Barang Palsu di Lokapasar
Para penyelenggara platform tutup mata demi jumlah merchant yang berjualan di lokapasar mereka. Tidak ada penyeliaan yang cukup untuk mencegah beredarnya barang palsu.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kemudahan berdagang secara daring di lokapasar telah disalahgunakan para merchant yang ”nakal” untuk menjual barang palsu.
Para penyelenggara platform tutup mata demi jumlah merchant yang berjualan di lokapasar mereka. Tidak ada penyeliaan yang cukup untuk mencegah beredarnya barang palsu. Praktik tersebut merugikan pemilik merek dagang yang sah, termasuk juga para konsumen.
Setidaknya mengurangi—jika tidak bisa menghilangkan peredaran barang palsu—Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM bisa mencari solusinya. Apalagi di Kementerian Hukum dan HAM ada Direktorat Penyidikan dan Penyelesaian Sengketa, bekerja sama dengan United Kingdom IP Office (Ukipo).
Solusi yang ditawarkan adalah membuat nota kesepahaman (MOU) antara penyelenggara platform dan pemilik hak kekayaan intelektual, untuk bersama-sama memerangi peredaran barang palsu. Dalam MOU diatur, antara lain, proses notice and takedown (pemberitahuan dan penghapusan) yang efektif dan cepat serta tanpa beban administrasi kepada pemilik merek dagang, terutama terhadap pelanggar berulang.
Para penyelenggara platform diharapkan mau berpartisipasi dalam penanggulangan peredaran barang palsu, pro-aktif menginformasikan kepada pemilik merek dagang ihwal identitas merchant pelanggar berulang.
Berdasarkan informasi tersebut, pemilik merek dagang dapat mengumpulkan barang bukti untuk mengadukan ke penyidik pegawai negeri sipil di Direktorat Penyidikan dan Penyelesaian Sengketa atau penyidik Polri.
Sayang, hingga akhir Juni 2023 para penyelenggara platform besar seperti Lazada, Shopee, Tokopedia, Blibli, dan Bukalapak belum bersedia menandatangani MOU. Mereka terkesan berlindung kepada Idea (Indonesian E-commerce Association) atau Asosiasi E-commerce Indonesia, penyekat platform dengan pemilik merek.
Platform juga ”melawan” niat baik Direktorat Penyidikan dan Penyelesaian Sengketa, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM. Semoga mereka segera bersedia menandatangani MOU demi kepentingan masyarakat banyak.
Gunawan SuryomurcitoKonsultan Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta, 12310
Curhat ”Kompas”
Saya membaca Kompas sejak 1984 hingga kini anak kedua mau kuliah. Akan tetapi, semakin hari semakin besar ganjalan hati tentang Kompas akibat halaman berkurang dan berdampak rubrik hilang.
Saya hilang kesempatan menyuarakan pesan. Kehadiran rubrik baru (apalagi hanya ada di versi digital) tidak bisa mengobati hilangnya rubrik legendaris khas Kompas. Harga Kompas naik, pembaca manut, karena percaya keberlangsungan hidup Kompas bukan semata dari iklan.
Sepuluh tahun lalu Kompas menutup lembar daerah, padahal suplemen itu produktif, diikuti hilangnya Lembar Anak di Kompas Minggu. Padahal, anak adalah penerus pembaca Kompas. Makin sedih karena disusul hilangnya rubrik Teroka, Swara, Pustakaloka, puisi, arsip, kliping, Kompaspedia, dan lain-lain.
Pengasuh rubrik pergi tanpa pamit, terbaru Sukribo diganti Poki tanpa prakata. Sebelum pandemi ada Forum Pembaca Kompas. Kini antara Kompas dan pembaca tak ada akses berbagi informasi. Akibatnya, Kompas tidak tahu kebutuhan pembaca. Ada baiknya berkonsultasi dengan senior, dengan tetap kekinian.
Saya pernah membaca surat edaran dari agen, Kompas memberi potongan harga untuk pensiunan PNS. Bagaimana dengan pensiunan swasta? Kompas tentu tahu gaji pegawai swasta sesuai UMR. Kenapa pilih kasih?
Sebaiknya Kompas membuka call center interaktif agar informasi satu suara. Kompas punya bank data pelanggan, jadi kirim cendera mata sesuai ukuran, tidak pukul rata.
Yes SugimoJalan Melati Raya, Melatiwangi Cilengkrang, Bandung
Rekam Jejak
Awal 1985, perusahaan menugaskan beberapa karyawan nasional ke Inggris untuk orientasi lapangan di anjungan lepas pantai di Laut Utara (MCP-01 North Sea-Inggris) selama empat minggu.
Bekerja di anjungan MCP-01, yang berjarak 173 km dari daratan Inggris, dengan kondisi ombak dan badai yang sangat ekstrem, setiap pekerja harus memiliki mental baja dan disiplin tinggi. Namun, dengan standar keamanan yang sangat ketat, semua pekerja merasa aman.
Yang menarik, pekerja di anjungan MCP-01, baik laki-laki maupun perempuan, mendapat perlakuan yang sama. Tidak pernah terjadi kasus asusila antarpekerja, karena pelakunya mendapat sanksi pemecatan dengan tidak hormat kalau sampai terjadi kasus asusila atau pelecehan.
Surat pemecatan dengan tidak hormat merupakan ”kartu mati” karena pelaku tidak bisa mendapatkan pekerjaan selamanya di seluruh Eropa. Sanksi sosial seperti ini wajib kita bangun di Indonesia.
Rekam jejak menyangkut kejahatan para kandidat, seperti korupsi, pelanggaran asusila, dan pernah dipidana, sangat penting diketahui oleh publik, terutama dalam memilih wakil rakyat (partai politik) dan presiden-wakil presiden (Pemilu 2024).
