat penyelenggaraan piala dunia U-17 yang direncanakan berlangsung pada 10 November 2023 hingga 2 Desember 2023.
Kita harus berbangga, khususnya warga Jakarta yang sangat plural, JIS mendapat kepercayaan untuk menjadi ajang penyelenggaraan olahraga sepak bola berkelas dunia. Kebanggaan yang harus dimiliki oleh semua warga tanpa dibatasi oleh sekat-sekat politik.
Tahun politik menjelang Pemilu 2024 membuat JIS menjadi istimewa karena ada berbagai ”kepentingan” yang melekat di sana.
Renovasi, penyempurnaan JIS, atau apa pun istilahnya, sejauh untuk kepentingan bangsa dan negara, semestinya tak perlu diperdebatkan.
Kita layak berterima kasih, pemerintah pusat berkenan turun tangan menyempurnakan stadion ini.
JIS bukan simbol atau monumen politik sekelompok orang atau golongan tertentu. JIS adalah stadion olahraga milik kita bersama, yang menjadi wadah bagi warga masyarakat untuk beraktivitas, berkreasi dan berprestasi seluas-luasnya.