Bung Karno menguatkan tekad untuk ”membangun suatu bangsa yang selain perutnya terurus, juga tinggi kebudayaannya, peradabannya, keseniannya, ilmunya, dan lain-lain sebagainya”.
Oleh
Eduard Lukman
·3 menit baca
Artikel opini Guntur Soekarno di Kompas selalu menarik. Isinya informatif, terlebih kisah mengenai bapaknya, Bung Karno. Ceritanya enak dibaca dan mudah dicerna.
Dalam ”Buaya Keroncong Jadi Presiden” (Kompas, 15/6/2023), putra sulung Bung Karno itu menceritakan kegandrungan bapaknya pada musik keroncong. Sejak remaja Bung Karno menyukai keroncong. Bung Karno juga keranjingan menonton wayang kulit dan menari, misalnya tari lenso dari Maluku.
Presiden Soekarno pernah menceritakan sendiri tentang kesukaannya pada seni musik dan tari. Tercatat, misalnya, ketika beliau berpidato pada penutupan Musyawarah Kesenian Nasional, 30 Juni 1966 (Budi Setiyono dan Bonnie Triyana, editor, Revolusi Belum Selesai: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno, 30 September 1965-Pelengkap Nawaksara, Jilid 2, 2003, hlm 151-163).
Dalam amanat itu, Presiden Soekarno mengakui sangat mencintai seni, seni musik, seni tari dari daerah-daerah di Nusantara. Termasuk kekagumannya pada wayang kulit. Bung Karno berpesan agar kita terus mengembangkan kesenian, juga kesenian rakyat seperti lenong (hlm 159).
Yang menarik, pada kesempatan itu Presiden Soekarno mengatakan bahwa dalam rangka mengembangkan kesenian rakyat, beliau bahkan pernah menjadi guru keroncong. Jenis musik, lanjut Bung Karno, berasal dari Portugis yang bercampur dengan jiwa kesenian rakyat Indonesia (hlm 159).
Ketika membicarakan kebudayaan dan kesenian, Presiden Soekarno selalu mengaitkannya dengan konsep nation and character building. Dalam pidato di atas, beliau menguatkan tekad untuk ”membangun suatu bangsa yang selain perutnya terurus, juga tinggi kebudayaannya, peradabannya, keseniannya, ilmunya, dan lain-lain sebagainya”.
Bung Karno lalu menyimpulkan bahwa pada hakikatnya kita harus membangun bangsa yang ”bersusila setinggi-tingginya dalam segala lapangan”.
Semoga amanat salah seorang pendiri Republik ini bergaung kembali saat ini ketika berbagai pihak sibuk bersaing meraih kekuasaan. Insya Allah.
Eduard LukmanJl Warga RT 014 RW 003, Pejaten Barat, Pasar Minggu,Jakarta 12510
Tanggapan BCA
Menanggapi keluhan Ibu Myra Yuwono, SH di harian Kompas, 6 Juni 2023, dengan judul ”Mencairkan Dana”, perkenankan kami menyampaikan terima kasih atas perhatian dan kepercayaan kepada PT Bank Central Asia Tbk.
Sehubungan dengan masalah tersebut, dapat kami informasikan bahwa petugas BCA telah menghubungi nasabah pada 12 Juni 2023. Kami mohon maaf atas kekurangnyamanan yang dialami beberapa waktu lalu.
Kami sangat menghargai setiap keluhan yang disampaikan. Kami berkomitmen terus meningkatkan kualitas layanan.
Susanti NurmalawatiSenior Vice President, Corporate Communication,PT Bank Central Asia TBK
Penyeberangan di Depan Kodam
Saya pernah menulis di rubrik Surat Kepada Redaksi dengan judul ”Garis Penyeberangan” yang dimuat pada Kamis, 2 April 2020. Intinya, menyarankan agar ada garis penyeberangan di Jalan Kalimalang. Persisnya di depan Kompleks Kodam, samping Polsek Duren Sawit.
Sudah satu tahun saya meninggalkan Jakarta. Saat saya ada urusan di Ibu Kota, saya menyaksikan sudah ada garis penyeberangan. Lokasi penyeberangan itu bahkan disertai dengan tiang tanda lampu, alat hitung, dan tombol untuk menyeberang.
Ketika akan menyeberang, pengguna cukup melambaikan tangan pada sensor, akan
ada penghitung sampai kendaraan berhenti dan pengguna dapat menyeberang dengan aman.
Uniknya, saat menyeberang terdengar iringan lagu tradisional Betawi.
Terima kasih kepada pihak berwenang yang sudah menyediakan garis penyeberangan dan tombolnya sehingga pengguna aman dan mudah beraktivitas.
Semoga pemerintah daerah yang cepat tanggap terhadap kritik dan saran warganya juga berlangsung di banyak daerah di seluruh Nusantara.
Vita PriyambadaKompleks Perhubungan, Jatiwaringin, Jakarta Timur