Meski dengan elektabilitas dan urutan yang berubah-ubah, Prabowo, Ganjar, dan Anies menduduki tiga besar sosok yang disebut responden sebagai calon presiden sejak survei ”Kompas” pada Agustus 2020.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Sembilan bulan menjelang Pemilu 2024, bakal calon presiden kian mengkristal. Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan rutin menduduki tiga besar.
Hasil survei Litbang Kompas pada Mei 2023 menunjukkan, elektabilitas Prabowo sebesar 24,5 persen, Ganjar 22,8 persen, dan Anies 13,6 persen. Meskipun dengan tingkat elektabilitas yang berubah, mereka menduduki tiga besar sosok yang disebut responden sebagai calon presiden sejak survei Kompas Agustus 2020. Saat itu, elektabilitas Prabowo sebesar 15,7 persen, Ganjar 5,4 persen, dan Anies 8,5 persen.
Ketiga sosok itu saat ini juga sudah diusung oleh partai politik dan koalisi partai politik untuk menjadi capres pada Pemilu 2024. Prabowo diusung Partai Gerindra dan didukung Partai Kebangkitan Bangsa. Ganjar diusung PDI-P dan Partai Persatuan Pembangunan. Anies diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera.
Hingga saat ini masih relatif sulit untuk memastikan, jika ketiga sosok itu akhirnya maju di Pemilu 2024, siapa yang akan meraih suara terbanyak. Selisih elektabilitas antarmereka masih relatif dekat. Misalnya, selisih elektabilitas Prabowo dan Ganjar jika berhadapan adalah 2,2 persen, yang artinya masih dalam margin of error survei yang besarnya +/- 2,83. Namun, juga masih banyak variabel lain yang dapat mengubah elektabilitas ketiga tokoh hingga pemilu mendatang, seperti calon wakil presiden yang dipilih, komposisi parpol pengusung, serta strategi dan momentum kampanye.
Pengaruh sejumlah variabel itu dapat signifikan karena pendukung kurang loyal pada ketiga kandidat masih cukup tinggi, yaitu 46,6 persen pada Prabowo, 44,8 persen pada Ganjar, dan 46,5 persen pada Anies.
Dengan kondisi ini, tak heran jika saat ini para kandidat masing-masing aktif membangun kekuatan politik. Hampir setiap pekan tersebar berita aktivitas sosialisasi politik mereka di sejumlah daerah. Pertemuan elite politik dengan berbagai bentuknya hampir terjadi tiap hari.
Belum ada ketentuan untuk mengatur atau mengawasi aktivitas politik terkait Pemilu 2024.
Hingga saat ini belum ada ketentuan untuk mengatur atau mengawasi aktivitas politik terkait Pemilu 2024. Masa kampanye belum dimulai. Juga belum ada kandidat yang mendaftar sebagai capres di Komisi Pemilihan Umum.
Kondisi yang sama membuat berbagai kampanye hitam yang diduga dilakukan kandidat atau tim dan simpatisannya di berbagai media juga belum sepenuhnya dapat diawasi.
Ini membuat kedewasaan politik setiap kandidat dan timnya amat dibutuhkan pada saat ini. Selain untuk mencegah muncul polemik dan keresahan yang tak perlu di masyarakat, juga agar tugas lain para kandidat, seperti sebagai menteri atau kepala daerah, tetap tak dilalaikan.
Akhirnya, sekarang juga menjadi saat bagi masyarakat untuk mulai melihat kiprah para kandidat. Misalnya, dari caranya memilih cawapres, berkomunikasi dengan partai pengusung dan masyarakat, hingga konsistensi antara pernyataan dan tindakannya. Dengan demikian, potensi salah pilih pada pemilu mendatang dapat dicegah sejak awal.