Mengelola risiko memungkinkan agar investasi dapat memberikan keuntungan secara konsisten, bukan investasi yang menghasilkan keuntungan besar tetapi hanya satu kali saja.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
Dalam sebuah kelas investasi, seorang pemateri menanyakan, mana hal yang lebih utama, apakah mencari keuntungan atau mengelola risiko. Sebagian peserta menjawab bahwa mencari keuntungan dalam berinvestasi merupakan hal yang lebih penting ketimbang risiko.
Padahal, sebenarnya yang penting adalah mengelola risiko dengan baik, setelah itu keuntungan akan mengikuti. Mengelola risiko memungkinkan agar investasi dapat memberikan keuntungan secara konsisten, bukan investasi yang menghasilkan keuntungan besar tetapi hanya satu kali saja.
Salah satu pandangan untuk mengelola risiko dihitung secara matematis oleh Harry Markowitz. Ia mengembangkan teori portofolio modern pada tahun 1952. Kemudian Markowitz mendapatkan hadiah Nobel bidang ekonomi dengan teori ini.
Teori ini mengasumsikan bahwa sejatinya para investor menghindari risiko. Jadi, jika seorang investor diberi pilihan dua macam portofolio, investor cenderung akan memilih yang berisiko lebih rendah. Investor akan berani mengambil risiko lebih besar jika imbal hasil juga lebih tinggi.
Bagi investor ritel, salah satu cara mengelola risiko adalah dengan melakukan diversifikasi portofolio. Diversifikasi dilakukan untuk meminimalkan risiko. Misalnya dana investasi yang ada 70 persen diinvestasikan pada saham berkapitalisasi besar dan 30 persen dialokasikan untuk membeli saham-saham lapis ketiga yang biasanya bergejolak.
Cara lain, dapat juga berinvestasi pada pasar finansial berbeda. Pada pasar finansial di negara maju seperti di Amerika Serikat, alokasi 80 persen pada pasar yang lebih stabil dan 20 persen investasi saham di pasar berkembang.
Bisa juga berinvestasi pada kelas aset yang berbeda, yaitu sebagian dana investasi disimpan dalam aset kertas seperti saham dan obligasi sebagian lagi disimpan pada aset bisnis waralaba atau properti. Perhitungan teori portofolio modern dapat dilakukan secara rinci dengan rumus-rumus yang ada.
Terlepas dari perhitungan matematis seorang penerima hadiah Nobel, cara lain untuk mengelola risiko investasi adalah berinvestasi dari ”leher ke atas”. Pengetahuan yang mumpuni juga dapat membantu investor untuk terhindar dari risiko.
Bayangkan, jika ada seorang investor pemula yang baru saja membuka rekening saham lalu ikut sebuah grup investor saham. Biasanya di dalam grup-grup tersebut diberikan rekomendasi untuk membeli saham A atau B. Tanpa memiliki pengetahuan dan keterampilan, tanpa tahu tentang analisis teknikal, analisis fundamental, investor pemula tersebut ikut-ikutan membeli saham. Dia tidak paham bagaimana caranya menghitung posisi support saham, belum tahu bagaimana memasang stop loss.
Jika harga saham tidak sesuai harapan, bisa jadi saham itu malahan melorot. Tanpa memiliki pengetahuan tentang langkah untuk mengelola risiko, investor pemula langsung rugi.
Padahal, jika memiliki pengetahuan, kerugian ini dapat diminimalkan. Karena tidak paham, investor baru ini tidak melakukan hal yang harusnya dapat dilakukan.
Terkait risiko ini, investor Amerika Serikat, Warren Buffet, mengatakan, ”Risiko datang dari tidak paham apa yang Anda lakukan.”