Seperti Jordania, Mesir, dan negara Islam lain yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, membuka hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel menjadi jalan Indonesia membantu mendamaikan Palestina-Israel.
Oleh
Djoko Madurianto Sunarto
·3 menit baca
Mengutip berita internasional di Kompas (5/7/2023), Pemerintah Indonesia mengecam keras serangan militer Israel ke kamp pengungsi Palestina di Jenin, wilayah pendudukan Tepi Barat. Sikap Pemerintah Indonesia disampaikan Kementerian Luar Negeri melalui sejumlah cuitan di Twitter, Selasa (4/7).
Beberapa negara, seperti Jordania, Mesir, serta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), juga mengecam serangan militer Israel ke Jenin. Menurut Yon Machmudi, Ketua Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Strategis Global, Universitas Indonesia, kecaman saja tidak cukup. Indonesia harus terlibat langsung membuat dan mengawal peta jalan damai bagi Palestina.
Selanjutnya, mengenai China, pertemuan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing mengindikasikan ketidakpuasan Pemerintah Palestina terhadap proses mediasi oleh negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat.
Kehadiran China sangat penting. China mengakui Palestina sebagai negara di satu sisi dan juga Israel di sisi lain. Berbeda dengan AS yang hanya mengakui Israel. Kondisi ini akan lebih prospektif bagi Palestina. Minimal kepentingan Palestina lebih banyak didengarkan.
Bandingkan dengan hubungan diplomatik Indonesia dengan Vanuatu, yang salah satunya diwujudkan dengan pertandingan persahabatan di Gelora Bung Karno, Jakarta, 15 Juni 2019. Dalam laga uji coba resmi FIFA itu, tim sepak bola Indonesia mengalahkan Vanuatu 6-0.
Vanuatu pernah menyerang Indonesia dalam pidatonya pada sidang ke-76 PBB (Kompas TV, 26/9/2021). Pidato tersebut mendukung Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang berarti mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Dalam sidang umum PBB berikutnya, 23 September 2022, Vanuatu tidak lagi mengkritik Indonesia.
Jadi, tidak selamanya hubungan diplomatik tanpa masalah. Dengan hubungan diplomatik, kedua bangsa lebih diuntungkan dalam bekerja sama di berbagai bidang. Juga jalur komunikasi antarpemerintah menjadi lancar.
Lihatlah China yang mengakui kedaulatan dan berhubungan diplomatik, baik dengan Palestina maupun Israel, sehingga Presiden Palestina lebih berharap kepada China dalam hal mediasi daripada negara-negara Barat.
Seperti Jordania, Mesir, dan negara Islam lainnya yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, saya percaya membuka hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel menjadi jalan bagi Indonesia untuk terlibat langsung menentukan dan mengawal peta jalan damai bagi Palestina dan Israel. Bukan hanya kecaman di Twitter.
Anak-anak bernyanyi dan menari di acara "wisuda" TK Kuncup Pertiwi, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (19/6/2023). Sebanyak 256 anak mengikuti kegiatan penamatan di hotel mewah di Kendari ini. Fenomena penamatan anak TK-SMA mendapat banyak kritikan karena dinilai memberatkan orang tua.
Sebagai anggota masyarakat, setiap menjelang akhir tahun ajaran dan awal tahun ajaran, saya sering mendengar keluh kesah masyarakat soal beratnya biaya pendidikan.
Mereka mengeluhkan biaya yang harus dibayarkan. Misalnya, setiap kenaikan kelas, murid harus mendaftar kembali. Aneh tetapi ada. Ini tentu berbiaya. Mestinya kalau murid tidak menyatakan mundur dan atau keluar, berarti tetap bersekolah di situ. Jadi kenapa harus mendaftar kembali?
Dulu wisuda hanya bagi lulusan perguruan tinggi. Kenapa sekarang lulus TK pun diwisuda? Ini tentu berbiaya.
Di sekolah-sekolah tertentu murid diharuskan membeli buku pelajaran baru. Mengapa tidak dibebaskan memakai buku bekas kakaknya atau mencari di luar sekolah yang mungkin lebih murah?
Belum lagi biaya lain-lain dari sekolah secara sepihak.
Kalau negara ingin rakyatnya pandai, negara harus menekan biaya pendidikan yang sebetulnya tidak perlu.
Dalam Tajuk Rencana ”Raja Belanda Mendengar ’Keti Koti’” (Kompas, 4/7/2023) ada penyebutan nama geografis yang luput dikoreksi.
Tertulis nama Kepulauan Kabirian dan Curacoa yang pastinya hendak menyebut Kepulauan Karibia dan Curacao. Khusus Curacao, semestinya ditulis Curaçao dengan /c/ cedilla yang pelafalannya menjadi Kurasao, bukan Kurakao. Sayang, bahasa Indonesia tidak mengenal huruf /c/ cedilla yang terdapat juga dalam bahasa Sanskerta. Padahal, istilah dari bahasa Sanskerta cukup banyak diserap ke dalam kosakata bahasa Indonesia.