Menjadi warga lanjut usia yang sehat dan berdaya merupakan dambaan semua orang. Kondisi ini harus dipersiapkan sejak sebelum lansia, bahkan selagi usia muda.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
KOMPAS/ TOTOK WIJAYANTO
Warga lansia melakukan olahraga jalan pagi dengan memutari Taman Suropati dan Taman Lembang, Jakarta Pusat, Jumat (13/5/2011). Mereka rutin melakukan itu untuk menjaga kesehatan dan bersosialisasi dengan pejalan kaki lainnya.
Menjadi warga lanjut usia yang sehat dan berdaya merupakan dambaan semua orang. Kondisi ini harus dipersiapkan sejak sebelum lansia, bahkan selagi usia muda.
Dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan usia, Indonesia telah memasuki struktur penduduk tua (aging population). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2022 menunjukkan, 10,48 persen (28,82 juta) penduduk Indonesia adalah lansia atau berusia 60 tahun ke atas. Seiring peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka kelahiran, komposisi penduduk lansia pun terus meningkat, pada 2045 diperkirakan mencapai 25 persen (sekitar 61,4 juta).
Fenomenaaging population ini dapat menjadi bonus demografi kedua jika warga lansia tersebut tetap sehat dan berdaya (produktif). Sebaliknya, banyaknya jumlah lansia akan menjadi beban jika mereka tidak produktif dan menjadi bagian dari penduduk rentan, baik beban masyarakat/keluarga (penduduk usia produktif) maupun beban negara.
Saat ini masih banyak lansia yang termasuk penduduk rentan, terutama dalam kondisi miskin. Sebanyak 41,11 persen lansia tinggal di rumah tangga miskin (Susenas Maret 2022) dan meski lebih dari separuh (52,55 persen) lansia masih bekerja, sebagian terbesar bekerja di sektor informal termasuk pertanian (Sakernas Agustus 2022). Rata-rata penghasilan pekerja lansia pun hanya Rp 1,62 juta per bulan, jauh di bawah upah minimum yang ditetapkan pemerintah.
Saat ini masih banyak lansia yang termasuk penduduk rentan, terutama dalam kondisi miskin.
Kondisi tersebut menjadi tantangan pembangunan untuk menyiapkan generasi produktif agar tidak menjadi beban saat memasuki aging population. Investasi modal manusia perlu dilakukan untuk menjadikan lansia sehat dan berdaya, baik melalui pendidikan, pembangunan kesehatan, termasuk kebijakan lainnya yang berorientasi meningkatkan kualitas hidup lansia.
Penyediaan akses pendidikan yang setara merupakan salah satu prioritas untuk menyiapkan lansia yang berdaya dan sejahtera karena ada korelasi positif antara tingkat pendidikan dan tingginya tingkat kesejahteraan lansia. Program-program pelatihan kerja juga diperlukan untuk meningkatkan keterampilan angkatan kerja (usia produktif) saat ini yang sebagian besar berpendidikan SMP ke bawah.
FERGANATA INDRA RIATMOKO
Sidal (72, kiri), buruh tani, bekerja menanam bibit padi di Desa Urutsewu, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (7/2/2020).
Prioritas lainnya, pembangunan kesehatan, terutama menghadapi ancaman penyakit tidak menular yang kini tidak saja dialami kelompok lanjut usia, tetapi juga semakin banyak dialami kelompok usia produktif. Lansia yang sehat harus dipersiapkan sejak usia muda. Mendorong kelompok usia produktif untuk menjalani gaya hidup sehat saja tak akan cukup jika ekosistem di sekitar mereka tidak mendukung, termasuk regulasi pemerintah yang masih cenderung mengedepankan kepentingan ekonomi daripada kesehatan.
Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan telah menjadi mandat untuk mewujudkan masyarakat lansia yang sejahtera (sehat), mandiri (berdaya), dan bermartabat. Jalan memang masih panjang untuk mewujudkan itu. Karena itu, Hari Lanjut Usia Nasional yang diperingati setiap 29 Mei hendaknya juga menjadi momentum untuk meningkatkan sinergi kebijakan pemerintah pusat dan daerah guna menyiapkan lansia yang sehat dan berdaya.