Bagi Indonesia, puncak bonus demografi sebesar hampir 70 persen usia produktif di 2025 harus dapat dimaksimalkan mengakselerasi menuju Indonesia negara maju. Salah satu upaya untuk itu memperkuat marino-sociopreneur.
Oleh
AGUNG DHAMAR SYAKTI
·4 menit baca
Sejatinya, sebagai negara berkarakter kepulauan (Tamadun Maritim), Indonesia harus menjadi maju, berdaulat, tangguh dan berkelanjutan dilandaskan pada kemampuan mengandalkan sumber daya maritim untuk penyejahteraan masyarakat yang berkeadilan, tangguh dan unggul dengan memelihara tata susila dan budi pekerti serta spiritual yang tinggi.
Dalam konteks itu, agar kemajuan bangsa ini selaras dengan karakter bangsa kepulauan maka perlu membangun karakter SDM bervisi kuat yang kita sebut dengan Visi Nusantara 2045, melalui penguatan hal-hal berikut.
Literasi maritim dalam kurikulum pendidikan nasional harus dikembangkan agar peserta didik tertarik membaca, menulis, dan berbicara secara aktif tentang segenap aspek kemaritiman. Literasi yang kuat akan memperkaya pemahaman siswa terhadap cerita dan membantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif.
Salah satu sumber kearifan literasi maritim adalah budaya Nusantara. Kita harus mendorong peserta didik menggali dan mempelajari cerita-cerita tradisional, legenda, atau mitos dari budaya maritim. Hal ini akan memperkaya pemahaman peserta didik tentang warisan budaya maritim Indonesia dan memungkinkan mereka mengintegrasikan elemen-elemen budaya ini dalam karya-karya mereka.
Literasi maritim juga harus diperkaya dengan model pembelajaran multibahasa seperti Bahasa Inggris atau bahasa internasional lainnya agar SDM Indonesia dapat mengomunikasikan gagasan poros maritim-nya kepada masyarakat internasional.
Pengembangan kemampuan literasi maritim dan penggunaan bahasa yang kuat dalam Bahasa Indonesia dan bahasa internasional merupakan langkah penting agar SDM kita berketerampilan menjadi komunikator yang efektif, kreatif, dan mampu menginspirasi orang lain melalui komunikasi yang mereka sampaikan.
'Marino-sociopreneurship'
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) sepanjang 2022 UMKM di Tanah Air tercatat sebanyak 8,71 juta unit usaha. Dari data ini, delapan provinsi daerah kepulauan hanya menyumbangkan 5,9 persen jumlah unit usaha UMKM di tingkat nasional.
Untuk itu, kita perlu memperkuat marino-sociopreneurship. Prinsipnya adalah konsep kewirausahaan dan bisnis yang mengandalkan sumber daya kelautan dan kemaritiman untuk menyejahterakan masyarakat di Nusantara.
Marino-sociopreneurship harus diperkenalkan, mulai dari siswa sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi, dengan tujuan memberikan pembelajaran tentang literasi keuangan, kemandirian finansial, tanggung jawab, dan dasar-dasar kewirausahaan berbasis sumber daya kelautan kita.
Dalam praktiknya, peserta didik diajarkan juga praktik etika bisnis yang memastikan keberlanjutan ekosistem laut dan sumber daya hayati dan non-hayati.
Teknologi kemaritiman
Memanfaatkan teknologi, seperti media digital, platform e-learning, dan aplikasi pembelajaran interaktif, dapat dijadikan wahana dalam mendukung percepatan penguasaan dan pengembangan teknologi itu sendiri.
Sebagai contoh, dikaitkan dengan agenda besar dekarbonisasi dalam dunia kemaritiman (baca: pelayaran), SDM kita berpeluang besar mengembangkan, dan tentu saja menawarkan, teknologi untuk program yang dibesut oleh Organisasi Maritim Internasional (IMO).
Dekarbonisasi dalam bidang pelayaran salah satunya bertumpu pada penggunaan bahan bakar alternatif untuk kapal. Untuk itu penggunaan bahan bakar gas (BBG), teknologi angin dan bahkan tenaga nuklir juga harus dijadikan sebagai major dalam kurikulum pembelajaran (baca: alternatif energi).
Industri maritim bersama sama perguruan tinggi harus dapat membuat kapal-kapal yang menggunakan gas penggerak kapal (LBG, hidrogen dan amonia) seperti Creole Spirit, Isla Bella dan Rem Eira atau kapal US Merchan Marine dan MS Onego Duesto yang memanfaatkan angin sebagai penggerak (teknologi wind propulsion).
Kedua teknologi ini dilirik karena rendah, bahkan nol, emisi. Tenaga nuklir juga bisa dikembangkan. Pada COP26 tahun 2021 penggunaan energi nuklir untuk penggerak kapal kembali mendapat momentum melalui imbauan John Kerry, mantan menteri luar negeri AS yang kini jadi duta iklim negeri Paman Sam.
Dalam forum tersebut ia mendorong agar dunia pelayaran internasional dapat melihat lebih serius energi nuklir untuk kapal seperti kapal komersial bertenaga nuklir MV Savannah dan kapal pemecah es bertenaga nuklir buatan Uni Soviet, Lenin, yang dikonstruksi pada 1957.
Bagi Indonesia, puncak bonus demografi sebesar hampir 70 persen usia produktif di 2025 harus dapat dimaksimalkan guna mengakselerasi menuju Indonesia negara maju 2030.
SDM kita sebenarnya sudah mampu berurusan dengan semua energi alternatif tersebut berikut teknologinya, hanya saja kita belum menyiapkan, sengaja memakai diksi maritim, “Peta Jalur”, bukan peta jalan (routemap; haluan) dekarbonisasi di dalam negeri.
Imbasnya, ketiadaan ini akan memengaruhi posisi Indonesia di mata komunitas kemaritiman internasional. Ketiadaan peta jalur dekarbonisasi salah satunya dirasakan di sektor research and development (R&D). SDM unggul harus berani menjadi leading sector yang bisa menjadi rujukan bagi pengembangan dan penguasaan teknologi kemaritiman.
Di saat banyak negara mengklaim kehilangan potensi generasi produktifnya, Indonesia memiliki bonus demografi berupa SDM usia produktif (15-64 tahun) dengan potensi luar biasa. Bagi Indonesia, puncak bonus demografi sebesar hampir 70 persen usia produktif di 2025 harus dapat dimaksimalkan guna mengakselerasi menuju Indonesia negara maju 2030.
Dari berbagai kriteria negara maju seperti pendapatan per kapita yang tinggi, keragaman dan kesehatan dunia industri dan jasa, sistem keuangan yang berkembang, usia harapan hidup yang lebih panjang serta sistem pendidikan yang berkembang dengan baik, semua dapat mengandalkan modal bonus demografi sebagai mesin pemenuhan semua kriteria yang disebutkan.
Pastinya, SDM dan penguatan teknologi menjadi elemen penting untuk meningkatkan daya saing dan daya sanding menuju Indonesia maju 2030 di mana knowledge pool dan talenta itu ditemukan di universitas-universitas dan perguruan tinggi lainnya di seluruh kepulauan Nusantara.
Agung Dhamar SyaktiRektor Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) - Kepulauan Riau