Generasi muda yang berinvestasi sejak dini memiliki waktu berinvestasi relatif panjang sebelum pensiun sehingga hasil investasi dapat dimaksimalkan. Toleransi risiko investor muda juga umumnya lebih besar.
Oleh
Svadev Pranamam Mahasagara
·4 menit baca
Investasi merupakan kebutuhan, bukan hanya gaya hidup. Masyarakat pun semakin sadar akan pentingnya berinvestasi, terutama setelah pandemi Covid-19.
Investasi kini tidak hanya diminati oleh generasi baby boomer, tetapi juga mulai diminati oleh generasi Y dan generasi Z. Dengan memulai investasi sedini mungkin tentu diharapkan tujuan keuangan yang ditetapkan dapat segera dicapai.
Pesatnya investasi pada generasi muda juga didukung oleh perkembangan teknologi informasi. Generasi muda sebagai investor dapat dengan mudah mengakses produk dan layanan jasa keuangan melalui gawai yang dimiliki tanpa harus pergi ke kantor fisik lembaga jasa keuangan.
Perkembangan teknologi juga memudahkan investor mendapat informasi seputar investasi. Tentu investor wajib memastikan kebenaran informasi yang diperoleh.
Setidaknya ada dua keuntungan diperoleh generasi muda yang berinvestasi sejak dini. Pertama, memiliki waktu berinvestasi yang panjang sebelum pensiun sehingga hasil investasi dapat dimaksimalkan. Kedua, toleransi risiko yang dimiliki umumnya lebih besar daripada investor yang sudah berkeluarga dan memiliki tanggungan.
Generasi muda sebagai investor dapat dengan mudah mengakses produk dan layanan jasa keuangan melalui gawai.
Ketika memilih produk dan layanan jasa keuangan yang akan digunakan sebagai sarana investasi, investor dapat menyesuaikan dengan tujuan keuangan, profil risiko, dan jangka waktu. Instrumen investasi pun sangat beragam. Di pasar modal, misalnya, Anda dapat berinvestasi melalui saham, reksa dana, securities crowd funding (SCF), dan lain-lain.
Untuk menjadi investor muda yang cerdas di pasar modal, Anda dapat memperhatikan beberapa langkah berikut:
1. Tentukan Tujuan Investasi
Menentukan tujuan investasi merupakan bagian dari perencanaan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan investasi sangat beragam, seperti dana pernikahan, dana pendidikan anak, atau bahkan persiapan pensiun.
2. Kenali Profil Risiko
Profil risiko merupakan tingkat toleransi yang dimiliki investor terhadap risiko dari investasi yang dimiliki. Profil risiko dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Semakin agresif seorang investor dalam berinvestasi, risiko yang dihadapi juga akan semakin tinggi. High return high risk.
3. Gunakan "Uang Dingin" untuk Berinvestasi
”Uang dingin” adalah uang yang tidak akan digunakan dalam waktu dekat. Artinya, bukan uang untuk kebutuhan darurat, bukan uang untuk kebutuhan sehari-hari, juga bukan uang yang didapat dari pinjaman.
Jika investor berinvestasi dengan ”uang dingin”, pergerakan produk investasi yang dimiliki tidak akan memengaruhi stabilitas keuangan investor secara langsung. Hal ini juga meminimalkan kemungkinan investor harus menjual produk yang dimiliki meski dalam keadaan rugi karena kebutuhan sehari-hari.
Dana yang digunakan untuk investasi merupakan bagian dari pendapatan yang disisihkan di awal, bukan sisa pengeluaran.
Dengan membeli saham perusahaan, berarti Anda ikut menjadi pemilik. Kinerja perusahaan akan memengaruhi pergerakan saham yang Anda miliki.
4. Mengetahui Instrumen Investasi di Pasar Modal
Instrumen investasi di pasar modal sangat beragam dan rumit. Sebelum berinvestasi, penting bagi investor untuk mengetahui dan memahami produk yang digunakan, termasuk manfaat, risiko, biaya, serta ketentuan lainnya.
Sebagai contoh, jika akan berinvestasi di saham A, Anda disarankan untuk membaca laporan keuangan perusahaan A terlebih dahulu. Sebab, dengan membeli saham perusahaan, berarti Anda ikut menjadi pemilik. Kinerja perusahaan akan memengaruhi pergerakan saham yang Anda miliki. Laporan keuangan perusahaan dapat diakses di situs resmi perusahaan.
5. Jadilah Investor, Bukan "Trader"
Investor cerdas harus memahami fundamental keuangan perusahaan. Informasi soal keuangan perusahaan saat ini sangat mudah diperoleh. Hindari tindakan fear of missing out (FOMO) dalam berinvestasi sehingga tidak menjadi korban ”pom-pom” saham oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
6. Diversifikasi Portofolio
Lakukanlah diversifikasi portofolio agar dapat meminimalkan kerugian investasi. Jika salah satu produk investasi merugi, maka tidak akan memengaruhi secara langsung produk investasi yang lain. Ingat ungkapan ”Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang”.
7. Evaluasi Investasi
Lakukan evaluasi portofolio investasi secara berkala. Dengan melakukan evaluasi, Anda dapat melihat pergerakan untung rugi dari produk yang dimiliki serta penyesuaian strategi investasi jika diperlukan.
8. Membuka Akun Investasi di Sekuritas
Setelah melakukan seluruh langkah di atas, sekarang waktunya memulai investasi dengan membuka akun investasi. Pembukaan akun investasi dapat dilakukan melalui sekuritas yang telah berizin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pastikan untuk memenuhi semua dokumen yang dipersyaratkan. Pembukaan akun investasi dapat dilakukan secara daring. Dokumen pun dapat dilampirkan langsung melalui aplikasi dalam bentuk e-paper. Jika masih ada yang belum jelas, jangan malu bertanya kepada pegawai sekuritas.
Jika Anda ingin mengecek legalitas produk dan sekuritas yang berizin OJK, hal itu dapat dilakukan dengan mengakses situs web resmi OJK melalui www.ojk.go.id, Kontak 157 atau melalui Whatsapp 081157157157.
Materi edukasi keuangan lainnya juga dapat diakses melalui seluruh platform media sosial resmi OJK dan melalui www.lms.ojk.go.id. Yuk, mulai berinvestasi sejak dini untuk meraih tujuan keuangan Anda dan mencapai kebebasan finansial.