Jika biaya kuliah Rp 10 juta per tahun, dibutuhkan dana Rp 50 juta untuk masa kuliah lima tahun. Ini masih ditambah dengan uang pangkal jika masuk melalui jalur mandiri. Belum lagi biaya kos dan transportasi.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·4 menit baca
Hari-hari ini, para calon mahasiswa dan orangtua sedang berdebar menantikan pengumuman ujian masuk perguruan tinggi negeri, khususnya jalur mandiri. Ada beberapa macam jalur masuk perguruan tinggi, yakni jalur prestasi atau undangan, jalur ujian tertulis nasional, dan jalur mandiri.
Boleh dibilang jalur mandiri merupakan pintu terakhir calon mahasiswa untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri. Penilaian lewat jalur mandiri juga beragam, ada yang berdasarkan ujian tertulis, ada juga yang melihat nilai rapor.
Ketiga jenis pintu masuk perguruan tinggi negeri tersebut menetapkan biaya kuliah yang berbeda. Biasanya, uang kuliah tunggal (UKT) untuk jalur prestasi atau undangan dan jalur ujian tertulis nasional lebih murah ketimbang UKT jalur mandiri.
UKT merupakan biaya kuliah tetap yang harus dibayar setiap semester. Jika misalnya pada semester pertama UKT ditetapkan Rp 3 juta, hingga semester terakhir besaran UKT yang dipungut tetap Rp 3 juta. UKT ini sudah mencakup semua komponen biaya kuliah yang diperlukan.
Besaran UKT dibagi lagi menjadi beberapa tingkatan tergantung penghasilan orangtua. Misalnya, besar UKT Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia terbagi menjadi 11 kelompok, mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 20 juta.
Demikian pula dengan UKT FK di Universitas Padjadjaran yang mengenakan biaya Rp 500.000 hingga Rp 24 juta. Perbedaan biaya ini merupakan salah satu upaya subsidi silang agar orangtua yang mampu dapat membantu meringankan mahasiswa dari keluarga kurang mampu.
Besaran itu adalah biaya untuk jalur ujian nasional dengan persaingan yang amat ketat. Jika mengikuti jalur mandiri, setelah lulus para calon mahasiswa harus membayar lebih mahal lagi.
Di Universitas Diponegoro, Semarang, misalnya, besaran UKT terbagi menjadi delapan kelompok, yakni dari Rp 500.000 hingga Rp 22 juta per semester. Untuk yang masuk lewat jalur mandiri akan dikenakan juga biaya Sumbangan Pengembangan Institusi yang besarnya Rp 15 juta hingga Rp 200 juta tergantung jurusan yang dipilih.
Besaran itu adalah biaya kuliah untuk kelas reguler. Jika mengambil kelas internasional, seperti yang ditawarkan beberapa universitas, biayanya lebih besar lagi. Untuk kelas internasional, sebagian waktu studi ditempuh di Indonesia dan sebagian lagi di universitas mitra.
Untuk kelas internasional di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, misalnya, biaya UKT setiap semester Rp 25 juta dengan iuran pengembangan institusi Rp 50 juta. Masih ditambah lagi biaya saat kuliah di universitas mitra di luar negeri.
Selain uang kuliah, tentu masih banyak lagi biaya yang diperlukan, seperti biaya transportasi, biaya tempat tinggal, dan biaya buku.
Di masa lalu, universitas negeri merupakan tujuan utama kuliah karena menawarkan mutu tinggi dengan biaya relatif murah. Pada tahun 1990-an, misalnya, biaya kuliah di Universitas Indonesia berkisar Rp 400.000 per tahun.
Dengan asumsi laju inflasi 7 persen per tahun dan tidak ada faktor lain yang berubah, maka uang kuliah pada 30 tahun setelahnya berkisar Rp 3 juta per tahun.
Persiapan
Selain biaya kesehatan, biaya pendidikan merupakan sektor dengan laju inflasi paling tinggi di republik ini. Dengan begitu, mempersiapkan dana pendidikan menjadi urusan yang serius karena bisa dikatakan tidak tersedia lagi pilihan mendapatkan pendidikan tinggi berkualitas dengan biaya terjangkau.
Jika biaya kuliah yang dibutuhkan Rp 10 juta per tahun, dibutuhkan dana Rp 50 juta untuk masa kuliah lima tahun. Biaya ini masih ditambah lagi dengan uang pangkal jika masuk melalui jalur mandiri, katakanlah Rp 30 juta. Maka, total biaya kuliah yang dibutuhkan Rp 80 juta.
Ini masih harus ditambah dengan biaya tempat tinggal dan biaya transportasi. Sebuah kamar sederhana di kawasan Jatinanggor, Sumedang, dibanderol Rp 1,5 juta per bulan atau Rp 19,5 juta per tahun atau total Rp 97,5 juta untuk lima tahun jika tidak terjadi kenaikan uang sewa.
Biaya hidup mahasiswa dan biaya penunjang kuliah lain di Surabaya, misalnya, dapat mencapai Rp 3 juta per bulan. Jika dihitung kasar, untuk biaya kuliah selama lima tahun membutuhkan dana Rp 357 juta. Dengan asumsi inflasi 5 persen per tahun, maka dalam lima tahun ke depan, besar dana yang dibutuhkan naik menjadi Rp 455 juta.
Dengan begitu, selama lima tahun, orangtua harus menyisihkan dana Rp 11,5 juta per bulan yang disimpan pada instrumen investasi dengan tingkat suku bunga 6 persen per tahun.
Kalau ingin besar tabungan per bulan lebih kecil, waktu menabung dapat diperpanjang menjadi, misalnya, sepuluh tahun dan instrumen investasi yang digunakan juga memberikan hasil yang lebih tinggi, misalnya per tahun 10 persen. Dengan perhitungan seperti itu, setiap bulan orangtua perlu menyisihkan Rp 2,2 juta.
Jangan lupakan bahwa tidak mudah untuk masuk jalur tes nasional. Muncullah bimbingan belajar yang menawarkan latihan soal dan pendalaman materi agar probabilitas masuk ke universitas negeri lebih besar. Untuk mendapatkan akses materi bimbingan belajar secara daring atau tatap muka, harga paketnya mulai dari Rp 6 juta sampai Rp 39 juta.
Beda lagi dengan kelas superintensif dalam bentuk karantina selama sebulan di apartemen atau hotel. Harganya mulai dari Rp 14 juta sampai Rp 53 juta bahkan lebih.
Untuk peminat yang ingin mendaftar ke fakultas seni rupa, desain atau arsitektur, ujiannya tidak hanya tertulis tetapi juga menggambar. Untuk kebutuhan itu, ada juga yang menawarkan bimbingan menggambar, dengan biaya mulai dari Rp 6 juta hingga Rp 29 juta, dengan metode pengajaran daring dan tatap muka.
Bisa dihitung sendiri berapa biaya yang dibutuhkan. Siap menabung untuk biaya kuliah anak?