Semoga para wakil rakyat dan presiden-wakil presiden yang terpilih benar-benar memiliki visi-misi dan rekam jejak yang tanpa cela agar dapat mengantar bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil, tenteram, dan sejahtera.
FX WibisonoJalan Kumudasmoro Utara, Semarang 50148
Simpanan Hilang
Saya pensiunan PNS berusia 85 tahun, mempunyai simpanan uang di Bank Mandiri Rp 119 juta atas nama istri bernama Margaretha CE. Uang itu tabungan hasil tetesan keringat sewaktu saya masih aktif sebagai pegawai negeri dan merupakan satu-satunya simpanan untuk keperluan sehari-hari di masa tua.
Namun, semua kini sirna. Pada 13 Juni 2023, istri hendak mengambil sedikit uang di ATM di sebelah apotek Rini di Rawamangun.
Setelah memasukkan kartu ke ATM, terjadi kemacetan dan proses terhenti. Kemudian mesin jalan dan ada kartu keluar milik orang lain atas nama Haryono. Sementara kartu kami raib tidak ditemukan.
Ketika kami lapor ke kantor Mandiri, mereka menyatakan bahwa telah terjadi pengambilan/transfer uang kami pada tanggal di atas, padahal kami tidak melakukannya.
Saya tidak mengerti bagaimana mekanismenya sampai uang saya bisa diambil. Mengapa tidak ada sistem pencegahan yang canggih?
Atas kejadian tersebut, kami menjadi shock. Kami mohon keadilan agar hal ini bisa diusut tuntas dan bisa mendapatkan uang kami kembali.
Albertus SRawamangun, Jakarta Timur
Orang Miskin dan Keadilan
Pemerintah berjuang keras agar tidak ada lagi rakyat miskin yang ekstrem. Namun, tanpa disadari ada banyak ketimpangan keadilan yang membuat kemiskinan baru.
Kami adalah tim kunjungan ke lembaga pemasyarakatan (lapas) untuk memberi bimbingan keagamaan. Harapannya mereka bertobat, tidak mengulang kesalahan, dan mencari kerja dengan cara tidak melanggar hukum.
Tim kami tidak hanya ke lapas, tetapi juga mengunjungi keluarga mereka sehingga kami mengetahui keadaan keluarganya. Ternyata, untuk mengunjungi keluarga di lapas membutuhkan dana.
Bahkan, saya pernah mendengar petugas lapas bertanya kepada keluarga yang berkunjung, mengapa hanya bawa bingkisan kecil?
Sungguh kasihan. Sudah anggota keluarganya tertimpa masalah, masih harus mengurusi petugas dengan membawa makanan kecil maupun keperluan sehari-hari seperti sampo, odol, dan sabun.
Lewat tulisan ini kami berharap tidak semua perkara, terutama yang ringan, sampai ke pengadilan. Misalnya, ada perjanjian di atas meterai untuk sanksi di luar hukuman tahanan. Apabila dilanggar, hukuman jadi dua kali lebih banyak atau lebih lama.
Kasihan keluarganya. Semoga hukum tidak memperburuk ekonomi keluarga pelanggar hukum.
A AryantoPurwodadi Grobogan
Tua-tua Kelapa
Kompas yang berusia 58 tahun ibarat kelapa. Makin tua makin banyak santannya. Artinya bertambah banyak ilmu dan pengalamannya.
Hendaknya hal itu ditandai dengan semakin berani mengungkap kebobrokan di instansi pemerintah pusat dan daerah. Jangan sampai keduluan diviralkan oleh anak-anak seperti di Lampung dan Jambi.
Usia tua juga berarti telah selesai dengan diri sendiri. Artinya tidak lagi menghitung untung rugi. Rela menempel Kompas di sudut kota kecil di luar Jawa sehingga bisa dibaca rakyat dengan mudah dan gratis. Menambah halaman sebagai pengganti jika ada iklan yang sangat besar.
Makin tua juga makin mendekat kepada Tuhan, bukan dengan banyak berdoa, tetapi berbuat baik. Maksudnya Kompas tidak berhenti pada memberitakan, tetapi juga menjadi penghubung atau penggerak sehingga persoalan bisa cepat diatasi. Bisa dengan membuat semacam satuan tugas atau apa pun namanya.
Selamat ulang tahun, semoga bertambahnya usia menjadi berkat bagi rakyat jelata.
A Agoes SoediamhadiLangenarjan Yogyakarta
Mimpi SBY
Kendaraan perang Ukraina di Kyiv, Maret 2022. FADEL SENNA / AFP
Presiden ke-6 RI, SBY, berbagi cerita dengan publik tentang mimpinya.
Lalu ada kader senior PDI-P yang sepertinya hendak menjelaskan tiga kategori mimpi dalam kebudayaan Jawa. Ada ”titi yoni”, ”ganda yoni”, dan ”puspa tajem”. Tetapi, hanya sampai yang pertama saja yang ia sebut ”tom-tomen”.
Perbincangan yang ramai tentang mimpi SBY membuat saya teringat kepada nyanyian tentang mimpi. Lagu itu diajarkan guru bahasa Inggris kami di SMP, dulu. Liriknya bagus. Begini:
Last night I had the greatest dream I’d never dreamt before
I dreamt the world had all agreed to put an end to war
I dreamt I saw a mighty room
The room was filled with men
And the paper they were signing said,
They’d never fight again
Saya berharap, semoga impian dalam nyanyian itu segera menjadi kenyataan di Ukraina-Rusia.
L WilardjoKlaseman, Salatiga