Kerja pemerintah untuk masyarakat luas harus berkolaborasi dengan siapa saja, Meski kadang berbeda pandangan. Dimulai dengan sesama instansi. Selanjutnya untuk kanwil perdagangan secara khusus dengan dunia usaha.
Oleh
Suharno
·3 menit baca
RENY SRI AYU ARMAN
Dua pengojek bekerjasama menggangu ban motor yang rusak di wilayah Kecamatan Sabbang, Luwu Utara, Rabu (28/10/2021). Keejasama menjadi kata kunci dalam menjajal medan sulit di Seko, sebuah daerah terpencil di Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
FS Hartono menulis ”Memori Lampung” (Kompas, 25/5/2023). Ia melengkapi tulisan saya di Kompas (10/4/2023) yang sebenarnya hanya pengalaman lama dan tidak istimewa. Namun, pengalaman adalah guru terbaik.
Bagi saya, pengalaman bekerja selama empat tahun (1987-1991) di Lampung jadi pedoman bagus untuk melaksanakan pekerjaan selanjutnya. Sementara bagi siapa pun yang mau, saya kira ada gunanya. Asal dilakukan penyesuaian dengan berbagai hal, termasuk sifat kerja, lingkungan, dan faktor lain. Katakan sebagai ilmu seperti halnya baca buku atau mendengar dari guru.
Kerja pemerintah untuk masyarakat luas. Agar sukses harus berkolaborasi dengan siapa saja. Dimulai dengan sesama instansi. Selanjutnya untuk kanwil perdagangan secara khusus dengan dunia usaha. Meskipun kadang beda pandangan, tetap harus bergandengan tangan. Dalam lingkungan dunia usaha juga harus bermitra dan saling menguntungkan, misal antara eksportir dan petani.
Prasangka buruk terhadap eksportir (pedagang) dalam hubungannya dengan petani ternyata tidak terbukti. Inspeksi (sangat) mendadak Irjenbang Marsdya Kardono yang saya ikuti awal 1991 membuktikan kemitraan petani-eksportir memberikan keuntungan kepada petani yang kebetulan mayoritas transmigran Jawa. Pak Kardono tidak sungkan bertanya dan masuk ”sentong” (kamar tidur utama) petani. Kemudian membuka ”gentong” yang kebetulan juga berisi beras, penuh.
Pengalaman Pak Hartono di Lampung bisa juga jadi pedoman siapa yang mau. Jika tak salah, beliau lebih muda dari saya yang kini 84 tahun. Ingatan tentu masih lebih tajam. Apalagi tidak sering berpindah tempat sehingga dokumen pun lebih terjaga. Terima kasih Pak Hartono.
Dalam situasi global yang tidak menentu dan makin panas, usaha memahami dan memperkuat diri bangsa tentu sangat dibutuhkan. Maka siapa pun perlu memanfaatkan pengalaman domestik yang baik.
Pekerja memeriksa dan merawat instalasi mesin yang memproses tebu untuk memproduksi gula di Pabrik Gula Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (3/5).Menurut rencana, pada akhir bulan Juni nanti mesin pabrik akan diaktifkan untuk memproduksi gula hingga bulan November.
Sebagai pembaca Kompas, saya selalu menyimak artikel yang dimuat berkala dan dengan penyajian mendalam. Misal, Susur Rel. Pembaca diajak untuk mengetahui lebih rinci tentang suatu hal yang selama ini sebenarnya sangat dekat dengan kita, tetapi sering tidak disadari.
Saya usul kepada redaksi untuk memuat secara teratur artikel mengenai pabrik gula, berawal dari asal-muasal perkebunan tebu di Nusantara, perkembangan kereta api yang erat dengan pertumbuhan penduduk seiring maraknya perkebunan, sejarah berdirinya pabrik gula, masa tanam, alat angkut, sejak zaman Hindia Belanda, masa jaya hingga redupnya saat ini, dan seterusnya.
Terima kasih atas kesetiaan Anda membaca Kompas dan usulan untuk menulis laporan khusus tentang pabrik gula. Sebenarnya pabrik gula pernah kami tampilkan dalam foto bercerita (Kompas, 31 Desember 2018, 7 Oktober 2019, 6 Oktober 2021, dan 2-3 Oktober 2022). Kami juga membuat berbagai ekspedisi dan liputan khusus, termasuk tentang teh dan kopi. Semoga ke depan kami semakin bisa memenuhi kebutuhan pembaca. Terima kasih sekali lagi atas saran yang Anda sampaikan.
Isikan Keindahan
Suasana Taman Bunga Merjosari pada April 2022. Tampak warga menjadikan taman tersebut sebagai salah satu ruang rekreatif.
Kompas (21/3/2023) menampilkan iklan seram: ada gambar iblis, rumah terkutuk, membuat orang takut.
Mohon diselingi gambar-gambar indah, kupu-kupu, tanaman hijau, bunga warna-warni. Supaya kami senang melihat isi bumi kita.
Jangan sampai cerita tentang iblis, jinkorin, dan sejenisnya jadi hiburan. Kalau dibiarkan, kapan kita maju?
Gara-gara mentraktir Prabowo di warung angkringan di Solo, Gibran dipanggil ke Jakarta dan dinasihati Hasto dan Komarudin atas perintah Ketua Umum PDI-P.
Gibran menyatakan dirinya ”tegak lurus” dengan Ibu Ketua Umum. Pastilah maksudnya ia searah dan sejalan dengan kebijakan partainya.
Sudah berkali-kali saya menyinyiri penggunaan istilah ”tegak lurus” yang—pada hemat saya—salah itu.
Saya juga menyinyiri penggunaan istilah ”tak benda” dalam frasa ”warisan budaya tak benda”. Seharusnya ”warisan budaya bukan-benda atau nonbenda”.