Kemenag memperkuat berbagai layanan dan fasilitas pendukung, seperti fasilitas kursi roda dan layanan kesehatan.
Oleh
Alissa Wahid
·4 menit baca
Tahun 2023 ini, ibadah haji di Arab Saudi dilaksanakan dengan kekuatan penuh. Tidak ada lagi batasan khusus seperti yang terjadi pada musim haji di masa pandemi. Diperkirakan ada sekitar dua juta jemaah haji yang akan mengikuti prosesi ibadah haji. Terbesar adalah dari Indonesia, yaitu 229.000 jemaah.
Menteri Agama Indonesia Yaqut Cholil Qoumas yang akrab dipanggil Gus Men melakukan terobosan kebijakan, yaitu tema Haji Berkeadilan dan Haji Ramah Lansia 2023, sebagai respons atas konteks kondisi ”perhajian” Indonesia.
Tema Haji Berkeadilan adalah kebijakan afirmatif terhadap proporsi jumlah jemaah perempuan dan laki-laki. Sebesar 52 persen jemaah adalah perempuan. Karena itu, pembimbing ibadah dan petugas haji perempuan mengalami peningkatan yang signifikan. Hampir 45 persen pembimbing ibadah haji tahun 2023 adalah perempuan, jauh dari masa-masa sebelumnya.
Selain itu, Kemenag juga bernegosiasi dengan otorita penyelenggara haji Saudi terkait penambahan jumlah fasilitas bagi jemaah perempuan, seperti MCK perempuan yang bertambah 1,5 kali lipat dari kebutuhan tahun sebelumnya.
Untuk mendukung kebijakan ini, Gus Men menyertakan tiga perempuan dalam Amirul Hajj (Pimpinan Misi Haji Indonesia), yaitu Badriyah Fayumi, Indah Nataprawira, dan saya sendiri. Diharapkan, ketiga perempuan pertama dalam sejarah delegasi Amirul Hajj Indonesia ini akan dapat memberikan arahan yang lebih tepat untuk paradigma kepentingan haji perempuan dalam layanan haji.
Haji Ramah Lansia menjadi tema utama kedua tahun 2023 ini. Sebanyak 30 persen jemaah haji berusia di atas 65 tahun atau sekitar 65.000 orang. Kebijakan ini diambil karena jumlah jemaah lansia yang masuk dalam daftar pendaftar haji sudah sangat besar akibat masa tunggu keberangkatan yang sangat panjang.
Katadata Media Network menyebutkan, masa tunggu keberangkatan haji terlama di Indonesia adalah 47 tahun di Kabupaten Bantaeng dan terpendek 11 tahun di Kabupaten Maluku Barat Daya. Akibatnya, banyak pendaftar yang meninggal tanpa sempat berhaji.
Demi memenuhi prinsip keadilan bagi para pendaftar yang sudah menunggu puluhan tahun, Kementerian Agama memutuskan untuk memperbanyak jumlah jemaah lansia yang diberangkatkan pada tahun 2023 ini. Menunda pemberangkatan warga lansia dengan mendahulukan pendaftar dewasa aktif dianggap hanya akan menyebabkan penumpukan lansia lebih besar dalam daftar tunggu.
Ini tentu saja membawa konsekuensi logis tersendiri mengingat jemaah lansia memiliki karakteristik yang khas. Secara alamiah, beberapa kemampuan dasar para jemaah lansia mengalami penurunan. Di antaranya adalah berkurangnya fungsi kognitif, seperti berpikir rasional dan responsif, melemahnya kemampuan fisik, dan berkurangnya fungsi sosial dan peran kerja sehingga memunculkan rasa kesepian dan terisolasi dari lingkungan sosial, dan lain-lain.
Dengan demikian, risiko Haji Ramah Lansia juga meningkat. Jumlah jemaah haji yang wafat sampai tanggal 24 Juni 2023 sudah melampaui 100 orang. Demikian juga jumlah yang dirawat di klinik kesehatan.
Karena itulah, Kemenag memperkuat berbagai layanan dan fasilitas pendukung, seperti fasilitas kursi roda dan layanan kesehatan. Petugas Haji Lansia direkrut khusus, dan seluruh petugas haji menerima pembekalan untuk melayani para lansia. Para petugas dipersiapkan untuk melayani dengan besar hati dan kesabaran, dan ini tampak di lapangan.
Fasilitas makanan juga disesuaikan dengan kebutuhan jemaah lansia. Perusahaan katering didorong untuk melakukan penyesuaian. Di setiap sektor penginapan juga disediakan perlengkapan tambahan, seperti rice cooker dan pembuat jus buah, untuk membantu jemaah lansia.
Karena karakteristik psikologisnya, kisah unik para jemaah lansia pun membanjiri rekam peristiwa. Jemaah tertua berusia 114 tahun adalah Harun dari Pamekasan, Jawa Timur. Harun kontan menjadi pusat perhatian dan selalu ditanya resep sehat dan mandirinya. Juhaini, jemaah asal Majalengka berusia 94 tahun, viral karena ingin turun dari pesawat setelah teringat belum memberi makan ternak ayamnya.Arif dari Takalar menjadi viral karena ia mencari ojek untuk membawanya pulang ke kampung halaman.
Di Baitullah, rombongan Amirul Hajj juga sempat bertemu dengan seorang jemaah lansia asal Kudus yang terpisah dari rombongan. Ketika saya tanya apakah punya telepon genggam, ia menjawab tidak punya. Dan, sebagian besar jemaah lansia pun demikian, apalagi yang berasal dari perdesaan.
Fakta ini menyadarkan saya bahwa kita memang harus berhati-hati dalam menyusun kebijakan dan program agar tidak terjebak bias kelas menengah dan bias perkotaan. Menggunakan layanan berbasis digital, misalnya, tentu tidak akan sesuai dengan kebutuhan para jemaah haji.
Paling menarik bagi saya adalah kebahagiaan para jemaah haji, terutama lansia. Kita sering mengasumsikan kondisi terburuk dan mempertanyakan kebijakan ini. Tapi saya menyaksikan jemaah lansia tampak gembira dan menikmati suasana serta pengalaman baru, walaupun ada rasa cemas dan terutama kangen cucu seperti kata banyak jemaah lansia yang saya temui.
Bagi para jemaah lansia, pergi haji membantu mereka menemukan kebermaknaan hidup baru: mengasah spiritualitas dengan ibadah, memberikan kembali ruang dan peran sosial yang berkurang, menciptakan komunitas baru, dan memberikan pengalaman hidup baru, serta memberikan kembali pengalaman mandiri. Dengan layanan yang tepat, kita bisa menekan risiko-risiko yang ada.
Jangan-jangan, kita menemukan salah satu resep jitu bagi para jemaah lansia Indonesia yang jumlahnya akan makin membesar di masa depan, yaitu dengan Haji Ramah Lansia. Semoga segala niat baik berujung kebaikan!