Hukuman pengurangan poin bagi Juventus di Liga Italia adalah penegas, sportivitas dan keadilan juga ditegakkan di luar lapangan. Tak ada tempat bagi kecurangan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Skandal laporan keuangan palsu yang melibatkan klub raksasa sepak bola Italia, Juventus, akhirnya berujung sanksi pengurangan 10 poin setelah investigasi yang berlangsung selama satu tahun. Hukuman ini dijatuhkan setelah Juventus terbukti menggelembungkan biaya transfer untuk meningkatkan perolehan modal.
Hulu skandal ini adalah aturan Financial Fair Play (FPP) yang disusun Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dan diterapkan oleh klub profesional di negara anggota UEFA mulai 2010. FPP mengharuskan klub memiliki neraca keuangan yang sehat, menyeimbangkan pendapatan dan pengeluaran, untuk menciptakan persaingan yang sehat. Aturan ini membuat klub tidak bisa seenaknya membeli pemain top dengan harga tinggi (Kompas, 24/5/2023).
Pembatasan ini disiasati Juventus dengan menaikkan secara ilegal harga jual pemain dari nilai yang disepakati. Dengan demikian, mereka punya cukup ruang membeli pemain berkualitas berharga tinggi. Kedatangan pemain bintang ini berpeluang menguntungkan tim bersaing di liga.
Ini sanksi kedua dalam kasus serupa setelah hukuman pengurangan 15 poin pada Januari 2023. Pada waktu itu, penggelembungan biaya transfer disebut untuk mendatangkan keuntungan kapital, yang berakibat mundurnya Presiden Juventus Andrea Agnelli. Namun, Juventus mengajukan banding dan dibebaskan dari sanksi oleh Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI).
Hanya dengan ketegasan pengelola liga dan induk cabang olahraga, klub dapat berkompetisi secara adil.
Pemberian sanksi memperlihatkan upaya Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) untuk menegakkan peraturan yang berlaku agar klub anggota liga dapat bersaing secara adil dan setara. Sportivitas dan fair play yang menjadi esensi olahraga tak hanya berlaku di lapangan, tetapi juga harus diterapkan di luar lapangan. Hanya dengan ketegasan pengelola liga dan induk cabang olahraga, klub dapat berkompetisi secara adil.
Potret ketegasan untuk menjatuhkan hukuman pada perilaku tidak sportif juga ditunjukkan di Spanyol dan Thailand. Liga Spanyol menjatuhkan denda 45.000 euro (Rp 722 miliar) pada Valencia dan penutupan satu seksi tribune Stadion Mestalla selama lima laga menyusul aksi rasisme pendukung Valencia kepada pemain Real Madrid, Vinicius Jr, Minggu (21/5/2023).
Adapun Federasi Sepak Bola Thailand menjatuhkan sanksi enam bulan hingga satu tahun bagi pemain dan ofisial tim Thailand U-22 yang terlibat perkelahian pada final sepak bola SEA Games Kamboja 2023 melawan Indonesia.
Hal ini perlu dijadikan cermin oleh klub, pengelola liga, hingga pemangku kepentingan olahraga di Tanah Air. Kompetisi olahraga akan berjalan baik dan memberi hasil optimal saat peserta dan penyelenggara menjalankan peraturan dengan baik. Sanksi bagi pelanggar sportivitas diterapkan dengan tegas dan tanpa pandang bulu. Tak ada tempat bagi kecurangan dan sikap tidak sportif di dunia olahraga.